Kamu pikir jika kamu menyuruh seseorang untuk pergi, dia akan selalu meratap? Pilihannya ada dua. Pertama; dia gagal move on dan bertahun-tahun merindukanmu. Yang kedua adalah kamu yang kehilangan dirinya dan dia pergi begitu saja. Melupakanmu dalam sekejap mata adalah hal yang mudah. *** Raina merasa ada yang aneh dengan postingan pada feed Instagramm Irham Nusahakam. Dia berpikir keras. Apanya yang aneh? Wanita itu kemudian ingat kalau dia sudah menghapusnya beberapa bulan lalu. Lalu, kenapa foto itu masih ada di sana? Raina buru-buru membuka kunci layar handphonenya dan melihat ulang. Tanggal. Raina perlu melihat tanggal postingan tersebut. Dia sangat terkejut karena foto tersebut diunggah sekitar tiga bulan yang lalu. Itu artinya tepat setelah kepergian Irham. Apa maksudnya? Apa? Raina ingin menjambak rambutnya sekarang juga karena frustrasi. 3 Fakta Kedekatan Celine Rashadi dengan arsitek muda berbakat Irham Nusahakam. Yang ketiga Ngegemesin banget Raina mengingat kembali b
Hilang yang sesungguhnya adalah saat wajahku tidak pernah lagi terlintas di benaknya. ___ Benda berkilauan di tangan Adli membuat Anes menghela napas berkali-kali. Setan mana yang berhasil mengajaknya ikut membantu Adli memilihkan cincin. Ini terlalu miris untuk dibayangkan terjadi pada dirinya. Anesya yang kata mama dan papa merupakan gadis paling cantik di Jakarta kini berubah. Dia adalah Anesya yang tidak ada artinya bagi Adli. "Bagus yang mana, Nes?" tanya Adli sambil mengembalikan cincin di tangannya kepada wanita penjaga toko. "Mana gue tau! Pilih aja sendiri." Anes menelan ludah. Kenapa dia labil sekali? Dia, kan, seharusnya memang membantu memilihkan benda ajaib itu. Adli memiringkan badan ke kanan. Dia menatap Anes yang sedang membuang pandangan ke sekitar. "Menurut lo lebih cantik yang mana?" tanyanya masih dengan senyum menawan. Anes tersenyum paksa. Dia menatap cincin-cincin yang berjejer rapi. Semua tampak berkilau, tidak sesuram perasaannya hari ini. AC dalam ruang
Angin sepoi-sepoi pun sanggup membawaku kembali kepadamu. Lalu, kenapa kita harus berpisah dengan cara ini? ___ "Serius. Gue mau pindah." Raina menghela napas. "Oke. Ke mana? Kenapa?" Lagi-lagi Anes memborong pertanyaan. "Ke tempat yang nggak ada kalian berduanya." Raina tersenyum. Adli mengerutkan kening. "Maksud lo?" "Gue nggak sudilah ngontrak di bumi lihat keuwuan kalian di masa depan. Jadi, gue memutuskan untuk pindah ke planet lain." Raina menyedot jus mangganya. Rasa asam manis dingin berhasil menghilangkan sedikit lelah yang sejak tadi dirasakannya. Anes menghela napas. "Ah, Raina! Bikin gue takut aja!" Raina hanya tersenyum. Dia menahan segala keinginan untuk berbagi cerita. Raina memang ingin pindah ke Bandung. Namun, tampaknya dia tidak perlu membicarakan hal ini kepada Anes yang heboh dalam segala hal. Kedua sahabatnya pasti akan baik-baik saja. Ya, Adli dan Anes akan baik-baik saja tanpa Raina. *** "Raina tadi bilang kalau mau pindah. Bikin gue takut aja." Suar
Aku pikir kita akan menjadi asing setelah perpisahan. Namun, ternyata kamu tetap sama, menjadi yang kucintai setiap waktu. ___ Tatapan menusuk Raina membuat jantung Irham berdetak tak keruan. Bibir mungilnya terus saja dirapatkan. Belum lagi, helaan napas yang terdengar begitu berat. Irham Nusahakam merasa tak sanggup berkata satu huruf pun. Ke mana karisma dan pesonanya selama ini? "Udah selesai ngomongnya, Pak?" tanya Raina ketus. Irham menelan ludah. "Saya bicara saja, belum!" "Yaudah cepetan. Tadi di live orang lancar banget ngomongnya!" "Kamu pandai membuat saya menangis, ya?" Raina mengangkat alis. Memangnya Pak Irham menangis? "Itu pilihan hidup Pak Irham untuk menangis atau tidak. Kita urus tangisan masing-masing." "Kamu pandai bikin saya speechless." Irham tersenyum. Ah, ini bisa membuat Raina gila! Hatinya yang beku beberapa bulan mendadak cair seperti eskrim yang terkena sinar matahari. Raina hanya memanyunkan bibirnya karena terlalu malas bicara. Setidaknya, mas
Kamu sesekali tanpa dia, tentu tak apa. Sesekali menakar sebesar apa ingatanmu tentangnya, tentu tak apa. --- Irham berusaha melakukan pekerjaan dengan baik. Dia disibukkan banyak hal dan pulang dalam keadaan kelelahan. Pria itu ingin menghubungi Raina, tetapi takut melakukan kesalahan dan berakhir diblokir. Irham tidak siap mendapatkan perlakuan tersebut. Malam ini, bernapas lega adalah hal pertama yang akan Irham lakukan. Dia bisa mengambil waktu beberapa hari untuk kembali ke Indonesia. Irham mengumpulkan keberaniannya yang tak ada sebesar genggaman tangan itu. Dia ingin melamar Raina setelah wisuda lusa. Ya, lusa adalah hari wisuda Raina. Irham ingin menunjukkan betapa spesial wanita itu baginya. Sebuah koper berwarna silver sudah siap di dekat sofa. Irham mengeluarkan kotak beludu dari lemari. Dia membukanya dan melihat sebuah cincin permata yang indah. Kalau diingat, sungguh mengenaskan perjalanan benda berkilau itu. Ditolak beberapa kali, disimpan, diempaskan Irham pun per
Setelah pertemuan, pilihannya hanya ada dua. Bersama untuk sementara waktu atau berpisah sesegera mungkin. Berapa lama 'sementara waktu' yang kita miliki? *** Raina benar-benar pergi. Dia bahkan tidak menoleh sedikit pun saat Anes memanggilnya. Ada hal yang lebih penting yang perlu diurus. Apakah hidup perlu dihabiskan untuk urusan cemburu saja? Terik matahari yang berada tepat di atas kepala Anes membuat keringat bercucuran. Dia kehilangan jejak Raina di antara banyaknya orang yang memenuhi tempat tersebut. Entah harus berjalan ke mana untuk mencari. Anes mengira Raina akan pergi menuju Maira dan Mama yang berdiri tak jauh dari mereka. Namun, ternyata Raina berjalan melewati orang-orang yang hilir mudik di depan gedung. Langkahnya sangat cepat. Anes membalikkan badan dan segera berjalan menuju keluarga Raina. Dia benar-benar kesulitan untuk mengejar sahabatnya itu. Bukankah tadi Raina pergi diantar Adli? Hal itu pula yang menjadikan dirinya berbuat tidak mengenakkan seperti tadi
Jika tidak ditakdirkan bersama, kenapa kita berjumpa? Apakah jumpa tercipta hanya sebagai jeda tanpa makna?***"Kamu bilang kamu bosnya! Kamu bilang kamu bos di tempat Ayah bekerja! Kamu bohongin aku?" Raina mendorong dada Aldian sekuat tenaga.Aldian kehabisan kata-kata bahkan sebelum berani mengangkat wajah. Dia memegang kedua tangan kecil Raina yang sedang memukuli dadanya. "Maaf, maaf, maafin aku, Raina."Pukulan Raina melemah. Napasnya tersengal. Dia bahkan masih memakai kebaya demi segera bertemu Ayah. Namun, kenyataan apa yang akan diterima?Lari adalah hal yang pertama kali ingin Raina lakukan. Dia benar-benar berjalan cepat keluar lobi utama rumah sakit dengan sisa tenaga. Rasanya, Raina ingin mengutuk rok span yang sedang dipakai. Dia sedikit mengangkat bawahan tersebut agar lebih mudah melangkah.Raina bahkan tidak sempat melanjutkan Isak tangis. Dia duduk dengan frustrasi di pinggir jalan dekat terminal. Mencerna hal buruk yang baru saja terjadi adalah hal yang sulit dila
Beberapa hal kembali dalam keadaan yang tidak sama. Namun, kenapa rindu kepadamu kembali dengan porsinya yang serupa?----"Ad, kenapa?" Raina terpaksa menelepon Adli."Lo di mana?""Males, ah. Gue mau sendiri, Ad." Raina menjawab pelan karena sedang berada di depan ruang ICU. Banyak pengunjung lain yang sedang lalu lalang di sana."Ini bukan saatnya buat introvert, Raina!""Ya, emang gue peduli?""Pak Irham dateng ke rumah gue tadi sama Anes. Dia nggak percaya kalau gue nggak tau lo di mana."Bicara tentang rumah. Raina bahkan belum mampir ke rumah baru Adli. Berakhir sudah penantian ngekos seorang Adli Winata selama empat tahun. Dia bisa banyak menabung untuk membeli rumah impian."Emang Anes nggak bisa WA lo aja?""Mana gue tau, Rai. Mereka panik banget.""Baru juga sehari belum pulang." Ucapan Raina terdengar seperti sebuah keluhan."Tapi seharinya lo ngilang itu nggak ada yang tau dan pas banget setelah lo marahin Anes. Emang Anes lo omelin kenapa, sih?""Hahaha Lo emang nggak ta