Begitu masuk ke dalam club yang Kenny bicarakan. Rookie langsung mendapatkan sorotan dan perhatian dari para gadis yang menjajakan diri mereka dan berebut menggodanya. Tetapi Rookie tidak tertarik pada mereka semua dan menolaknya cukup tegas sehingga dia ditinggalkan sendirian. Dia lebih penasaran dengan gadis yang ditunjukan Kenny kepadanya, si gadis primadona.
“Rose itu primadona-nya disini dan dia satu-satunya yang tidak pernah seks dengan tamunya. Banyak pria yang berusaha mengambil keperawanannya tetapi dia selalu berhasil mengatasi semua itu. Terakhir kali aku dengar dia bahkan sampai babak belur gara-gara berusaha kabur dari kliennya.”
Begitulah yang dikatakan pelacur disekitarnya ketika Rookie bertanya soal Rose, tetapi buat Rookie rasanya itu tidak masuk akal, dan itu barangkali hanyalah rumor agar harganya jadi berkali-kali lipat lebih mahal saja. Rookie lebih percaya kalau dia hanya so jual mahal. So suci di tempat yang hina, sangat kontradiktif.
Rookie mulai bergerak mendekati panggung dimana sang primadona club sedang menari, secara impulsive dia langsung menarik lengannya. Gadis itu berhenti bergerak ketika tubuhnya bertabrakan dengan dada bidang Rookie.
Dia berbalik dengan gerakan yang anggun, rambut panjangnya menyibak wajah putih bersih yang disinari oleh lampu panggung, kesan yang menggoda dan lumayan mendebarkan.
Rookie nyaris tidak berkedip ketika dia menatap wajah sang primadona dari jarak dekat seperti ini. Ternyata benar, alasan mengapa dia begitu familiar karena dia adalah perempuan yang pernah dia tolong di hotel waktu itu. Benar dugaannya bahwa ternyata perempuan itu bukan korban melainkan hanyalah seorang pelacur yang sedang mencari nafkah malam itu.
“Mengecewakan,” gumam Rookie.
Tak berbeda jauh dengan Rookie, gadis itu juga tampak sama terkejutnya. Apalagi ketika matanya bersitumbuk dengan piercing telinga yang pria itu kenakan. Namun dengan keahliannya dalam bersandiwara dan memainkan peran. Keterkejutan itu berganti dengan sebuah senyuman yang kelewat manis yang cukup untuk menggoda keimanan.
“Mengecewakan apa, Tuan?” ujar gadis manis itu.
Pembawaannya sangat tenang, dan elegan. Jika saja Rookie bertemu dengan dia bukan di tempat seperti ini. Dia mungkin akan langsung terpesona dan jatuh cinta. Tapi sayangnya, dia bukan levelnya.
“Hai Rose, kau primadona di klub ini kan?” tanya Rookie.
“Ya, ada yang Tuan inginkan dari saya?”
“Tidurlah denganku, dan kau boleh meminta uang sebanyak apa pun dariku.” Sangat tegas dan maskulin. To the point. Itulah cara Rookie saat sedang berbincang dengan perempuan yang menjadi targetnya. Biasanya perempuan yang diperlakukan demikian akan langsung memberinya senyuman termanis.
Tetapi siapa sangka, Rose sang primadona klub langsung menatap tajam ke arah Rookie. Sorot mata itu langsung memperlihatkan ekspresi terganggu dan jijik kepadanya. Ekspresi yang begitu alami, tidak dibuat-buat dan sialnya Rookie malah terpesona pada pancaran kebencian yang menguar secara spontan dari gadis itu.
Sungguh, belum pernah ada perempuan yang berani menatapnya dengan mata yang seolah hendak membunuhnya seperti ini kecuali satu orang. Dan itu pun hanyalah orang dimasa lalunya, dia tidak ada gantinya.
Tetapi setelah mereka bersitatap dia merasa bahwa sebelum menyelamatkan perempuan ini Rookie yakin pernah mengenalnya jauh sebelum itu Tapi tidak yakin dimana dia tahu gadis itu. Haruskah Rookie memastikannya? Tapi bagaimana langkah pertamanya?
“Jadi bagaimana? kau mau? Aku bisa membayarmu sebanyak mungkin,” lanjut pria itu dengan nada suara yang begitu angkuh.
Gadis bermata indah tersebut secara perlahan melepaskan tangannya dari pria itu. Masih seperti itu, sorot matanya tidak mengendur sedikit pun. Tidak ada perubahan.
“Apa Tuan tahu kalau mawar itu punya duri? Duri tajam yang bisa membuat luka di tangan tuan. Itulah saya. Kalau tuan tahu cara memangkas duri itu dan tidak melukai tangan tuan, saya bersedia menyerahkan malam pertama saya kepada tuan. Tetapi jika tidak tahu caranya, menyerah saja atau silahkan pergi.”
Pria itu hanya mendengus kesal. Sepertinya dia baru saja merasakan rasa sebal luar biasa. Ini adalah sebuah penolakan dan Rookie tidak suka mendapati kenyataan seperti itu.
Maka pria tampan itu lantas kembali meraih lengan Lucy dan menggenggamnya dengan erat. “Apa maksud perkataanmu? Gadis murahan sepertimu itu bisa kubeli dengan harga berapapun! Jangan sombong dengan mengatakan soal analogi tidak berguna macam duri atau mawar. Bilang saja kalau kau sudah tidak perawan dan julukan yang kau dapatkan jelas hanyalah branding. Pelacur tetaplah pelacur,” sembur Rookie yang tidak tahan mengutarakan semua hal yang ada di kepalanya tanpa rem sedikit pun.
Dengan sekali sentakan, Lucy mendekatkan wajahnya ke arah pria itu. Lalu dengan satu tangannya yang bebas, yang tidak digenggam pria itu, Lucy langsung menarik lehernya hingga sejajar dengannya dan mencium bibir pria itu secara impulsive. Pria itu jelas langsung kaget dengan tindakan tiba-tiba Lucy.
Tanpa merasa perlu ragu sedikitpun, Lucy menjilat bibir merah si pria berambut gondrong itu. Tentu saja aksi mereka langsung ditonton oleh pengunjung klub malam itu. Banyak yang membelalakan mata dan berteriak heboh. Lucy masih tidak peduli dan tetap melanjutkan kegiatannya.
Lucy menjilat permukaan bibirnya meminta izin masuk kesana. Tidak perlu waktu, Rookie yang memang sudah lihai tanpa perlu buang waktu memberikan akses lebih sehingga Lucy semakin liar, beradu lidah dengan sang tuan rumah. Lucy memejamkan matanya mencoba menikmati setiap detik yang berlalu dengan adegan ini dan sepertinya pria itu juga telah tenggelam dan menikmatinya. Baru saja akan menikmatinya, Lucy lantas menarik bibirnya menjauh secara tiba-tiba ketika Rookie meminta lebih. Membuat pria itu frustasi sedangkan Lucy mengulas senyum manisnya tanpa sedikit pun memperlihatkan keinginan lebih untuk menjamah lebih dalam lagi. Pandangannya kini meremehkan pria itu,
“Lihat siapa pria angkuh yang bicara, apa ciuman saya begitu menggairahkan sehingga membuat Anda linglung, tuan? Nama saya Rose, dan jika tidak berhati-hati duri saya akan melukai Anda. Harap Anda ingat itu.”
Gadis itu kemudian pergi meninggalkan panggung itu dengan memberikan tanda tanya pada si pria. Namun sebelum benar-benar pergi, Lucy berhenti sejenak dan mengerjapkan matanya berkali-kali. Menahan air mata yang mungkin akan mengalir deras tanpa penyumpalnya. Sial … kenapa harus sekarang?
“Ternyata seorang pahlawan yang menolongku saat itu adalah kau … Rookie,” bisik Lucy.
Lucy menyandarkan tubuh mungilnya pada dinding kamar mungilnya. Perasaannya dipenuhi oleh banyak hal, masih berkecamuk luar biasa. Dia sama sekali tidak menyangka akan ada kejadian seperti itu. Bahwa dia … setelah lima tahun lalu, dia akan kembali bertemu lagi dengan orang itu.
Dan dari apa yang terjadi, sepertinya orang itu benar-benar sudah melupakan siapa dirinya. Orang itu tidak mengenalnya. Oh tidak! jika pun orang itu mengenal dia, mungkin Lucy sudah tidak punya muka lagi untuk bertemu dengannya. Bisa dipastikan mungkin saja pria itu tidak mau lagi bertemu dengannya atau mungkin dia akan menyesal mengenalnya. Itu pasti. Tapi sayang sekali, Lucy tidak bisa melupakan perasaan yang dia miliki. Meskipun bertahun-tahun lalu, perasaan itu masih melekat erat di dalam dirinya.
“Kau berharap apa? bisa saja dia sudah punya istri sekarang. Ah... kau benar-benar menyedihkan Luciana. ”
“Terlambat datang rapat penting, lupa tugas yang sudah saya berikan dan terakhir kau sama sekali tidak mengangkat telepon dari saya. Apa kau masih pula sibuk memprioritaskan perempuan penghibur disela jam kerjamu? Kau ini apa masih punya niat kerja? Etos kerjamu buruk sekali!”Dan siang ini seperti biasa Rookie mendapatkan panggilan untuk menghadap ke ruang Wakil Presdir, ceramah rutin kali ini langsung masuk ke dalam kuping kanan Rookie dan keluar dari kuping kiri. Di ruangan yang luas serta tersedia kursi ini Rookie tidak diperkenankan untuk duduk sama sekali. Malah pria itu hanya bisa berdiri bak bocah ingusan yang sedang dimarahi oleh sang guru karena lupa mengerjakan PR dengan posisi tangan menyilang dibelakang punggung. Sebenarnya hal seperti ini sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Mengingat alasan mengapa Rookie diangkat menjadi GM pun karena dia menjalin hubungan dengan adik dari sang Wakil Presdir, dan sebagiannya lagi tentu saja karena hasil dari kerja keras Rookie se
“Pak Bima ini bukan tipe pria membosankan yang kaku kan? Bagaimana kalau tempat negosiasinya biar aku yang atur? Aku ada rekomendasi tempat yang hangat dan menyenangkan yang biasa disambangi pria seperti kita. Aku jamin kau akan suka tempatnya, saranku sebaiknya kau sedikit lemaskan badanmu sedikit, bertingkahlah seperti pria normal pada umumnya. Aku sangat menantikan sambutan baik darimu, Pak Bima.”Bima mendesah lelah, dia sungguh menyesal setelah pertemuannya dengan sang kolega bisnis tidak berakhir dikantornya malam ini. Pria tersebut terlalu terbawa suasana dan emosi saat menceramahi pekerjaan Rookie sehingga ketika dia terlibat pembicaraan dengan sang investor tanpa punya pilihan dia malah mengiyakan begitu saja ide darinya. Bagaiman pun juga Bima sendiri memang tidak punya pilihan, karena kebetulan dia adalah investor besar untuk proyek selanjutnya. Berdasarkan riset yang dia lakukan soal dia, Bima menemukan beberapa fakta unik tentang pria bernama Anton tersebut. Dia adalah pr
“Kau Kenny bukan?”Kenny terdiam dan tubuhnya mendadak kaku mendengar suara yang memanggil namanya. Tidak, tidak mungkin! Batinnya berteriak. Meskipun dia tahu bahwa dia berada dalam setengah mabuk tetapi rasanya sangat aneh mendengar suara itu diluar kantor. Dia tidak bisa membayangkan seorang Wakil Presdirnya yang kaku ada di tempat hiburan malam.Berbeda dengannya yang adalah pria brengsek, sang Wakil Presdir adalah seorang pria alim bermartabat yang seumur hidupnya tidak akan pernah mau menginjakan kaki di klub murahan. Dia pria baik-baik di kantornya, oleh sebab itu semua gender menghormatinya. Jadi mana mungkin orang sepertinya ada disini bukan?“Kau temannya si Rookie kan? Kenny?”Ini kali kedua, dan bahkan lebih jelas dari yang sebelumnya. Kenny melongo, mendapati fakta bahwa sang Wakil Presdir ada di hadapannya sekarang, menyapa dia dengan pakaian yang masih sama seperti yang dia ingat pagi tadi. Kontan si pria berambut merah langsung berubah gugup.Mendadak rasa mabuk dan se
Kepala Rookie rasanya berputar dan berat. Ini merupakan salah satu lembur yang mesti dia jalani entah yang keberapa kalinya dalam minggu ini. Alasannya seperti biasa adalah karena Bima sang Wakil Presdir masih saja terus berupaya membuatnya tidak nyaman dengan memberinya banyak tekanan di kantor. Entah kenapa pula sang Presdir belum memberikan otoritas penuh kepada cucunya. Padahal menurut Rookie, Bima ini sudah mumpuni dan kompeten dalam mengatasi banyak permasalahan untuk perusahaan dan semua orang di kantor juga tidak ada yang berani meragukan atas kinerjanya.Ketertundaan sang tuan muda menduduki tahta puncak bagi Rookie bisa dibilang adalah sebuah anugerah tersendiri. Sebab entah mengapa sejak Rookie menjalin tali kasih dengan adiknya, Senna. Bima langsung tidak menyukai Rookie. Mungkin karena pria itu sudah menyelidiki latar belakang Rookie dan menemukan bahwa Rookie punya masalah serius dalam hubungan dengan perempuan alias playboy. Tetapi Rookie sudah menjanjikan bahwa dia aka
Rookie terbangun ketika suara bel apartement-nya berbunyi nyaring dan itu bukan sekali dua kali. Orang sialan mana yang berani menganggu istirahatnya di pagi buta? Rookie mencoba membuka matanya dan memijat pangkal hidungnya. Dia melirik ke samping tempat tidurnya. Kekasihnya sudah terlelap nyenyak disebelahnya dengan selimut menutupi tubuh. Dia kemudian secara perlahan dan lembut mencoba melepaskan pelukan erat sang kekasih di atas perutnya tanpa bersuara.Senna bergeliat sedikit ketika Rookie berupaya melepaskan diri. Sambil menguap tanpa suara, Rookie mencari kimono handuknya dan memakainya secara asal. Sebagai formalitas saja untuk sekadar menendang tamu kurang ajar yang berani membunyikan belnya pada dini hari. Kalau bukan berita penting yang dia terima dan hanya sekadar omong kosong belaka, Rookie tidak segan meluncurkan bogem mentah di mukanya.Bingo!Begitu melihat melalui monitor pintunya, ternyata dugaannya tidak meleset sama sekali. Orang gila yang mendatangi kediamannya di
Perjalanan menuju ke kampung halaman lumayan memakan waktu, dan biasanya Rookie pulang pergi dulu sekali. Tetapi seiring waktu akhirnya dia memutuskan untuk menetap di Jakarta, dan ini adalah kali pertama di tahun ini dia pulang ke rumah orangtuanya. Ada banyak alasan dan pertimbangan sebelum memutuskan untuk pulang. Tetapi khusus kali ini Rookie menyanggupi dan pulang. Di tempat itu ada banyak temannya. Mereka rata-rata menetap disini, dan tidak keluar kota seperti dirinya. Makanya kepulangannya kali ini dikhususkan untuk bertemu kawan lama dari SMA. Sejak itu tidak ada kabar apa pun yang sampai ke telinga Rookie karena dia sendiri sibuk dengan dunianya dan tidak memperhatikan sekitar setelah mendapatkan jabatannya sekarang.Dia tiba di kediamannya pada pukul tiga. Kedatangannya langsung disambut meriah oleh seluruh anggota keluarga, waktu yang pas untuk melepas rindu. Rookie sendiri sempat berbincang dengan sang ayah sebelum pria itu pergi lagi karena mendapatkan panggilan mendadak
“Kau mau aku jujur atau bohong?” kata si dokter muda sambil menuliskan beberapa kata ke dalam secarik kertas.“Bohong saja deh,” jawab gadis itu sambil tersenyum lebar.“Jadi sampai sekarang kau masih meremehkan ya?” sahut dokter itu lagi sambil mencebik.“Ayolah, Dokter Wahyu tersayang, kau tahu pagi ini begitu dingin dan sejujurnya aku tidak suka dingin,” tambah gadis itu pada sang dokter muda di depannya.“Baiklah, aku tahu kau tidak akan mendengarkan aku lagi. Tapi Lucy, kau harus berhenti mengkonsumsi alkohol dan rokok. Itu yang paling utama dari semuanya.”“Itu sangat sulit lho, katakan tinggal berapa dan aku akan berhenti menemuimu,” sahut si gadis berambut pendek.“Kalau kau berhenti menemuiku, maka aku yang akan mendatangi tempatmu,” timpal sang dokter yang bernama Wahyu tersebut.“Astaga! Kau sangat membosankan sekali sih, Wahyu! Tidak bisakah kau sedikit membuat hidupmu jadi lebih menyenangkan? Jangan kaku seperti itu, kau itu manusia bukan kanebo kering,” keluh Lucy pada a
“Tuan, kita hidup di dunia yang berbeda meskipun saat ini kita bertemu dengan cara yang normal seperti sekarang. Tuan tidak akan pernah mengerti cara berpikir saya. Bersyukurlah Tuan dilahirkan dari keluarga kaya sehingga tidak perlu khawatir tidak bisa makan keesokan harinya. Tetapi saya? perlu usaha lebih untuk bertahan hidup dan mencari uang. Jujur saja tanpa uang saya bisa mati. Menurut Tuan jika saya punya pilihan lain, apakah saya akan tetap memilih jalan ini? Terkadang seorang pelacur juga tidak ingin bila seumur hidupnya dihabiskan berada di kegelapan malam selamanya. Semua orang memandang kami dengan sebelah mata. Kebanyak orang tidak pernah berpikir apa yang mungkin kami inginkan dan apa yang tidak kami inginkan. Mereka tidak peduli alasan mengapa kami mengambil jalan ini. Dan, tahukah kalau Tuan juga mulanya termasuk salah satu dari mereka, tetapi mengapa sekarang Tuan bersikap seolah Tuan ini berbeda?”Setelah mengucapkan apa yang merasa perlu dia katakan, Lucy hendak mela