Beranda / Romansa / Dr. Vampire: Who is the Predator? / 07 - It's time to play, Girl.

Share

07 - It's time to play, Girl.

“Brengsek! Berani-beraninya dia mengatakan reputasiku buruk. Dia pikir dia siapa bisa menghinaku dengan seenaknya?!” Callista menyibak rambutnya sembari menerobos pintu keluar dengan wajah kesal.

Gadis itu tidak terima. Ingin sekali ia mematahkan leher Alaric atau mencelupkan kepalanya ke dalam jamban. Pria itu benar-benar membuat pekerjaannya semakin sulit. Bagaimana ia bisa membuat ayahnya bangga kalau satu kasus saja tidak selesai-selesai?

Yeah, jangankan kasus besar, kasus kecil pun Callista tidak pernah mendapat kesempatan bagus. Entah karena dirinya hanya kurang kompeten atau karena ia memang sudah ditakdirkan bernasib sial sejak awal.

“Kalau tahu begini mending aku buka toko kelontong saja daripada susah payah jadi detektif. Lebih untung!” oceh Callista seraya menggulung lengan blazernya. Ia mendengkus sinis kemudian lanjut berjalan menuju pagar depan. Namun, langkah kakinya sontak terhenti ketika ia melihat ada sebuah mobil mewah berwarna hitam metalik yang terparkir manis di luar garasi.

Gadis itu menaikkan satu alisnya sembari menyeringai. Benih-benih ide kembali bermekaran di dalam otaknya. “Tuan Theodore ... jadi, kau sungguh mau bermain-main dengan Callista? Baiklah, siapa takut? Kita lihat siapa yang akan jadi pecundang setelah ini.”

Callista segera merogoh saku celananya, mengambil alat penyadap yang baru ia beli beberapa waktu lalu dari toko online. Ia kemudian menengok ke belakang, memastikan kalau Alaric tidak mengikutinya sampai depan. Pria itu sekarang mungkin sudah kembali tidur lagi di dalam kamarnya.

Callista lantas mendekati mobil itu dengan sangat hati-hati. Ia meraba bagian kolong mobil, mencari spot yang bagus untuk memasang alat penyadap tersebut. Ia harus pintar-pintar memilih spot agar tidak mudah ketahuan oleh Alaric. Rencananya pasti bisa gagal lagi kalau sampai Alaric tahu ada alat penyadap di bawah kolong mobilnya.

Setelah mendapat spot yang bagus, ia langsung memasang alat penyadap itu di sana. Tangannya dengan cepat menekan tombol power. Lampu kecil berwarna merah pun berkedip-kedip menyala.

“Selesai! Sudah aktif,” ungkap Callista lalu membuka ponselnya. Ia menghubungkan alat penyadap tadi ke ponsel sehingga jika Alaric pergi membawa mobil, ia bisa memantaunya terus selama 24 jam dengan mudah.

Selepas memastikan keduanya sudah terhubung, Callista pun buru-buru kabur dari sana. Tapi sebelum itu, ia tak lupa memberikan hadiah kecil untuk Alaric—hadiah berkesan yang bisa menguras semua isi dompetnya.

***

“MALVINNN!”

Suara teriakan Alaric yang menggelegar membuat burung-burung langsung berterbangan ke angkasa. Pria itu terpaku di tempat dengan mata membelalak lebar. Malvin yang pada saat itu baru mengumpulkan nyawa untuk bangun pun otomatis terkejut. Ia segera menyibak selimutnya dan berlari menghampiri Alaric.

“Apa? Ada apa? Kenapa kau berteriak?” sahutnya panik.

“Coba kau lihat! Siapa yang sudah melakukan ini pada mobilku?!” pekik Alaric seraya menunjuk mobil Maserati kesayangannya yang sudah belepotan lumpur di pagi hari yang cerah ini.

Malvin ikut terbelalak. “My goodness!” Ia meneguk ludahnya sembari melongo tak percaya. Mobil itu terlihat sangat kacau—seperti baru ditimpuki bola lumpur oleh anak-anak nakal kompleks sebelah.

Dalam hatinya, ia bertanya-tanya, manusia bar-bar mana yang telah berani melakukan hal tersebut? Ia sendiri yang sudah tujuh tahun tinggal di rumah ini menjadi asisten pribadi Alaric pun tidak pernah berani menyentuh mobil itu tanpa izin sama sekali.

“Ini pasti ulah gadis gila itu!” tuduh Alaric serta-merta.

“Gadis gila siapa?”

“Detektif wanita yang kemarin menangkapku!”

“Tunggu, detektif wanita?” Pemuda berumur 23 tahun itu mengernyitkan wajah tak mengerti. “Maksudmu?”

“Asal kau tahu, tadi malam aku memergokinya menyelinap masuk ke dalam kamarku. Dia ingin mencari bukti agar aku bisa dinyatakan bersalah lagi!”

“Tapi bagaimana bisa? Seingatku aku sudah mengunci semua pintu,” balasnya bingung.

“Dia memanjat lewat balkon, Malvin! Lewat balkon!”

“Uh-oh, itu ... itu cara yang ilegal.”

“Ya, memang! Sudah kubilang otaknya agak miring. Seharusnya tadi malam kukurung dia ruang bawah tanah. Lihat saja nanti!”

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status