Share

My Hero

“Astaga Lucy! Apa yang terjadi padamu?”

Seruan bernada khawatir keluar dari mulut wanita paruh baya ketika Lucy tiba dirumah dalam kondisi mengenaskan. Gadis itu tidak banyak bicara dan hanya diam meskipun memang wajar bila wanita itu menyambutnya langsung dengan penuh kepanikan.

Bagaimana tidak? Lucy datang dalam kondisi kacau balau. Bibirnya terluka, rambutnya acak-acakan, tangannya berdarah, dan dibeberapa bagian juga ditemukan luka lebam. Terutama di kaki karena memang bagian itu sempat terkena benturan keras ketika Lucy setengah dibanting lantaran enggan melayani dan pakaian yang menutupi tubuhnya hanyalah sebuah kimono handuk yang sudah urakan tidak berbentuk.

Setiap pulang dari pekerjaannya maka namanya akan berubah kembali menjadi nama aslinya. Luciana alias Lucy. Rose? Itu hanyalah nama yang dia gunakan saat sedang bekerja.

“Hai Bi, aku tidak apa-apa. Tidak perlu khawatir, tapi karena aku pesan taksi tadi, aku belum membayarnya jadi tolong ya Bi,” sahut Lucy seraya masuk ke dalam sementara wanita yang dipanggil bibi tersebut langsung keluar dan mendekati taksi untuk membayar ongkosnya.

Selesai dengan itu, sang bibi kembali masuk ke dalam rumah untuk kembali merecoki Luciana. “Katakan padaku apa yang sudah terjadi padamu? Apa kau bertengkar dengan seseorang? Apa kau ribut dengan pelangganmu lagi? aku tadi sempat lihat orang yang membawamu memang orang yang cukup menyeramkan. Apa yang dia lakukan sampai kau semenyedihkan ini?” tanya bibinya lagi tidak puas karena Lucy yang masih pula memilih tutup mulut alih-alih buka suara dan jujur terhadap kejadian yang baru saja menimpanya.

“Ini kan hal yang sudah biasa, Bi. Resiko wanita pekerja malam,” sahut Lucy santai.

Mendengar hal itu, mau tidak mau sang Bibi menghela napas panjang sambil menatap keponakannya lekat-lekat. “Kalau tidak sanggup jangan memaksakan diri. Aku sudah bilang padamu sejak awal bahwa kehidupan seperti ini tidak mudah dijalani dan berat. Kita hanyalah alat yang digunakan untuk memuaskan hasrat mereka. Tidak ada satu pun yang akan menghargai kehidupan kita. Bagi mereka, kita hanyalah sampah Masyarakat. Tidak pantas hidup dengan layak dan tidak berhak mendapatkan cinta. Aku tidak mau kau bernasib sama denganku, Luciana,” jelas wanita itu dengan ekspresi yang sedih di wajahnya.

“Aku tahu itu semua Bibi, dan sebelum memutuskan untuk terjun pun aku sudah memahami resikonya. Tolong jangan kasihani aku seperti ini.”

Sesaat Lucy bisa melihat air mata menetes dipelupuk mata bibinya, tetapi setelah melihat Lucy yang tampak begitu tegar wanita itu mencoba untuk ikut tegar dan menghapus air matanya yang tumpah sembari menganggukan kepala. “Baiklah, aku tidak akan melakukannya. Kalau begitu kau mandi saja. Mulai sekarang, kau jangan melayani pelanggan diluar bar. Jangan mau dibawa ke hotel. Aku akan mengawasimu lebih ketat dan obati dulu lukamu  itu. Maaf ya, pelanggannya masih banyak di luar. Kau tidak keberatan kutinggal ‘kan?”

Lucy tidak merespon dengan kata, cukup dengan anggukan sebelum akhirnya dia meninggalkan sang bibi begitu saja.

Hanya perlu waktu kurang dari lima belas menit saja bagi Lucy untuk membersihkan tubuhnya dengan air dingin. Dia segera masuk ke dalam kamar yang dia huni, tepatnya di lantai teratas sebuah klub malam di kota Jakarta.

Sudah hampir empat tahun Luciana tinggal disini dan dia memilih ikut bekerja sebagai pelayan nafsu para pria hidung belang. Tepatnya setelah perceraian kedua orangtuanya, dan masing-masing dari mereka memilih hidup dengan selingkuhannya. Kebetulan Lucy adalah anak tunggal, jadi tidak ada satu pun dari pihak keluarga yang mau bertanggung jawab atas dirinya. Singkat kata kehadiran Luciana tidak diinginkan oleh siapa pun. Karena dia anak haram, begitulah kedua keluarga menyebutnya.

Makanya Lucy bertahan disini, sebab wanita yang bernama Yuichi tersebut adalah satu-satunya yang mau menerima Lucy dengan sepenuh hati, bahkan bisa dibilang dia menyayangi Lucy seperti anak sendiri. Dia sudah selesai dengan segalanya dan kini Lucy hendak memejamkan mata.

“Saatnya bermimpi, bahwa aku adalah anak yang paling beruntung dibumi.”

***

“Nah Pak General Managerku yang terhormat, ini laporan yang kau minta padaku beberapa waktu yang lalu. Sudah aku kukerjakan dengan baik dan tanpa kesalahan sedikit pun, oke? Jadi tolong jangan bersikap seperti manusia jomblo menahun yang hobby mengganggu dan merusak jadwal kencanku lagi. Semalam kau benar-benar mengesalkan, kau sadar itu kan? Gadis seperti Yui itu susah di cari di tempat mana pun. Dia juga gadis yang susah dipesan!” Kembali si rambut merah merutuk pada atasannya.

“Oh ya? Menurutku biasa saja tidak ada yang Istimewa. Gadis seperti dia bisa dicari dimana pun, kau saja yang bodoh dan tidak pandai berburu. Kerja bagus untuk laporanmu, Kenny,” sahut si pria dengan piercingnya itu, dia tidak terlalu peduli dengan ekspresi rekan kerjanya karena saat itu dia kembali bergelut dengan layar monitor di depan matanya.

“Kalau kerjaku bagus, tolong jangan hubungi aku diluar jam kerja oke? Hari ini aku mau ke klub malam lagi,” balas si kepala merah, tetapi karena dia merasa bosan karena pria itu tidak terlalu memperhatikan dia lantas melongokan kepalanya untuk mengintip layar monitor yang sedang di tatap oleh pria itu. “Hei, kenapa kau buru-buru mengerjakan laporan itu Rookie? Bukannya laporan itu untuk akhir bulan nanti?”

“Ini gara-gara si sialan Bima itu. Dia mendesakku terus untuk mengejarkan ini. katanya aku tidak bisa mengontrol anak buahku sendiri dan tidak pantas duduk di kursi jabatanku sekarang ini. Apa maksudnya coba si bedebah itu? memangnya dia pikir dia siapa? Baru jadi wakil presdir saja sudah belagu dan judgemental begitu,” rutuk Rookie.

“Hei, bung kalau sampai ada yang mendengar ucapanmu tadi, kau bisa mampus. Lagipula kalau kau melawannya kau tidak bisa menikah dengan adiknya yang manis itu. Ah… kenapa ya hidup pria itu begitu sempurna. Bikin iri saja,” timpal Kenny sambil bersiul.

“Dia bukannya sempurna. Kebetulan saja dia lahir dari keluarga kaya, dan punya orang dalam.”

“Ya, sama saja. Kita kan tidak bisa seperti dia. Eh ngomong-ngomong kau mau ikut tidak? di klub kali ini akan menampilkan strip dance dari gadis paling populer dan sulit di pesan urutan nomor satu. Dia itu primadonanya di klub, banyak pria yang mau tidur dengan dia, tapi rumornya bilang dia tidak pernah melayani satu pria pun dan masih perawan. Kau kan tahu sendiri bagaimana rasanya gadis perawan itu. Mendekati mawar yang penuh duri itu sangat menarik dan menantang!” jelas Kenny penuh semangat dilihat dari matanya saja pria itu sepertinya sudah punya rencana gila yang akan dia eksekusi malam nanti.

“Paling banter dia cuma gadis sok jual mahal. Bagaimana mungkin dia tidak pernah melayani satu pria pun. Dia kan seorang pelacur.”

Sebab bagi Rookie, perempuan yang memutuskan hidup di dunia malam untuk mencari uang atas dasar alasan apa pun tidak punya harga. Perempuan yang rela tubuhnya dijamah oleh sembarang pria adalah perempuan yang tidak punya harga diri.

“Wow … apa yang kudengar ini? apakah playboy kelas kakap kita kali ini merasa takut untuk mencoba tantangan baru? Kudengar belum pernah ada gadis yang menolakmu, kalian sepertinya kombinasi yang bagus. Kau kan berpengalaman juga soal perempuan, mau coba menaklukan gadis primadona itu?”

“Kau sedang mencoba menantang aku?” sahut Rookie.

“Tidak, hanya memastikan saja. Kalau gadis itu saja bisa menolakmu berarti sebutan playboy yang tidak pernah ditolak siapa pun itu cuma isapan jempol belaka. Copot saja gelar cassanova yang melekat padamu itu, gak guna.”

“Sebenarnya pelacur bukan kelasku, tapi kalau dia semenarik itu, kurasa aku mau coba hal baru.”

Kenny langsung menyeringai dan tertawa terbahak sambil meremehkan Rookie. Sebenarnya dia hanya suka saja memanasmanasi pria itu, dia mudah sekali diprovokasi karena sifatnya yang tidak mau kalah itu lah dia jadi menyenangkan untuk dipermainkan.

Kenny kemudian berlalu setelah mengatakan jam keberangkatan mereka untuk pergi ke klub itu lalu dia pergi begitu saja. Setelah dia ditinggal sendirian, saat itu pula Rookie kembali termenung agak lama dan menghentikan jemarinya yang mengetik di atas keyboard dan menatap layar yang telah dia nyaris selesaikan.

Semalam ketika dia keluar untuk menemui Kenny yang pada dasarnya memang tipe pria nakal yang usil dan suka bermain dengan wanita nakal di hotel, Rookie sempat bertemu dengan seorang gadis yang hanya mengenakan kimono handuk dan kondisinya benar-benar berantakan dan bahkan berdarah-darah. Gadis itu keluar dari sebuah kamar dengan ekspresi ketakutan dan dia bahkan berlari tanpa arah dan linglung, dia bahkan sempat jatuh terjembab dan tampak kepayahan untuk berdiri.

Rookie yang melihat situasi itu bergerak tanpa pikir panjang, dan menghajar pria yang mengejarnya karena dia yakin bahwa pria itu adalah hidung belang yang hendak melakukan tindakan tidak senonoh kepada gadis itu. Sayup memang Rookie mendengar gadis itu mengucapkan terimakasih sebelum berhasil kabur.

Rookie sempat mengejarnya tetapi dia kehilangan jejak. Dan sialnya lagi Rookie juga tidak sempat melihat dengan jelas bagaimana rupanya karena saat itu rambut panjangnya berantakan dan nyaris menutupi wajahnya. Pertemuan mereka yang terbilang unik tersebut membuat Rookie dibuat penasaran. Apakah gadis yang dia tolong itu adalah seorang pelacur? Apakah mereka bisa bertemu lagi?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status