Rookie kelihatan bingung terhadap sesuatu. Lelaki itu yakin bahwa dia menaruhnya di lemari pakaian. Karena selama ini tidak pernah terlihat, jadinya Rookie pikir semuanya ada disana. Tetapi sialnya ketika dia mengecek ulang, kenapa justru sekarang tiba-tiba tidak ada?Ada sedikit kecenderungan dan kecurigaan muncul ke permukaan. Dia berasumsi bahwa barangkali perempuan itu yang mengambilnya ketika dia menginap. Itu mungkin saja… tapi Rookie berusaha untuk tetap positif dan berharap apa yang dia cari ada.“Rookie? Kau yakin kau punya?” ujar Lucy dari dalam kamar mandi pribadi Rookie.Karena mereka berdua basah kuyup, dan tidak tahu kemana harus pergi dalam kondisi seperti itu. Makanya Rookie mengajak Lucy untuk pergi ke apartment-nya sendiri. Tidak terlalu memakan banyak waktu, tapi di satu sisi sekarang masalahnya justru jadi semakin pelik. Sebab …“Rookie?” Merasa diabaikan yang memanggil-manggil sejak tadi akhirnya muncul sendiri dan keluar dari dalam kamar mandi dengan tubuh yang b
Semua terjadi begitu saja, ketika secara perlahan tangan Rookie yang bebas terulur ke depan dan mendorong leher Lucy supaya menunduk terhadapnya. Rookie juga sedikit memajukan wajahnya guna memperpendek jarak diantara mereka. Lucy memang mulanya sangat terkejut dan bahkan sempat berusaha untuk menghindari. Tetapi pegangan Rookie terhadapnya cukup erat sehingga dia tidak bisa lari sama sekali. Dia membiarkan sisi dalam dirinya mengambil alih, sisi dimana secara naluriah dirinya memang tidak pernah menolak Rookie sama sekali. Hingga kemudian jarak diantara mereka berdua terleminasi begitu sempurna.Rookie mengecup bibir yang memang selalu menggoda dan memenuhi pikirannya sejak lama. Bibir dari wanita yang dia cintai sejak dulu kala.Lucy pun bereaksi sama, dia membelasa kecupan yang diberikan oleh sang pria dengan gairah yang sama. Kecupan kecupan ringan yang dilakukan secara bertubi-tubi tersebut lantas berubah menjadi sebuah lumatan yang lembut. Seakan mereka berdua ingin saling mengh
Tangan mungil Lucy secara perlahan, satu persatu mulai membuka kancing kemeja yang kala itu dikenakan oleh Rookie. Sang pria menatapnya dengan penuh damba dan senyuman yang penuh dengan arti diatasnya. Rookie lantas melepaskan kemeja yang telah berhasil Lucy buka guna memperlihatkan dada bidangnya yang tentu saja membuat wajah Lucy merona merah tidak karuan. Lucy memang sudah gila sekarang, dia telah melangkah ke jalan yang salah dan sialnya dia tidak lagi peduli dengan apa yang dimaksudkan dengan salah atau pun benar. Godaan Rookie terhadapnya membuat dia kehilangan arah hingga titik dimana dia sudah tidak lagi merasa perlu untuk berpikir logis. Dia justru malah memutuskan untuk melupakan segala hal di belakang sana tanpa terkecuali. Baginya sekarang, tidak ada seorang pun yang boleh merenggut kembali kebahagiaan yang baru saja dia rasakan. Tidak ada seorang pun.Bibir Rookie kemudian secara perlahan mulai turun ke leher putih Lucy. Rintihan kecil terdengar tak lama setelah bibir itu
Rookie teramat mengingikan Lucy, dia ingin bersemanyam dalam tiap jengkal nadi wanita yang kini berada dalam dominasinya. Menjadi satu kubikel darah yang mengalir ke tubuh, raup serakah sampai ke akarnya hanya untuk memiliki Lucy.Erangan dan desah keluar seiring pergerakannya. Dia terus meronta akan nikmat ragawi yang dia dapati dari Rookie. Rintihannya mengudara kian lantang terdengar ketika Rookie melahap bagian pribadinya di bawah sana. Menjahili dinding sensitif Lucy dengan lidahnya yang menari lincah. Dia menjelajah setiap senti, membuat Lucy menengadah dengan mulut enggan mengatup. Rangsangan yang tercipta membuat wanita itu kesulitan bernapas, dia melampiaskannya dengan jambakan pada rambut sang pria selagi hantaman surga dunianya menghampiri. “Ahhh—Rookie! I—iya … disitu … nghh!”Seprei di remas kian mengisut, mana kala liuk-liuk lidah Rookie mencapai liang yang lebih dalam lagi. Nirwana itu segera datang menarik sang cinta untuk terbang menyapa bintang-bintang. Netranya terp
Bisikan Lucy tidak Rookie abaikan. Malah pria itu meraih tangan kiri Lucy guna melepaskan cincin pernikahan sebagai simbol bahwa wanita itu milik suaminya. Lucy terkejut dengan apa yang baru saja Rookie perbuat, tetapi alih-alih melakukan sesuatu Lucy justru diam saja. Dia memutuskan untuk menunggu dan melihat apa arti dari gesture yang dilakukan oleh pria itu beberapa saat yang lalu.“Mulai sekarang, akulah pria yang akan melindungimu. Bukan suamimu, bukan orang lain. Jadi, kau tidak perlu lagi memakai cincin ini,” ungkap Rookie penuh dengan percaya diri.Lucy menatap lekat-lekat pria itu. “Kau tahu betul apa artinya bila kau melepaskan cincin itu dari jemariku,” sahut Lucy dengan serius.Lelaki itu mengangguk. “Tentu saja, karena memang itu artinya. Kita sudah melampaui batas. Jadi apa artinya cincin di jari manismu, karena kau sendiri bahkan tidak bisa menjaga kesetiaan. Dibandingkan kau kembali padanya dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Sebaiknya kau ceraikan dia dan datangla
Lucy yang geram segera bangun dari posisinya dan duduk di lantai. Perempuan itu memberikan pandangan yang tajam dan sinis kepada Rookie yang tampak terkekeh di tempatnya. Situasi ini sedikit mengingatkan Lucy terhadap masa lalu mereka ketika remaja. Karena Rookie memang kerap kali menggodanya dan membuat Lucy marah dengan candaannya yang kadang tidak berbobot.“Apa yang kau bayangkan saat menyentuhku yang sedang tidur? jangan-jangan adegan panas kita semalam ya? Kau ketagihan denganku ‘kan?”Muka Lucy mendadak merah padam. Ya, selain dengan candaannya yang tak berbobot. Rookie juga tipe orang yang ceplas ceplos tapi yang dia katakan terkadang sama persis dengan apa yang sedang Lucy pikirkan. Itu mengganggu dan sangat menyebalkan.Lucy menarik selimut yang dia gunakan untuk menutupi tubuhnya seperti kepompong dan menggunakannya sebagai tameng agar wajahnya yang merah tidak bisa diketahui oleh Rookie. Dia tidak mau lelaki itu tahu bahwa dia merona karenanya. Meskipun pipinya sekarang su
Bima baru saja pulang dari kantor kala itu. Mendapati suasana kamar adiknya yang sudah carut marut, Bima sadar tentang apa yang baru saja terjadi. Adiknya mengamuk lagi, dan seperti biasa Senna memang kerap kali melampiaskan amarahnya dengan menghancurkan barang-barang dan membuat berantakan seluruh ruangan. Gadis itu memang tidak berubah, padahal seharusnya dia bisa lebih dewasa.Namun Bima sendiri sadar bahwa hal tersebut karena masa kecilnya yang kurang kasih sayang orang tua dan juga pendidikan yang benar. Memang terkadang Senna selalu serba terlihat sempurna tetapi di sisi lain dia punya luka dan juga sisi berantakan yang tidak sembarangan orang bisa mengetahuinya. Kecuali Bima sendiri dan barangkali Rookie.Mengingat lelaki itu membuat Bima sedikit banyak hafal soal penyebab dari murkanya sang adik. Sudah jelas perilakunya ini dikarenakan oleh lelaki yang adalah pacarnya itu. Entah mereka masih berhubungan atau sudah putus, yang jelas dari kacamata Bima dia jelas tahu bahwa Rook
“Selamat pagi … Dokter, ah… tidak maksudku suami.”Wahyu terkesiap di mejanya tatkala mendengar suara lembut yang teramat familiar untuknya. Yah, tanpa perlu melirik pun sebenarnya Wahyu sudah bisa menebak siapa yang datang. Karena hanya ada satu orang saja yang bisa memanggilnya dengan panggilan ‘suami’. Dengan senyum simpul seperti biasa, rona muka Wahyu terlihat jauh lebih bersinar daripada hari-hari biasanya. Lelaki itu langsung sigap mempersilahkan masuk sang wanita mungil agar melangkah lebih jauh ke dalam ruang prakteknya.Sejak Lucy dibawa pergi oleh lelaki yang Wahyu ketahui adalah teman masa kecil istrinya dan setelah semua yang terjadi. Wahyu seketika pula kehilangan arah dan mulai gelisah selama beberapa waktu. Ada kalanya dia melamun sepanjang melakukan tugas, sampai semua perawat khawatir akan kondisinya dan sampai dia dirumahkan karena tidak bisa bekerja dengan baik.Padahal Wahyu sudah bisa menebak akhir dari kisahnya, tetapi dia merasa tidak siap bila harus dihadapkan
Saat itulah pintu kamar Lucy terbuka, menampakan sosok mungil yang dibalut oleh kaos oversize dan celana panjang training. “Kalau kalian ingin berkelahi di rumahku, aku tidak akan membiarkan kalian masuk rumahku lagi.”“Kau seharusnya tetap berada di dalam, Lucy.”“Tapi semakin aku menahan diriku, semakin aku mendengar Bibi memancing keributan. Aku tahu betul bagaimana Bibi kalau sedang marah.”“Tidak akan ada yang terjadi, selama dia mengangkat jarinya padaku. Kalau dia berani memukulku aku akan pastikan dia tidak bisa berjalan lagi dengan kedua kakinya seumur hidup.”“Justru itu, Bibi orang yang mudah terpancing emosi.”Percakapan diantara kedua orang itu membuat Rookie diam saja. Dia menyadari seberapa dekat hubungan keduanya, dan itu menyadarkan Rookie bahwa ada dinding tidak kasat mata yang tidak bisa dia pisahkan dari kedua orang ini. Bagaimana pun juga, Yuichi pastinya sudah Lucy anggap sebagai pengganti orangtuanya. Mengingat masa lalunya yang cukup buruk dan hanya orang itu s
Sepeninggal Rookie, Lucy tercenung di tempat duduknya. Kedua matanya menatap tanpa minat pada seluruh makanan yang tersaji di atas meja. Saat dia memutuskan untuk menganggap semua itu bukanlah apa-apa dan waktunya bagi dia untuk menahan diri dan tahu diri saat itulah dia mendengar seseorang mengetuk pintu dan menekan bel di luar.Lucy sempat berpikir bahwa barangkali itu adalah Rookie, hanya saja begitu dia membuka pintu Lucy malah tercengang.“Bibi Yuichi?!”“Lama tidak bertemu, Lucy.” Wanita itu tersenyum padanya dengan ramah.Lucy segera menghapus semua ekspresi yang sempat mengganggunya. Kemudian memberi bibinya senyuman yang sama sebagai balasan.“Masuklah. Aku tidak tahu kalau Bibi akan datang.”“Cukup sulit menghubungimu sejak kau meninggalkan aku di kantor pengadilan waktu itu. Jadi, bagaimana sekarang? kau masih berhubungan dengan orang itu?” cerocos Bibi Yuichi sambil meletakan beberapa paper bag di konter dapur. Sesaat dia melihat makanan yang tersaji di meja makan. Masih h
Rookie melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Beberapa kali atas ulahnya dia mendapatkan hadiah berupa umpatan dan juga bunyi klakson dari pengguna jalan lain gara-gara dia mencoba terus menyalip mereka dengan cara serampangan, tetapi lelaki itu tidak peduli. Semua itu demi upayanya memperpendek jarak tempuh menuju tujuannya sekarang. Rumah sakit.Semua itu karena sebuah kalimat yang terlontar dari mulut Bima. Sebenarnya hanya beberapa kata saja, tetapi hal tersebut cukup membuat jantung lelaki itu berdebar kencang dan hatinya di penuhi dengan kecemasan. Kekhawatiran yang memicu dirinya bertindak gegabah dan nekad. Tentu saja. Mengemudi secara ugal-ugalan di jalan raya bukan tindakan terpuji dan sejujurnya dia pun saat ini sedang menantang maut pula.“Senna mencoba bunuh diri, Rookie. Aku menemukan dia ada di kamar mandi hotel …”Rookie menginjak pedal gasnya lagi, memutar setir ke kiri dan merebut jalan sebuah truk pengantar barang yang membuatnya sekali lagi mendapatkan klakson
Bunyi bel dari pintu kamar hotel yang dia sewa membuat Senna segera bangun dari sofa dan melangkah menuju pintu masuk dengan sumringah. Sebelumnya dia menyempatkan waktu untuk mematut di depan cermin seukuran setengah badan yang terpasang di dekat pintu hanya untuk sekadar mengecek penampilannya sendiri. Senna tentu saja ingin berpenampilan terbaik di hadapan Rookie. Tanpa merasa perlu mengintip dari lubang pintu Senna segera membuka lebar-lebar pintu kayu tersebut dengan senyum termanis yang bisa dia buat. Namun dengan segera harapan yang terpupuk di dalam dirinya harus pupus seketika tatkala melihat siapa orang yang sekarang berdiri dihadapannya. Dia seorang pria tetapi bukan Rookie. Ya, bukan Rookie melainkan kakaknya sendiri, Bima.“Kenapa kakak ada disini?” tanya Senna dengan marah.“Dia tidak akan datang,” kata Bima seraya menerobos masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. “Setelah kau menelepon dia, Rookie menghubungiku karena itulah kesepakatan kami. Dia juga berpesan padaku un
Lagi-lagi telepon berdering, ini sudah kesekian kalinya sejak Rookie angkat kaki dari restoran tempat dia berbincang bersama sang Ibu. Begitu mengetahui siapa yang ibunya libatkan dalam pertemuan mereka, Rookie langsung naik pitam. Tanpa perlu basa-basi lelaki itu langsung meninggalkan mereka. Dan sekarang ponselnya jadi dua kali lipat lebih berisik. Sampai titik dimana akhirnya Rookie menyerah dan mengangkat panggilan telepon yang berasal dari nomor ponsel ibunya.“Ya, Bu?”“Ini aku,” sahut seseorang dari balik panggilan. Kernyitan di dahi Rookie menguat. Saat ini Rookie sangat emosi, tetapi perempuan ini justru menyiram minyak ke dalam kobaran api. Dia jelas tahu bahwa menghubunginya sekarang sudah merupakan sebuah kesalahan besar.“Sudahlah, sekarang katakan apa maumu. Kau tahu kalau kita sudah berakhir kan? kenapa kau melibatkan ibuku?”“Kenapa kau berubah, Rookie? Kenapa kau memperlakukan aku seperti ini?” tanya perempuan itu lagi yang membuat Rookie semakin muak.“Kau berharap a
Rookie melangkah cepat memasuki sebuah restoran keluarga yang letaknya tidak jauh dari gedung perkantoran tempat dimana dia bekerja. Langkahnya terburu karena tidak ingin membuat orang tuanya menunggu. Terlebih adalah hal yang aneh mendapati kabar dari sang ibu setelah konflik yang terjadi dan wanita itu tiba-tiba saja memintanya bertemu. Ya, beberapa saat yang lalu setelah obrolan kecilnya bersama Bima. Ibunya menelepon dan mengatakan bahwa dia telah berada di Jakarta dan meminta untuk bertemu.Restoran tempat janji temu tampak mulai ramai saat Rookie melangkah memasukinya. Restoran tersebut menyediakan makanan hasil laut dan selalu penuh apalagi setiap weekend. Seorang pramusaji dengan seragam sailor mengantarkan Rookie ketika dia berkata punya janji temu.“Maaf membuat ibu menunggu lama,” ujar Rookie kepada ibunya yang sudah terlebih dahulu datang.“Duduklah, kita makan dulu sebelum bicara,” kata ibunya. “Ibu sudah pesankan udang saus inggris untukmu. Kau masih suka itu kan?”Rooki
Hari-hari berikutnya berlalu dengan begitu cepat dan baik. Hubungan Lucy dan Rookie semakin erat dan hangat. Mereka juga sering menghabiskan waktu bersama. Beberapa kali Rookie bahkan selalu mengajaknya sarapan sebelum dia berangkat kerja, juga mengantar Lucy untuk pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa keperluan sehari-hari yang wanita itu butuhkan. Sungguh, situasi ini seperti mereka sudah melangkah jauh. Bisa dikatakan seperti mereka telah terhubung sebagai sepasang pengantin baru. Validasinya dari beberapa penjaga toko paruh baya yang mendoakan mereka, tentu saja. Dan hal itu membuat Rookie bahagia bukan kepalang mendengarnya.Tidak hanya sampai disana, bahkan dibeberapa kesempatan Rookie juga selalu mampir setelah pulang kerja ke kediaman Lucy untuk makan malam bersama. Bahkan sampai titik dimana dia menginap juga. Rookie benar-benar merasa nyaman dengan dinamika yang terjadi diantara mereka berdua. Karena Lucy sekarang sudah mulai mengisi kehidupan sehari-harinya dan
Bima mengulurkan tangan, menggenggam erat pergelangan tangan adiknya. Memberikan isyarat agar dia tidak pergi kemana pun atau melakukan sesuatu yang mungkin akan mengakibatkan keributan yang tidak diperlukan. Sejujurnya dia cukup terkejut atas situasi barusan. Niatan yang Bima lakukan dengan membawa adik bungsunya keluar untuk pertama kalinya ini adalah karena dia punya rencana untuk mengubah suasana hati Senna. Tetapi belum usai pula harapannya mencapai titik sukses, Bima malah harus menelan pil pahit bahwa upayanya tidak sepenuhnya berhasil. Semuanya serasa kembali ke titik nol hanya karena kemunculan Rookie dan Lucy.Bima tentu tidak akan menjudge adiknya atas aksi yang gadis itu buat dengan segera keluar mengikuti mereka tanpa pikir panjang saat mendengar suaranya. Dia juga bisa memahami kalau Senna sudah pasti sangat terpukul dengan kenyataan yang ada di depan matanya. Dia paham akan hal itu sebab dirinya pun merasakan hal yang serupa.“Lepaskan aku, Kak,” kata Senna dengan suara
Senna tercenung begitu dirinya dihadapkan pada sebuah kedai yang ditunjukan oleh sang kakak. Bagian dindingnya di tempeli banner yang berisi menu yang kedai tersebut jual. Ada pula spanduk yang berisi informasi nama kedai tersebut bersamaan dengan nomor telepon bagi yang punya keinginan untuk pesan antar. Sebuah tempat yang termalpau sederhana untuk Senna yang tidak pernah makan di tempat yang telah dia cap sebagai tempat makan orang dengan kasta rendah.“Kenapa kita disini?” tanyanya kepada Bima yang terlihat sama sekali tidak terganggu dengan pemandangan yang ada didepan mereka. Fakta bahwa pria ini pula yang mengajaknya kemari pun sudah bisa dimasukan ke dalam salah satu keajaiban dunia.“Aku sudah bosan sarapan hanya dengan sereal dan kopi atau makanan yang dimasak koki di rumah kita. Apa salahnya bila kita sedikit berganti suasana?” jawab Bima dengan tenang dan tanpa rasa bersalah sedikit pun.Otot wajah Senna sedikit berkerut mendengar pernyataan sang kakak. “Dari semua tempat y