Share

Malam Panas Sehabis Pulang Kerja

Kepala Rookie rasanya berputar dan berat. Ini merupakan salah satu lembur yang mesti dia jalani entah yang keberapa kalinya dalam minggu ini. Alasannya seperti biasa adalah karena Bima sang Wakil Presdir masih saja terus berupaya membuatnya tidak nyaman dengan memberinya banyak tekanan di kantor. Entah kenapa pula sang Presdir belum memberikan otoritas penuh kepada cucunya. Padahal menurut Rookie, Bima ini sudah mumpuni dan kompeten dalam mengatasi banyak permasalahan untuk perusahaan dan semua orang di kantor juga tidak ada yang berani meragukan atas kinerjanya.

Ketertundaan sang tuan muda menduduki tahta puncak bagi Rookie bisa dibilang adalah sebuah anugerah tersendiri. Sebab entah mengapa sejak Rookie menjalin tali kasih dengan adiknya, Senna. Bima langsung tidak menyukai Rookie. Mungkin karena pria itu sudah menyelidiki latar belakang Rookie dan menemukan bahwa Rookie punya masalah serius dalam hubungan dengan perempuan alias playboy. Tetapi Rookie sudah menjanjikan bahwa dia akan setia kepada Senna. Meski … entah kenapa dia merasa bahwa kondisi tersebut bisa berubah kapan saja. Dia tidak yakin bisa terus menepati janjinya.

“Ah sial!” Rookie menggeram kesal.

Bukan saatnya bagi Rookie untuk memikirkan hal itu sekarang. Dia harus berpikir untuk urusan yang lebih urgen.

Rookie turun dari kantornya dan menuju basement gedung menuju ke arah mobil miliknya telah menanti dengan sabar sedari tadi. Bagi Rookie, mobil adalah sebuah bentuk dari harga diri dan hartanya. Sesuatu yang memiliki aktualisasi diri melalui kebendaan, sekaligus menjadi benda yang paling Rookie sayangi sepenuh hati.

Rookie nyaris ambruk ditempat. Kepalanya masih dilanda pusing berlebih hingga kini. Rasanya ingin sesegera mungkin dirinya pulang ke rumah dan merebahkan dirinya diatas ranjang yang hangat dan empuk.

Ada banyak orang tidak tahu, bahwa selama ini Rookie tinggal sendiri di sebuah apartment mewah. Bagi pria itu tidak ada alasan baginya untuk hidup susah sebab dia sendiri telah dikaruniai kedua orang tua kaya yang mencukupi kebutuhannya sejak dia lahir. Tetapi setelah dewasa, ada tuntutan yang mengharuskan Rookie untuk berdiri di kaki sendiri dengan mencari pekerjaan secara mandiri dan secara perlahan mulai lepas dari kedua orangtuanya.

Perjalanan dari kantor ke rumah tidak begitu lama, kurang lebih hanya lima belas menit saja karena kebetulan lokasinya tidak begitu jauh dan lalu lintas juga sepi malam itu. Rasa lelah di pundak menumpuk begitu dia turun dari mobil dan mulai menjejakan kaki di apartment miliknya. Tanpa merasa perlu memperhatikan kanan kiri, pria itu langsung keluar dari lift dan menuju ke ruang pribadinya. Tempat itu masih sangat gelap, tentu saja. Memangnya siapa yang akan menyalakan lampu jika Rookie saja hidup sendiri disini? Tempat ini benar-benar hanya dia tinggali untuk tidur di malam hari.

Rookie meraih stop kontak dan menyalakan lampu ruang tengah serta lampu lainnya sebelum dia bergegas menuju ke kamar. Dengan setengah malas pria itu membuka pintu.

Kamarnya dalam kondisi gelap gulita.

Baru saja dia hendak menyalakan lampu, tiba-tiba seseorang langsung memeluknya dari belakang. Otomatis Rookie langsung menghindar dan menyalakan lampu kamarnya.

“Astaga!” ujar Rookie kaget. Dia nyaris mati berdiri dengan penampakan yang dia lihat hari ini. “Senna?” sebut Rookie tidak percaya akan kehadiran gadis itu di kediamannya. Matanya terbelalak lebar. Rasa lelah dan penat yang bercokol sedari tadi di dalam tubuhnya tiba-tiba menguar dan berganti menjadi rasa panik yang luar biasa. Gadis berambut panjang itu berada di kamarnya dan kondisinya saat ini hanya mengenakan kimono handuk! Apa yang sebenarnya dia rencanakan?

“Apa yang kau lakukan? sejak kapan kau ada disini?” tanya Rookie lagi.

“Aku merindukanmu, Sayang. Sulit sekali bagiku untuk bisa bertemu denganmu. Kau juga akhir-akhir selalu sibuk dan bertingkah aneh. Karena itu aku berinisiatif datang kemari untuk menghiburmu,” jelas Senna dengan nada manja khasnya.

“Ya, tapi tetap saja. Sejak kapan kau ada disini?” ulang Rookie lagi.

“Kurang lebih 4 jam yang lalu,” jawab Senna singkat tetapi hal kecil itu malah membuat kedua bola mata Rookie makin melebar.

“Kalau Bima tahu kau ada disini, situasiku akan semakin kacau!” bisik Rookie yang entah kenapa sekarang malah terganggu dengan kehadiran kekasihnya.

“Apa?” Senna menyadari bahwa kekasihnya mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak bisa mendengar dengan jelas. Terlebih dia juga menyadari ekspresi kekasihnya yang berubah total. Kerutan di dahinya bertambah banyak.

“Senna, kau pulang saja ya. Bima pasti akan sangat khawatir kalau tau adiknya tidak ada di kamarnya malam ini. Ayo aku akan mengantarmu pulang sekarang.”

“Tidak mau!” tolak Senna keras dan bahkan dia setengah menjerit ketika Rookie memegang tangannya.

Rookie terdiam agak lama melihat sikap aneh yang diperlihatkan oleh kekasihnya. Dia mulai bersikap manja dan kekanakan. Untungnya Rookie sudah terbiasa dengan hal ini dan bisa bersikap sabar dalam menghadapinya. Selama ini kalau saja Rookie orang yang temperamental sudah pasti hubungannya dengan Senna tidak akan selama ini. Rookie juga tahu kalau Senna adalah tipe nona muda manja yang sangat keras kepala, terkadang dia juga selalu bersikap seenaknya. Sudah jelas bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh dimana dia dibesarkan. Mau bagaimana lagi dia adalah cucu bungsu dari seorang Presdir. Cucu dari atasan tempat Rookie bekerja.

“Kau akhir-akhir ini selalu bersikap aneh dan tidak mau aku sentuh. Sebenarnya ada apa denganmu, Rookie? Kau selalu bilang karena kakakku mengkhawatirkanku, atau karena kakakku yang inilah itulah. Aku sungguh sudah bosan dengan semua alasan itu. Aku tidak mau tahu pokoknya malam ini aku mau menginap disini, dan kau tidak bisa menolak itu sebab aku sudah memutuskannya!” perintah Senna mutlak pada Rookie.

Itu dia. Sikap otoriternya kambuh lagi. Rookie hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kalau Senna sudah bersikap begini, biasanya jalan pintas termudah adalah menurutinya. Dia cukup kewalan waktu itu dan karena sudah hafal bagaimana tabiatnya maka Rookie hanya bisa menghela napas panjang.

“Baiklah, kalau begitu kita harus membuat alasan supaya kakakmu tidak—”

Kata-kata Rookie langsung terputus setelah melihat ekspresi wajah kekasihnya yang tiba-tiba saja berseringai nakal dan langsung memeluk lehernya. Gadis itu mulai bersikap agresif lagi. Rookie sendiri tidak keberatan akan hal itu dan tidak memberikan perlawanan apa-apa. Dia tidak berbuat apa-apa ketika Senna menempelkan bibirnya ke bibir Rookie. Lalu mencium pria itu dengan penuh nafsu dan terburu-buru seolah ingin menikmatinya sesegera mungkin. Namun tangan Rookie sedikitpun tidak bergerak melainkan hanya diam di sisi tubuh.

“Kau yakin menolakku? Aku tahu kau lelah dan tegang seharian. Jadi biarkan aku mengurus yang satu itu. Aku pandai menghilangkan ketegangan,” bisik gadis itu sensual.

Senna mulai bergerak liar, menjilat bibirnya, memaksakan lidahnya untuk melesak masuk ke dalam mulut Rookie dan mulai mengobrak-abrik isinya. Rookie sebetulnya sedang tidak mood dan cukup lelah untuk aktivitas ini. Dia tidak sanggup untuk mengimbangi dan ikut mengambil bagian.

Karena itulah Rookie diam saja ketika Senna mendorong tubuhnya untuk rebah diatas kasur, dan menjatuhkan diri mereka masih dalam posisi berciuman. Perlahan, tangan Senna merambat untuk melepaskan dasi yang Rookie kenakan, menuju ke kancing kemejanya, tali pinggang Rookie dan semuanya. Hingga terakhir tinggal menarik turun celana Rookie dan kimono handuk yang sedang dia kenakan.

“Aku tahu kau membutuhkanku sayang, masih mau menolak?” ujar Senna lagi.

Sebagai pria yang sehat Rookie tidak bisa menolak apa yang Senna berikan. Ciuman, pelukan, bahkan tubuhnya. Bagaimana pun Rookie adalah seorang laki-laki normal. Laki-laki yang mudah tergoda dan haus akan hasrat dunia apalagi bila itu ditawarkan kepadanya.

Masa bodo, pikiran akal sehat Rookie telah memudar. Dia tidak lagi mau memikirkan hal yang terlalu sulit untuk dapat dia kendalikan. “Kau akan membayar mahal atas godaan yang kau berikan padaku malam ini, sayang.”

“Justru itu yang aku nantikan.”

Malam ini Rookie membiarkan dirinya terbius oleh belaian dan kehangatan tubuh kekasihnya. Meskipun, Rookie masih pula tidak bisa menghilangkan bayangan gadis berambut pendek yang mengusik hatinya. Desah dan erangan yang keluar dari mulut Senna bak alunan melodi indah yang membuat Rookie semakin melebur dalam gairah. Kecupan basah nan nakal dia berikan kepada wanitanya.  

Terpuaskan dia, Senna memandang sendu dengan kerlingan nakal. “Aku selalu puas bersamamu, sayang.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status