Bisikan Lucy tidak Rookie abaikan. Malah pria itu meraih tangan kiri Lucy guna melepaskan cincin pernikahan sebagai simbol bahwa wanita itu milik suaminya. Lucy terkejut dengan apa yang baru saja Rookie perbuat, tetapi alih-alih melakukan sesuatu Lucy justru diam saja. Dia memutuskan untuk menunggu dan melihat apa arti dari gesture yang dilakukan oleh pria itu beberapa saat yang lalu.“Mulai sekarang, akulah pria yang akan melindungimu. Bukan suamimu, bukan orang lain. Jadi, kau tidak perlu lagi memakai cincin ini,” ungkap Rookie penuh dengan percaya diri.Lucy menatap lekat-lekat pria itu. “Kau tahu betul apa artinya bila kau melepaskan cincin itu dari jemariku,” sahut Lucy dengan serius.Lelaki itu mengangguk. “Tentu saja, karena memang itu artinya. Kita sudah melampaui batas. Jadi apa artinya cincin di jari manismu, karena kau sendiri bahkan tidak bisa menjaga kesetiaan. Dibandingkan kau kembali padanya dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Sebaiknya kau ceraikan dia dan datangla
Lucy yang geram segera bangun dari posisinya dan duduk di lantai. Perempuan itu memberikan pandangan yang tajam dan sinis kepada Rookie yang tampak terkekeh di tempatnya. Situasi ini sedikit mengingatkan Lucy terhadap masa lalu mereka ketika remaja. Karena Rookie memang kerap kali menggodanya dan membuat Lucy marah dengan candaannya yang kadang tidak berbobot.“Apa yang kau bayangkan saat menyentuhku yang sedang tidur? jangan-jangan adegan panas kita semalam ya? Kau ketagihan denganku ‘kan?”Muka Lucy mendadak merah padam. Ya, selain dengan candaannya yang tak berbobot. Rookie juga tipe orang yang ceplas ceplos tapi yang dia katakan terkadang sama persis dengan apa yang sedang Lucy pikirkan. Itu mengganggu dan sangat menyebalkan.Lucy menarik selimut yang dia gunakan untuk menutupi tubuhnya seperti kepompong dan menggunakannya sebagai tameng agar wajahnya yang merah tidak bisa diketahui oleh Rookie. Dia tidak mau lelaki itu tahu bahwa dia merona karenanya. Meskipun pipinya sekarang su
Bima baru saja pulang dari kantor kala itu. Mendapati suasana kamar adiknya yang sudah carut marut, Bima sadar tentang apa yang baru saja terjadi. Adiknya mengamuk lagi, dan seperti biasa Senna memang kerap kali melampiaskan amarahnya dengan menghancurkan barang-barang dan membuat berantakan seluruh ruangan. Gadis itu memang tidak berubah, padahal seharusnya dia bisa lebih dewasa.Namun Bima sendiri sadar bahwa hal tersebut karena masa kecilnya yang kurang kasih sayang orang tua dan juga pendidikan yang benar. Memang terkadang Senna selalu serba terlihat sempurna tetapi di sisi lain dia punya luka dan juga sisi berantakan yang tidak sembarangan orang bisa mengetahuinya. Kecuali Bima sendiri dan barangkali Rookie.Mengingat lelaki itu membuat Bima sedikit banyak hafal soal penyebab dari murkanya sang adik. Sudah jelas perilakunya ini dikarenakan oleh lelaki yang adalah pacarnya itu. Entah mereka masih berhubungan atau sudah putus, yang jelas dari kacamata Bima dia jelas tahu bahwa Rook
“Selamat pagi … Dokter, ah… tidak maksudku suami.”Wahyu terkesiap di mejanya tatkala mendengar suara lembut yang teramat familiar untuknya. Yah, tanpa perlu melirik pun sebenarnya Wahyu sudah bisa menebak siapa yang datang. Karena hanya ada satu orang saja yang bisa memanggilnya dengan panggilan ‘suami’. Dengan senyum simpul seperti biasa, rona muka Wahyu terlihat jauh lebih bersinar daripada hari-hari biasanya. Lelaki itu langsung sigap mempersilahkan masuk sang wanita mungil agar melangkah lebih jauh ke dalam ruang prakteknya.Sejak Lucy dibawa pergi oleh lelaki yang Wahyu ketahui adalah teman masa kecil istrinya dan setelah semua yang terjadi. Wahyu seketika pula kehilangan arah dan mulai gelisah selama beberapa waktu. Ada kalanya dia melamun sepanjang melakukan tugas, sampai semua perawat khawatir akan kondisinya dan sampai dia dirumahkan karena tidak bisa bekerja dengan baik.Padahal Wahyu sudah bisa menebak akhir dari kisahnya, tetapi dia merasa tidak siap bila harus dihadapkan
Rookie membiarkan Lucy masuk sendirian ke dalam ruangan pemeriksaan. Tidak bisa berbuat banyak, karena itu adalah perintah wanita itu yang memintanya untuk menunggu diluar alih-alih ikut masuk ke dalam. Meski Rookie seorang bajingan tetapi dia cukup tahu diri untuk tidak banyak berlagak, atau paling tidak dia bisa sedikit menyesuaikan diri terhadap kondisi yang terjadi diantara mereka bertiga. Alasannya karena Wahyu adalah pria baik yang berhak atas Lucy-nya sebab lelaki itu adalah suami sang wanita yang dia cinta. Kalau saja diantara mereka tidak ada ikatan itu, sudah barang tentu Rookie tidak akan mau peduli dan tetap akan merangsek masuk seperti pria brengsek yang tidak tahu norma. Dalam kasusnya, Rookie jelas tidak punya hak untuk melarang Lucy bertemu dengan pria itu. Ya, karena dia sendirilah pihak ketiga dihubungan mereka berdua.Kalau dipikir lagi dengan logikanya yang tajam untuk hal-hal bisnis, sebenarnya mudah pula bagi Rookie untuk memakaikan dalam situasi ini. Kalau diing
Setelah agak lama Lucy keluar dari ruangan dokter. Raut muka wanita itu tidak terlihat bagus, dia terlihat sangat lelah dan hal itu jelas memunculkan sebuah tanda tanya besar bagi Rookie. Sepertinya Wahyu sudah memberikan sebuah vonis tertentu dan diam-diam Rookie sedikit penasaran dengan apa yang lelaki itu katakan. Entah murni soal pemeriksaan atau ada obrolan secara pribadi, yang jelas Rookie ingin tahu segalanya.“Bagaimana?”“Dikatakan buruk tidak begitu buruk, tetapi dikatakan bagus juga tidak bagus,” sahut Lucy yang membuat Rookie menaikan sebelah alisnya.“Boleh aku bertanya pada Wahyu soal hasil pemeriksaannya?” tanya Rookie lagi dengan cara yang sehalus mungkin. Wanita itu tidak menjawab tidak pula menggeleng untuk memberikan penolakan secara pasti. Gerak-gerik Lucy yang hanya diam setelah keluar dari ruangan membuat Rookie mengambil keputusan secara sepihak. Tanpa aba-aba, Rookie masuk ke dalam ruangan Wahyu dan mendapati lelaki itu juga sama termenungnya.Kehadiran Rookie
Lucy pikir dia mengenal Wahyu lebih dari siapa pun. Mengingat dua tahun terakhir ini dia habiskan bersama pria itu sebagai istrinya. Tetapi malam ini …“Kita akhiri saja.” Nyatanya, Lucy nyaris tidak bisa percaya begitu lelaki yang tenang itu menyuarakan sebuah ungkapan yang sejatinya telah susah payah Lucy coba untuk rangkai sedemikian rupa agar terdengar lebih baik. Memang sangat egois mengingat dirinya sudah berselingkuh dari pria itu dengan tidur bersama orang yang dia cinta tapi masih pula berpikir untuk terlihat menjadi orang baik dengan perpisahan secara baik-baik. Tetapi perpisahan mana yang bisa dikatakan baik-baik?“Apa yang—”“Pernikahan kita, mari kita selesaikan disini.” Bahkan untuk sekadar bertanya saja, Wahyu tidak memberinya kesempatan. Ya, wajar saja dia demikian. Lelaki mana pun di dunia ini tidak mungkin mau menerima istrinya yang sudah pernah tidur dengan lelaki lain. Memang apa lagi yang Lucy pikirkan? Mau bagaimana pun ini adalah sesuatu yang tidak akan terhin
Ketika sendirian begini, tiba-tiba saja ingatan masa lampau muncul. Tentang Lucy yang pernah bilang kalau Wahyu itu enigma. Wahyu sendiri menanggapinya dengan senyuman kecil dan berkata bahwa dia adalah sebaliknya. Tetapi wanita itu bilang kalau Wahyu itu seperti hantu pengelana yang kesepian yang memicu tawa kecil sebelum wanita itu menarik perkataannya sendiri dengan berkata bahwa Wahyu itu lebih seperti malaikat yang tengah turun ke bumi untuknya.“Kenapa bisa kau bilang begitu?”“Bukankah dari perlakuanmu padaku sudah jelas?” Lucy tengah berbaring dengan kepala yang bersandar pada kedua paha sang pria. Wajahnya dia tatap sedemikian intens, lalu bibirnya langsung menciptakan kurva. “Kau itu orang baik tapi misterius, aku tidak pernah mendengar apa-apa soal hidupmu atau hal-hal yang sifatnya pribadi padahal kita sudah serumah dan sudah jadi suami istri. Aku tidak pernah lihat saat kau tidur karena kita tidur terpisah. Kadang kau pergi saat aku masih tertidur dan pulang saat aku suda