“Bu, selama ini aku tidak pernah sekali pun membantah atau pun sampai mengecewakan, Ibu. Kalau menurut Ibu tindakanku sekarang ini sudah sampai di tahap itu aku benar-benar minta maaf. Tapi untuk sekarang ini tolong percayailah putramu ini, Bu. Aku benar-benar tidak bisa mencintai perempuan lain selain dia. Kami sudah dipisahkan terlalu lama, dan aku sudah menunggunya sampai dua belas tahun ini. Itu bukanlah waktu yang singkat dan mudah untuk aku jalani. Sekarang saat aku punya kesempatan bertemu muka dengannya lagi, aku ingin meyakinkan dia untuk menjadi patner hidupku,” jelas Rookie mencoba meredam kemarahan ibunya dengan menerangkan segala hal yang telah dia rasakan. Nada suara lelaki itu terdengar lembut dan menenangkan. Dia memegang tangan ibunya seraya menatap kedua mata wanita itu dengan sorot mata penuh kesungguhan dan keseriusan. Sesungguhnya dia hanya ingin ibunya mempercayai setiap langkah yang dia pilih dan mendukungnya. Hanya itu saja.Tetapi sayangnya respon wanita itu t
Rookie kembali masuk ke dalam ruang kamar Lucy. Wanita itu tampak sudah jauh lebih baik dari pada sebelumnya. Padahal saat Rookie memergoki Lucy dengan ibunya, wanita itu sempat terlihat menangis. Namun sekarang dia sudah menampilkan ekspresi muka tegar dan kokoh di depan Rookie. Meski terlihat seperti itu, tetapi Rookie yakin bahwa wanita itu hanya sedang mencoba menahan perasaannya sendiri agar terlihat lebih kuat di depan Rookie. Namun jauh daripada itu sebenarnya dia sedang terluka sekarang dan Rookie merasa bersalah atas hal itu. Sebab luka yang mungkin sekarang di rasakan oleh Lucy adalah karena ibunya sendiri.Secara perlahan Rookie lantas mulai mendekati wanita itu dan duduk disebelahnya. “Lucy …,” panggil Rookie pelan. Sebenarnya sekarang Rookie tidak tahu apa yang mesti dia katakan padanya. Tetapi yang jelas dia harus membuat segalanya jauh lebih baik. Kalau bisa dia berharap bisa mengobati luka yang dibuat ibunya terhadap Lucy.“Ada keperluan apa lagi denganku, Rookie? Buka
“Hei! Apa yang sebenarnya terjadi denganmu, sobat?” ungkap Kenny setelah membuka pintu apartment-nya dan mempersilahkan sahabat sintingnya masuk membawa seorang wanita yang tertidur dalam gendongannya. Sejujurnya sejak menerima telepon dari Rookie saja, Kenny langsung pontang panting dan tidak mood melanjutkan petualangan cinta lagi. Padahal sebelum itu dia sudah sangat terbakar nafsu dan siap bertempur hingga pagi menjelang. Tapi gara-gara Rookie semua impian itu harus dia kubur dan gairahnya langsung padam seketika. Teman kencannya langsung berpakaian dan tidak lagi menoleh, kemungkinan besar dia pikir Kennya seorang impoten atau yang menelepon barusan adalah istrinya. Ya, bisa jadi begitu.Sekali lagi Kenny menatap sahabatnya sekarang. Dia mendengus menyadari situasi gila yang kembali harus dia lalui. Membiarkan Rookie masuk adalah ide buruk malah bisa dibilang sebagai bencana. Tetapi alih-alih membanting pintu dan mengusir orang itu, Kenny justru malah menunjukan kamar miliknya su
Maka kemudian mengalirlah seluruh rangkaian kejadian secara berurutan yang di ceritakan oleh Rookie. Obrolan mereka panjang lebar dan sesekali Kenny menanggapinya dengan anggukan. Pria itu menyimak segalanya dan sesekali menghela napas. Pria itu juga memberikan beberapa pendapat dan sedikit wejangan dari perspektifnya sebagai orang luar terhadap permasalahan sahabatnya. Rookie sendiri mendengarkan dengan seksama dan mempertimbangkan semua hal dengan hati-hati. Dia benar-benar tidak ingin segalanya makin kacau dan semakin menjauhkan dia dengan Lucy. Obrolan tersebut kemudian di tutup dengan mereka berdua yang tertidur di ruang tengah.Pagi ini Rookie menemukan sebuah memo berikut dengan setelan jas lengkap.‘Pakai jas itu dan kembalilah bekerja, jangan menyusahkanku lagi untuk membuat alasan baru’Rookie hanya nyengir lalu meremukan kertas yang baru saja di abaca. Sepertinya sobatnya itu meminjamkan miliknya dan memastikan Rookie untuk kembali ke habitat asalnya setelah kabur cukup lam
Sepeninggal Rookie dari ruang kerjanya, Bima termenung agak lama. Lelaki itu memandangi berkas yang beberapa saat lalu menjadi fokusnya tetapi aslinya isi dari pikirannya sama sekali tidak berpusat di berkas tersebut. Dia tanpa sadar mencengkram ujung kertas yang dia pegang dengan agak keras sampai sisi-sisinya membentuk kerutan. Sampai dia mendengar ada ketukan dari balik pintu yang membuat Bima sadar dan terkesiap atas ulahnya yang membuat berkas di tangan jadi berkerut.“Pak Presdir ini saya, ada laporan yang harus saya berikan,” ujar seseorang dari balik pintu yang tidak lain adalah asistennya.“Masuk,” sahut Bima yang membuat sosok seorang perempuan memasuki ruangannya. Pembawaannya sangat tenang dan elegan, kemudian dia berdiri dihadapan Bima dan sesaat melihat ke arah berkas yang berkerut di atas meja. Wanita itu tidak banyak bertanya, dia hanya melirik lalu kemudian kembali pada tujuan awalnya sebagai pekerja.“Ini laporan yang saya maksud,” ujar wanita itu menunjukan beberapa
“Lucy?” panggil Rookie begitu dia sampai di apartment Kenny. Rookie tampak sangat sumringah, dia merasa senang begitu dirinya punya waktu kosong yang bisa dia habiskan bersama wanita itu. Namun begitu tiba di kamar Kenny, lelaki itu mendapati kamar yang beberapa saat lalu ditempati oleh Lucy sudah kosong melompong. Bahkan sudah rapi.Mendadak jantung Rookie dipaksa terpacu keras dan terasa mencelos keluar. Rookie langsung bergerak mengobrak abrik seisi apartment Kennya dan berteriak histeris berulangkali memanggil nama wanita itu. Dia berkeliling tempat itu, menyisir semua ruangan mulai dari kamar mandi, beranda, gudang, dapur, dan ruang tengah yang berulang kali dia lewati selama melakukan pencarian. Tetapi dari semua ruangan yang sudah Rookie lewati, tidak ada satu pun yang meninggalkan jejak wanita itu. Kemana sebenarnya wanita itu pergi? apakah dia tidak marah dan tidak senang atas keputusan yang dibuat oleh Rookie?Rookie nyaris frustasi begitu menyadari bahwa sebenarnya apartmen
Rookie melepaskan jas dan dasinya. Kini dia hanya tinggal memakai kemeja berwarna putih yang dia lepaskan kancing teratasnya dan dia gulung tinggi bagian lengannya hingga mencapai siku. Setelah perbincangan yang berat dengan Lucy, Rookie membiarkan perempuan itu sendirian. Mencerna segalanya dan membuat keputusan. Setelah dititik ini dia sudah mengatakan apa keinginannya dan apa yang dia harapkan kedepannya untuk mereka berdua. Dia tentu saja jauh dilubuk hati mengharapkan Lucy mau mempertimbangkan segalanya. Tetapi Rookie juga sadar bahwa keinginannya yang sangat egois itu jelas cukup sulit bagi Lucy mengingat dia sudah memiliki keterikatan hubungan dengan lelaki lain.Dalam hal ini kalau pun mereka berakhir bersama, mereka akan mematahkan hati seseorang. Dia bersimpati pada lelaki itu, tetapi disaat yang bersamaan Rookie juga ingin bersaing dengannya dan menginginkan kebahagiaannya. Terlebih Lucy mencintai dia, seharusnya cukup mudah bagi perempuan itu untuk membuat sebuah keputusan
Rookie kelihatan bingung terhadap sesuatu. Lelaki itu yakin bahwa dia menaruhnya di lemari pakaian. Karena selama ini tidak pernah terlihat, jadinya Rookie pikir semuanya ada disana. Tetapi sialnya ketika dia mengecek ulang, kenapa justru sekarang tiba-tiba tidak ada?Ada sedikit kecenderungan dan kecurigaan muncul ke permukaan. Dia berasumsi bahwa barangkali perempuan itu yang mengambilnya ketika dia menginap. Itu mungkin saja… tapi Rookie berusaha untuk tetap positif dan berharap apa yang dia cari ada.“Rookie? Kau yakin kau punya?” ujar Lucy dari dalam kamar mandi pribadi Rookie.Karena mereka berdua basah kuyup, dan tidak tahu kemana harus pergi dalam kondisi seperti itu. Makanya Rookie mengajak Lucy untuk pergi ke apartment-nya sendiri. Tidak terlalu memakan banyak waktu, tapi di satu sisi sekarang masalahnya justru jadi semakin pelik. Sebab …“Rookie?” Merasa diabaikan yang memanggil-manggil sejak tadi akhirnya muncul sendiri dan keluar dari dalam kamar mandi dengan tubuh yang b
Saat itulah pintu kamar Lucy terbuka, menampakan sosok mungil yang dibalut oleh kaos oversize dan celana panjang training. “Kalau kalian ingin berkelahi di rumahku, aku tidak akan membiarkan kalian masuk rumahku lagi.”“Kau seharusnya tetap berada di dalam, Lucy.”“Tapi semakin aku menahan diriku, semakin aku mendengar Bibi memancing keributan. Aku tahu betul bagaimana Bibi kalau sedang marah.”“Tidak akan ada yang terjadi, selama dia mengangkat jarinya padaku. Kalau dia berani memukulku aku akan pastikan dia tidak bisa berjalan lagi dengan kedua kakinya seumur hidup.”“Justru itu, Bibi orang yang mudah terpancing emosi.”Percakapan diantara kedua orang itu membuat Rookie diam saja. Dia menyadari seberapa dekat hubungan keduanya, dan itu menyadarkan Rookie bahwa ada dinding tidak kasat mata yang tidak bisa dia pisahkan dari kedua orang ini. Bagaimana pun juga, Yuichi pastinya sudah Lucy anggap sebagai pengganti orangtuanya. Mengingat masa lalunya yang cukup buruk dan hanya orang itu s
Sepeninggal Rookie, Lucy tercenung di tempat duduknya. Kedua matanya menatap tanpa minat pada seluruh makanan yang tersaji di atas meja. Saat dia memutuskan untuk menganggap semua itu bukanlah apa-apa dan waktunya bagi dia untuk menahan diri dan tahu diri saat itulah dia mendengar seseorang mengetuk pintu dan menekan bel di luar.Lucy sempat berpikir bahwa barangkali itu adalah Rookie, hanya saja begitu dia membuka pintu Lucy malah tercengang.“Bibi Yuichi?!”“Lama tidak bertemu, Lucy.” Wanita itu tersenyum padanya dengan ramah.Lucy segera menghapus semua ekspresi yang sempat mengganggunya. Kemudian memberi bibinya senyuman yang sama sebagai balasan.“Masuklah. Aku tidak tahu kalau Bibi akan datang.”“Cukup sulit menghubungimu sejak kau meninggalkan aku di kantor pengadilan waktu itu. Jadi, bagaimana sekarang? kau masih berhubungan dengan orang itu?” cerocos Bibi Yuichi sambil meletakan beberapa paper bag di konter dapur. Sesaat dia melihat makanan yang tersaji di meja makan. Masih h
Rookie melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Beberapa kali atas ulahnya dia mendapatkan hadiah berupa umpatan dan juga bunyi klakson dari pengguna jalan lain gara-gara dia mencoba terus menyalip mereka dengan cara serampangan, tetapi lelaki itu tidak peduli. Semua itu demi upayanya memperpendek jarak tempuh menuju tujuannya sekarang. Rumah sakit.Semua itu karena sebuah kalimat yang terlontar dari mulut Bima. Sebenarnya hanya beberapa kata saja, tetapi hal tersebut cukup membuat jantung lelaki itu berdebar kencang dan hatinya di penuhi dengan kecemasan. Kekhawatiran yang memicu dirinya bertindak gegabah dan nekad. Tentu saja. Mengemudi secara ugal-ugalan di jalan raya bukan tindakan terpuji dan sejujurnya dia pun saat ini sedang menantang maut pula.“Senna mencoba bunuh diri, Rookie. Aku menemukan dia ada di kamar mandi hotel …”Rookie menginjak pedal gasnya lagi, memutar setir ke kiri dan merebut jalan sebuah truk pengantar barang yang membuatnya sekali lagi mendapatkan klakson
Bunyi bel dari pintu kamar hotel yang dia sewa membuat Senna segera bangun dari sofa dan melangkah menuju pintu masuk dengan sumringah. Sebelumnya dia menyempatkan waktu untuk mematut di depan cermin seukuran setengah badan yang terpasang di dekat pintu hanya untuk sekadar mengecek penampilannya sendiri. Senna tentu saja ingin berpenampilan terbaik di hadapan Rookie. Tanpa merasa perlu mengintip dari lubang pintu Senna segera membuka lebar-lebar pintu kayu tersebut dengan senyum termanis yang bisa dia buat. Namun dengan segera harapan yang terpupuk di dalam dirinya harus pupus seketika tatkala melihat siapa orang yang sekarang berdiri dihadapannya. Dia seorang pria tetapi bukan Rookie. Ya, bukan Rookie melainkan kakaknya sendiri, Bima.“Kenapa kakak ada disini?” tanya Senna dengan marah.“Dia tidak akan datang,” kata Bima seraya menerobos masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. “Setelah kau menelepon dia, Rookie menghubungiku karena itulah kesepakatan kami. Dia juga berpesan padaku un
Lagi-lagi telepon berdering, ini sudah kesekian kalinya sejak Rookie angkat kaki dari restoran tempat dia berbincang bersama sang Ibu. Begitu mengetahui siapa yang ibunya libatkan dalam pertemuan mereka, Rookie langsung naik pitam. Tanpa perlu basa-basi lelaki itu langsung meninggalkan mereka. Dan sekarang ponselnya jadi dua kali lipat lebih berisik. Sampai titik dimana akhirnya Rookie menyerah dan mengangkat panggilan telepon yang berasal dari nomor ponsel ibunya.“Ya, Bu?”“Ini aku,” sahut seseorang dari balik panggilan. Kernyitan di dahi Rookie menguat. Saat ini Rookie sangat emosi, tetapi perempuan ini justru menyiram minyak ke dalam kobaran api. Dia jelas tahu bahwa menghubunginya sekarang sudah merupakan sebuah kesalahan besar.“Sudahlah, sekarang katakan apa maumu. Kau tahu kalau kita sudah berakhir kan? kenapa kau melibatkan ibuku?”“Kenapa kau berubah, Rookie? Kenapa kau memperlakukan aku seperti ini?” tanya perempuan itu lagi yang membuat Rookie semakin muak.“Kau berharap a
Rookie melangkah cepat memasuki sebuah restoran keluarga yang letaknya tidak jauh dari gedung perkantoran tempat dimana dia bekerja. Langkahnya terburu karena tidak ingin membuat orang tuanya menunggu. Terlebih adalah hal yang aneh mendapati kabar dari sang ibu setelah konflik yang terjadi dan wanita itu tiba-tiba saja memintanya bertemu. Ya, beberapa saat yang lalu setelah obrolan kecilnya bersama Bima. Ibunya menelepon dan mengatakan bahwa dia telah berada di Jakarta dan meminta untuk bertemu.Restoran tempat janji temu tampak mulai ramai saat Rookie melangkah memasukinya. Restoran tersebut menyediakan makanan hasil laut dan selalu penuh apalagi setiap weekend. Seorang pramusaji dengan seragam sailor mengantarkan Rookie ketika dia berkata punya janji temu.“Maaf membuat ibu menunggu lama,” ujar Rookie kepada ibunya yang sudah terlebih dahulu datang.“Duduklah, kita makan dulu sebelum bicara,” kata ibunya. “Ibu sudah pesankan udang saus inggris untukmu. Kau masih suka itu kan?”Rooki
Hari-hari berikutnya berlalu dengan begitu cepat dan baik. Hubungan Lucy dan Rookie semakin erat dan hangat. Mereka juga sering menghabiskan waktu bersama. Beberapa kali Rookie bahkan selalu mengajaknya sarapan sebelum dia berangkat kerja, juga mengantar Lucy untuk pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa keperluan sehari-hari yang wanita itu butuhkan. Sungguh, situasi ini seperti mereka sudah melangkah jauh. Bisa dikatakan seperti mereka telah terhubung sebagai sepasang pengantin baru. Validasinya dari beberapa penjaga toko paruh baya yang mendoakan mereka, tentu saja. Dan hal itu membuat Rookie bahagia bukan kepalang mendengarnya.Tidak hanya sampai disana, bahkan dibeberapa kesempatan Rookie juga selalu mampir setelah pulang kerja ke kediaman Lucy untuk makan malam bersama. Bahkan sampai titik dimana dia menginap juga. Rookie benar-benar merasa nyaman dengan dinamika yang terjadi diantara mereka berdua. Karena Lucy sekarang sudah mulai mengisi kehidupan sehari-harinya dan
Bima mengulurkan tangan, menggenggam erat pergelangan tangan adiknya. Memberikan isyarat agar dia tidak pergi kemana pun atau melakukan sesuatu yang mungkin akan mengakibatkan keributan yang tidak diperlukan. Sejujurnya dia cukup terkejut atas situasi barusan. Niatan yang Bima lakukan dengan membawa adik bungsunya keluar untuk pertama kalinya ini adalah karena dia punya rencana untuk mengubah suasana hati Senna. Tetapi belum usai pula harapannya mencapai titik sukses, Bima malah harus menelan pil pahit bahwa upayanya tidak sepenuhnya berhasil. Semuanya serasa kembali ke titik nol hanya karena kemunculan Rookie dan Lucy.Bima tentu tidak akan menjudge adiknya atas aksi yang gadis itu buat dengan segera keluar mengikuti mereka tanpa pikir panjang saat mendengar suaranya. Dia juga bisa memahami kalau Senna sudah pasti sangat terpukul dengan kenyataan yang ada di depan matanya. Dia paham akan hal itu sebab dirinya pun merasakan hal yang serupa.“Lepaskan aku, Kak,” kata Senna dengan suara
Senna tercenung begitu dirinya dihadapkan pada sebuah kedai yang ditunjukan oleh sang kakak. Bagian dindingnya di tempeli banner yang berisi menu yang kedai tersebut jual. Ada pula spanduk yang berisi informasi nama kedai tersebut bersamaan dengan nomor telepon bagi yang punya keinginan untuk pesan antar. Sebuah tempat yang termalpau sederhana untuk Senna yang tidak pernah makan di tempat yang telah dia cap sebagai tempat makan orang dengan kasta rendah.“Kenapa kita disini?” tanyanya kepada Bima yang terlihat sama sekali tidak terganggu dengan pemandangan yang ada didepan mereka. Fakta bahwa pria ini pula yang mengajaknya kemari pun sudah bisa dimasukan ke dalam salah satu keajaiban dunia.“Aku sudah bosan sarapan hanya dengan sereal dan kopi atau makanan yang dimasak koki di rumah kita. Apa salahnya bila kita sedikit berganti suasana?” jawab Bima dengan tenang dan tanpa rasa bersalah sedikit pun.Otot wajah Senna sedikit berkerut mendengar pernyataan sang kakak. “Dari semua tempat y