Beranda / Romansa / Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku / Bab 28: Wedding Come True

Share

Bab 28: Wedding Come True

Penulis: HarunaHana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-28 23:19:06

“Lho, lho, Ibu kenapa, sih?” Sambil meringis kesakitan, Amran melepas jemari ibunya dari telinga lalu mundur selangkah. “Nggak melamar salah, melamar juga salah. Jadi maunya Ibu gimana? Ibu mau jodohin saya sama orang lain? Ibu punya calon lain?”

“Ya, Allah, kamu ini malu-maluin Ibu dan almarhum Bapak, Ran?” Ratih berdiri, meletakkan Al Quran di rak, lalu kembali duduk di kursi malas. Selain bujang karatan, ternyata putranya juga terlalu polos untuk hal-hal seperti ini. Hampir sepuluh tahun di Jerman mungkin sedikit melupakannya dari tradisi leluhur.

“Malu-maluin gimana, Bu? Saya datang melamar Mei. Saya dan Mei tidak melakukan perbuatan dosa. Apanya yang memalukan?”

Amran semakin tidak mengerti maksud sang ibu. Tiga puluh tahun sejak pertama baligh ia sudah berusaha sekuat tenaga menjaga diri dari perbuatan dosa. Ketika di Jerman, ia sama sekali tidak pernah clubbing apalagi menenggak minuman beralkohol. Lalu sekarang tiba-tiba ia dianggap telah mempermalukan Ibu dan Bapak. Amran
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bintang ponsel
alvin kalah ksian hihihi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 29: Melepas Kutukan Bujang Karatan

    Setelah kepergian Alvin dan Bastian, giliran Najma dan Aina yang berpamitan. “Pamit dulu, Mei sayang,” ujar Aina ketika mereka sudah berada di depan Mei dan Amran. “Makasih, Na.” Dipeluknya erat tubuh sahabatnya. “Aku pasti akan kangen nggosip bareng kalian.” “Besok kamu nggosip sama Prof. Amran saja.” Keduanya tergelak. "Bakal seru banget nggosip sambil ehem-ehem." "Apaan, sih." Mei mencubit hidung Mei. "Biasanya pengantin baru masih panas." "Panas mana sama pantat panci?""Panas ranjang pengantin baru." "Please, jaga omongan kalian. Di sini ada anak di bawah umur." Najma menyela sembari memasang wajah memelas. "Eh, iya. Ntar dia minta kawin, kan, gawat." Aina tertawa diikuti Mei dan Amran. "Sini giliran aku yang pamitan." Najma menggeser tubuh Aina. “Met honeymoon, Mbak Mei. Ditunggu keponakannya segera launching," ucapnya tanpa mempedulikan protes Aina. “Baru juga nikah, dah ditodong keponakan.” Mei tertawa lalu memeluk Najma. “We’re gonna miss you, Mbak. Tetep main ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-29
  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 30: Kekhawatiran Mei

    Pernikahan dengan Amran memang bukan yang pertama bagi Mei. Meski demikian, ia tetap merasa memasuki dunia baru yang tidak ia kenal. Amran tentu beda dengan Andra dan Mei tetap harus beradaptasi dengan ritme kehidupan Amran. Seperti hari ini ketika ia menjemput Amran di Bandara Adisumarmo, dada Mei tetap berdebar menanti pertemuan kembali setelah berpisah seminggu. Apa yang harus dilakukannya untuk menyenangkan hati Amran? Apakah ia harus dandan maksimal? Apakah ia harus memasak makanan favorit Amran? Ia lupa bertanya apa menu favorit pria itu. Mei hanya ingat Amran sangat suka minum teh. Tidak mungkin ia hanya menyuguhkan teh saat Amran pulang. Lintasan-lintasan pikiran itu membuat Mei cemas sekaligus juga penasaran. "Suami dari perjalanan jauh harus disenangkan hatinya. Biar dia lupa sama yang bening-bening di luar sana dan lengket sama kamu." Awalnya Mei menganggap angin lalu nasihat itu. Mei tahu siapa saja kolega Amran di fakultas. Mei juga tahu bagaimana mahasiswa di fakultas

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-30
  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 31: Kangen-Kangenan

    “Prof, kalau lagi rapat jangan unboxing, ya. Nanti saja kalau sudah malam.” Salah satu peserta rapat berseru yang diikuti tawa yang lain. Ya, Tuhan. Amran meneguk teh dan menelannya cepat-cepat. Dihelanya napas karena forum makin tidak terkendali. “Maaf, ya, Prof, kami ganggu waktu ehem-ehemnya.” Lagi, ada yang melempar bola panas. Dasar mahasiswa tidak berakhlak! Amran mengomel dalam hati. Lalu, Dengan muka memerah, Amran menatap Mei. "Kami sedang rapat penting, Meine Schatzi. Would you mind to leave me alone, please?" Bukan Amran tak ingin Mei bertegur sapa, tetapi pembicaraan mereka sedang di titik kulminasi karena menyangkut pembengkakan biaya. Amran tidak ingin Mei ikut memikirkannya. Ia sudah memberi izin cuti sampai batas waktu yang tidak ditentukan dan Amran benar-benar ingin membebaskan Mei dari segala jenis beban proyek. "Nanti aku panggil setelah rapat selesai dan kamu bisa ngobrol dengan mereka. Okay?" Amran menangkupkan telapak tangan di pipi Mei lalu mengecup bibir

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-31
  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 32: Riak-Riak Kecil

    Awalnya, Mei dan Amran memang tidak terlambat. Alarm ponsel membangunkan Amran lebih dulu. Setelah membersihkan diri, ia mencium kening dan bibir Mei, memaksanya terjaga dan bersiap. Mereka akan naik kereta pertama jurusan Yogyakarta dari Stasiun Jebres. "Hei, bangun, Meine Schatzi." Amran mengguncang tubuh Mei karena ciumannya tak berhasil membangunkannya. "Lombok sudah menunggu kita, Mei." "Jam berapa, Mas?" Dengan mata masih terpejam, Mei menggeliat. "Hampir subuh." "Hah!" Mendengar kata subuh, Mei terperanjat. Ia membuka mata lalu menyibak selimut, tetapi segera menutupkannya kembali ketika menyadari tubuhnya hanya dibalut gaun tidur sementara lampu kamar menyala terang. "To-tolong hadap sana, Prof." Mei menenggelamkan tubuhnya di balik selimut. Seluruh tubuhnya, kecuali mata, tetutup kain tebal berwarna merah. Amran tersenyum geli lalu berdiri. Diraihnya baju koko dari gantungan dan segera memakainya. Lalu, ditinggalkannya kamar. Waktu subuh belum tiba, tetapi lebih baik ia

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01
  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 33: Kopi yang Meredam Amarah

    Sekian detik tatapan keduanya bertemu. Mei ingin bersorak. Ia tidak menyangka kalau Amran ternyata bisa bersikap romantis. Sementara Amran lega karena akhirnya bisa mempraktikkan saran dari konsultan-konsultan pernikahan yang ia dengar ceramahnya di youtube agar sering memuji istri dan sesekali menggombal. Sebelum menikah, Amran juga mencari daftar kata dan kalimat romantis yang bisa diucapkan pada istri. Ia mencatat semuanya dan berusaha keras menghapal. Hari ini hapalan recehnya ternyata berhasil membuat Mei salting. Amran selalu senang melihat Mei salah tingkah. Kesal di hatinya pun semakin berkurang.Denting piano Yiruna, aroma kopi panas, dan wangi kue menyambut Mei dan Amran. Mereka memilih meja di dekat dinding kaca. Dari tempat mereka duduk, hiruk-pikuk stasiun terlihat seperti putaran film dokumenter salah satu episode perjalanan hidup manusia, datang dan pergi. "Ngomong-ngomong, beneran Prof, kita bakal ke Gili Trawangan? Beneran Prof dapat cuti?" Mei masih sedikit sangsi.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-02
  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 34: Lintasan Pikiran yang Mengganggu

    Bastian kabur setelah puas mengolok-olok Amran. Profesor muda itu bisa membayangkan bagaimana wajah Bastian saat berkelakar. Pria itu pasti tertawa puas, bila perlu sampai terpingkal-pingkal. Bastian tidak pernah setengah-setengah kalau meledek orang lain.Astagfirullah. Amran menatap layar ponsel sesaat seebelum memasukkan ke saku. Ia tidak pernah tersinggung dengan kelakar Bastian. Sebagai anak tunggal, Amran tidak pernah merasakan punya saudara dekat. Bastian dan Alvin mengobati kerinduannya akan sosok adik. Kehadiran mereka mewarnai kehidupan Amran. Bastian kadang mengajaknya menonton resital piano di Purna Budaya atau pentas musik di ISI. Setelahnya, mereka akan duduk di kafe dan mengobrol tentang banyak hal. Satu hal yang hampir tidak pernah dilakukan Amran karena selama ini hidupnya hanya di kampus dan rumah. Meski Alvin jauh lebih pendiam dari Bastian dan seperti memiliki dunia sendiri yang sulit dimasuki orang lain, Amran tetap menyukai anak itu. Ia pekerja keras, sigap, da

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-11
  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 35: Surga Dunia

    Mulut Mei sudah terbuka untuk kembai menggoda Amran tertutup lagi ketika petugas kereta mengumumkan kalau mereka akan segera sampai Stasiun Tugu. "Cek barang-barangmu, Meine Schatzi. Jangan sampai ada yang ketinggalan." Embusan napas lega lolos dari mulut Amran. Akhir perjalanan telah menyelamatkannya. Tidak ada lagi kesempatan bagi Mei untuk menggoda dan membuatnya malu. Mei menurut walau sebenarnya merasa tidak perlu melakukan apa pun. Sejak berada di dalam kereta, ia hanya mengeluarkan ponsel dan earphone. Keduanya kini sudah berada di dalam tas. Namun, Mei tetap berdiri dan mengecek kalau-kalau ada barang yang tertinggal di kursi.Roda-roda kereta melambat saat memasuki stasiun. Ruang di dalam kereta seketika menjadi lebih gelap. Gesekan roda kereta dengan rel saat masinis menarik tuas rem menimbulkan bunyi cukup nyaring, menyela suara-suara penumpang di dalam kereta yang saling mengingatkan anggota keluarganya. Sebagian penumpang berdiri dan bersiap turun sementara Amran memili

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-12
  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 36: Canda yang Tak Disukai Amran

    “Kamu bisa saja, Kay.” Sebenarnya Mei tidak ingin memikirkan apa pun, tetapi kata surga dunia mengingatkan Mei pada perlakuan Amran dan ingatan itu membuat dadanya mengembang dan kedua pipinya memerah. “Nah, kan, belum apa-apa Mbak Mei sudah tersipu-sipu. Diapain saja sama Mas Amran?” Mei membelalak lalu buru-buru berbalik hendak keluar kamar. Otaknya bisa geser kalau terus-terusan di sana bersama Kayla yang tidak bisa menjaga bicara. Lebih baik ia menyiapkan minum untuk Amran. Namun, Mei urung melangkah karena Amran sudah berada di samping Kayla, berdiri tepat di hadapannya. Pria itu menjewer telinga Kayla hingga gadis itu mengaduh.“Lepaskan! Mas Amran apa-apaan, sih?” Kayla berusaha menarik tangan Amran yang justru semakin kuat mencengkeram. “Tolong kalau ngomong jangan sembarangan, Bocah Nakal.” Amran menggeretakkan gigi. “Hal-hal seperti itu bukan untuk bahan guyon. Ngerti kamu?” “A-ampun, Yang Mulia. Tolong lepas telinga Hamba. Sakit, Yang Mulia!” “Minta maaf dulu baru ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-13

Bab terbaru

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 62: Pengkhianatan Partner in Crime (21+)

    Mei berdiri kaku sambil tersenyum canggung ketika melihat Amran turun dari mobil. Awas kamu, Bas, sudah ngeprank aku. Mei mengomel dalam hati. Maksud hati ingin menghindari Amran dengan meminta tolong pada Bastian. Bukannya datang sesuai janji, Bastian malah bertukar posisi dengan Amran.. Mei yakin, setelah pembicaraan mereka, pasti Bastian melapor pada Amran. Pengkhianatan partner in crime, nih, ceritanya. Ingat, Bas, pembalasan selalu lebih kejam. “Kenapa motornya, Meine Schatzi?” Amran berujar tenang. Susah payah ia menahan diri agar tidak tertawa melihat raut muka Mei. “Nggak tahu, Mas. Tiba-tiba mogok. Sudah minta tolong pak parkir tetep nggak bisa nyala.” Mei sok cuek, seolah tidak sedang perang dingin. Rencana untuk menunda gencatan senjata sampai besok gagal total. Masa iya, sudah mau ditolong tetep perang dingin dan pasang muka judes. Di balik sikapnya yang seolah tanpa dosa, Mei merasa telah kehilangan muka. . “Kok, bisa kompakan sama yang punya, ya.” Amran tersenyum jahi

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 61: Kenapa Bukan Dia yang Datang?

    Rumah terasa sunyi setelah Amran berangkat ke kampus karena Ibu belum pulang. Mei tidak tahu apakah sejak dulu Ibu juga betah menginap di rumah Kayla. Satu hal yang Mei rasakan, entah sengaja atau tidak, setiap kali Mei butuh sendiri atau sedang sedikit cekcok dengan Amran, Ibu akan menginap di rumah Kayla. Ada saja alasan Ibu. Mulai dari pengajian, masak bareng Kayla, atau diajak jalan. Bisa jadi juga karena di rumah Kayla ada kedua orangtuanya sebagai teman ngobrol Ibu. Entahlah, Mei tidak berani banyak bertanya. Kepergian Ibu justru melegakan hati Mei karena ia jadi punya ruang dan waktu untuk mengembalikan suasana hatinya ke setelan awal. Tidak mudah berpura-pura baik padahal hati sedang dilanda angin ribut. Mei bersyukur punya mertua sepengertian itu. “Meii, yuk triple date.” Pesan dari Aina masuk ke ponsel Mei ketika ia baru saja membersihkan dapur. “Calonnya Najma dan Pak Suami lagi di Jogja, nih. Buruan kasih tahu Prof. Amran biar dia kosongin jadwal, gih.” Kebiasaan Aina k

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 60: Kenapa Tidak Menghubungi Aku, Mei?

    “Aku berangkat dulu, Meine Schatzi.” Tangan kanan Amran meraih tubuh Mei lalu memberi kecupan hangat yang hanya ditanggapi sambil lalu oleh Mei. “Weekend ini aku bisa kosongkan jadwal kalau kamu pengen liburan,” ujar Amran sambil masih menyimpan tubuh Mei dalam pelukan. “Iya, Prof, nanti aku pikirkan.” Mei menjawab malas lalu berusaha melepaskan diri dari rengkuhan Amran. “Nanti terlambat,” ucapnya sambil membetulkan dasi yang sebenarnya sudah terpasang rapi. Amran tersenyum. Setelah mengucapkan salam, ia pergi. Ia tidak terlalu ambil pusing ketika negosiasinya tadi malam berakhir deadlock. Segala bentuk rayuan sudah ia lakukan, tetapi sama sekali tidak membuahkan hasil. Mei terlalu tangguh untuk ditaklukkan. Kombinasi keras kepala dan marah memang cukup mematikan. Ketika semua usahanya gagal, menjelang tengah malam, Amran hanya bisa tidur sambil memeluk Mei, itu juga dari belakang. Sangat tidak menyenangkan, tetapi sedikit lebih baik ketimbang diusir keluar dan harus tidur di ruang

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 59: Kamu Harus Dibalas, Prof

    Assalamualaikum, Sahabat. Mohon maaf baru melanjutkan cerita ini sekarang. Sejak akhir 2023 kondisi kesehatan saya kurang baik, harus sering bedrest sehingga tidak bisa nulis. Semoga tahun ini saya sehat dan bisa menyelesaikan cerita ini. Terima kasih masih bersedia mengikuti kisah Amran dan Mei :-) ***“Jangan lupa pakai seat belt-nya, Meine Schatzi.” Amran tersenyum lalu bergerak ingin memasangkan sabuk pengaman ketika mereka sudah berada di dalam mobil. Amran tahu becandanya garing, tapi ia tidak tahan melihat wajah cemberut Mei. Ia selalu ingin menggoda Mei saat sedang marah atau cemberut. Ketika melihat Mei, Amran semakin sadar kalau Ibu dan Mei tak ubahnya seperti satu orang yang dibelah dua. Mereka memiliki banyak kesamaan. Karenanya, Amran tidak terlalu kesulitan menyesuaikan diri dengan kehadiran Mei dalam hidupnya. Mungkin karena itu jugalah Ibu langsung naksir Mei sejak bertemu pertama k

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   58: Pertemuan Tak Terduga

    Amran menatap Bastian. "Kenapa dengan nama itu? Kamu kenal?" Jiwa kepo Amran meronta. Tiba-tiba ia khawatir kalau tingkah salah satu mahasiswanya itu ternyata tercium orang lain, termasuk Bastian. "Tidak, Prof." Bastian tersenyum samar. Otaknya bekerja cepat dan pertanyaan Mei kembali terlintas di kepala. Kini ia mengerti kenapa Mei tadi bertanya tentang Akira Hana. "Tapi dari wajah kamu, kayaknya kamu kenal dia." Amran yang sudah berdiri kembali duduk. Bastian meringis. "Kimbabnya enak, Prof." "Bas!" Bastian yang masih mengunyah dengan mulut penuh memberi isyarat dengan gerakan tangan pada Amran agar diam dan menunggu. Ya, ampun. Makhluk satu ini kenapa tiba-tiba bikin kesel? Amran menghela napas seraya menatap jengkel Bastian. Kalau ada asisten sedikit ngelunjak, Bastian orangnya. Namun, Amran terlanjur cocok bekerja dengan Bastian. Jadi, dia masih bisa menahan urat sabarnya agar tidak putus saat penyakit Bastian kambuh. "Cepetan ngomong," ujar Amran seraya menyodorkan air mi

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 57: Pengagum Rahasia (2)

    Amran tidak tahu sejak kapan Mei berubah sikap padanya. Apakah sejak ia sakit dan karenanya Amran tidak menyadari perubahan raut muka dan gerstur tubuh Mei, atau baru-baru ini setelah ia sembuh. Amran baru merasakan perubahan Mei ketika tadi malam Mei lebih memilih memeluk guling ketimbang menggodanya. Namun, semalam ia terlalu lelah untuk mengobrol. Ia ingin cepat tidur karena hari ini harus mengajar jam pertama. Kebekuan Mei berlanjut pagi ini. Tidak ada senyum manis juga kecup mesra Mei yang biasanya ia dapat setiap kali akan pergi. "Apa aku tidak dapat bekal?" Amran yang baru saja selesai berpakaian dan siap berangkat tersenyum melihat Mei masuk ke kamar. Mei melihat Amran sekilas, tidak berminat menjawab pertanyaan sang suami. "Ini bekalnya, Prof." Ia hanya berujar singkat tanpa menatap Amran, meletakkan tas bekal di meja. Diambilnya jas dari gantungan baju kemudian diberikan pada Amran. Masih tanpa senyum dan raut muka datar. "Bukan bekal itu, Meine Schatzi." Amran meraih j

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 56: Pengagum Rahasia Amran

    "Akira Hana." Mei bergumam pelan. Ia belum pernah mendengar nama itu disebut Amran. Selama ini, suaminya lebih sering menyebut kolega laki-laki. Sangat jarang ia berbagi cerita tentang teman dosen perempuan kecuali Bu Andriana yang memang memiliki proyek bersama. "Mungkin mahasiswanya." Mei kembali bergumam. Ah, bukankah sejak dulu ia sudah tahu kalau Amran memang magnet bagi kaum hawa? Bukan tidak mungkin ada yang nekad mendekatinya meski status Amran sekarang telah berubah. Mei menghela napas. Dipukulkannya kepalan tangan ke tengah kemudi sementara parfum itu ia geletakkan begitu saja di kursi samping. Tiba-tiba saja seperti ada yang terbakar di dadanya. Mei masih tertegun dengan mata menatap lurus ke depan. Bayang masa lalu dengan Andra satu per satu mampir di kepala. Apakah ia harus menghadapi teror orang ketiga lagi? Kenapa hidupnya begitu sial dan pernikahannya selalu diganggu? Mei menggigit-gigit bibir. Gelisah. "Nanti aku cek hape Mas Amran. Jangan sampai ada penyusup dala

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 55: Parfum di Mobil Amran

    Pagi ini Mei bangun lebih awal dari biasanya. Pukul 03.00 dini hari sementara beberapa hari lalu ia lebih sering membuka mata 30 menit setelah jam tiga. Entah mengapa, sejak Lila sempat hadir dalam kehidupan Amran, ia selalu lebih cepat terjaga. Seperti ada alarm yang menempel di tubuhnya lalu menggelitik tubuhnya hingga membuka mata. Mei menggeliat. Sebelum matanya benar-benar terbuka, ia telah mendengar dengkuran halus Amran menyelinap di antara detak jarum jam. Mei menoleh, melihat Amran masih terlelap di sampingnya dengan wajah sedikit memerah. Refleks, Mei meletakkan telapak tangan di dahi Amran. Demam. Mei membatin. Perlahan diangkatnya salah satu tangan Amran yang berada di atas pinggangnya kemudian beringsut dan turun dari ranjang. Kecapekan, Mei berpikir jika suaminya pasti kelelahan maraton mengurus Lila dan sepulang dari Jakarta ia pergi ke Bantul. Amran baru kembali tadi malam. Akhirnya tubuhnya berontak dan minta istirahat. Mei bukan tidak mengingatkan Amran agar isti

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 54: Akhir Kisah Lila dan Amran

    Amran dan Mei menggeleng. "Kebetulan saya teman lama dia. Memang dia sempat mau meminjam uang, tetapi istri saya keburu tahu. Jadi, Alhamdulillah uang kami selamat." "Syukurlah." Perempuan itu mengganjar napas. "Dia sudah terbiasa hidup mewah. Sejak suaminya ditangkap karena korupsi dan aset-asetnya disita, dia jadi kehilangan pegangan. Akhirnya dia nipu sana-sini.” "Anak-anaknya gimana, Eyang?" Mendadak Mei teringat anak-anak Lila."Dia sudah tidak punya anak." Mei melongo."Anak satu-satunya meninggal karena sakit. Sejak saat itu hidupnya makin tidak karuan."Meski Lila harus mendapat hukuman atas kejahatannya, Mei tetap prihatin dengan nasib Lila. Ia pernah kehilangan bayi dan bisa membayangkan betapa hancur hati Lila. “Sekarang Lila ada di rumah sakit, Eyang. Kemarin dia sempat ingin bunuh diri.” Perempuan sepuh itu terkejut. “Di rumah sakit mana, Nak? Biar nanti Eyang jemput. Papanya sudah nggak ada dan keluarga besar mamanya tidak mau lagi nerima dia. Biar dia tinggal di si

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status