Kepala Rookie rasanya berputar dan berat. Ini merupakan salah satu lembur yang mesti dia jalani entah yang keberapa kalinya dalam minggu ini. Alasannya seperti biasa adalah karena Bima sang Wakil Presdir masih saja terus berupaya membuatnya tidak nyaman dengan memberinya banyak tekanan di kantor. Entah kenapa pula sang Presdir belum memberikan otoritas penuh kepada cucunya. Padahal menurut Rookie, Bima ini sudah mumpuni dan kompeten dalam mengatasi banyak permasalahan untuk perusahaan dan semua orang di kantor juga tidak ada yang berani meragukan atas kinerjanya.
Ketertundaan sang tuan muda menduduki tahta puncak bagi Rookie bisa dibilang adalah sebuah anugerah tersendiri. Sebab entah mengapa sejak Rookie menjalin tali kasih dengan adiknya, Senna. Bima langsung tidak menyukai Rookie. Mungkin karena pria itu sudah menyelidiki latar belakang Rookie dan menemukan bahwa Rookie punya masalah serius dalam hubungan dengan perempuan alias playboy. Tetapi Rookie sudah menjanjikan bahwa dia akan setia kepada Senna. Meski … entah kenapa dia merasa bahwa kondisi tersebut bisa berubah kapan saja. Dia tidak yakin bisa terus menepati janjinya.
“Ah sial!” Rookie menggeram kesal.
Bukan saatnya bagi Rookie untuk memikirkan hal itu sekarang. Dia harus berpikir untuk urusan yang lebih urgen.
Rookie turun dari kantornya dan menuju basement gedung menuju ke arah mobil miliknya telah menanti dengan sabar sedari tadi. Bagi Rookie, mobil adalah sebuah bentuk dari harga diri dan hartanya. Sesuatu yang memiliki aktualisasi diri melalui kebendaan, sekaligus menjadi benda yang paling Rookie sayangi sepenuh hati.
Rookie nyaris ambruk ditempat. Kepalanya masih dilanda pusing berlebih hingga kini. Rasanya ingin sesegera mungkin dirinya pulang ke rumah dan merebahkan dirinya diatas ranjang yang hangat dan empuk.
Ada banyak orang tidak tahu, bahwa selama ini Rookie tinggal sendiri di sebuah apartment mewah. Bagi pria itu tidak ada alasan baginya untuk hidup susah sebab dia sendiri telah dikaruniai kedua orang tua kaya yang mencukupi kebutuhannya sejak dia lahir. Tetapi setelah dewasa, ada tuntutan yang mengharuskan Rookie untuk berdiri di kaki sendiri dengan mencari pekerjaan secara mandiri dan secara perlahan mulai lepas dari kedua orangtuanya.
Perjalanan dari kantor ke rumah tidak begitu lama, kurang lebih hanya lima belas menit saja karena kebetulan lokasinya tidak begitu jauh dan lalu lintas juga sepi malam itu. Rasa lelah di pundak menumpuk begitu dia turun dari mobil dan mulai menjejakan kaki di apartment miliknya. Tanpa merasa perlu memperhatikan kanan kiri, pria itu langsung keluar dari lift dan menuju ke ruang pribadinya. Tempat itu masih sangat gelap, tentu saja. Memangnya siapa yang akan menyalakan lampu jika Rookie saja hidup sendiri disini? Tempat ini benar-benar hanya dia tinggali untuk tidur di malam hari.
Rookie meraih stop kontak dan menyalakan lampu ruang tengah serta lampu lainnya sebelum dia bergegas menuju ke kamar. Dengan setengah malas pria itu membuka pintu.
Kamarnya dalam kondisi gelap gulita.
Baru saja dia hendak menyalakan lampu, tiba-tiba seseorang langsung memeluknya dari belakang. Otomatis Rookie langsung menghindar dan menyalakan lampu kamarnya.
“Astaga!” ujar Rookie kaget. Dia nyaris mati berdiri dengan penampakan yang dia lihat hari ini. “Senna?” sebut Rookie tidak percaya akan kehadiran gadis itu di kediamannya. Matanya terbelalak lebar. Rasa lelah dan penat yang bercokol sedari tadi di dalam tubuhnya tiba-tiba menguar dan berganti menjadi rasa panik yang luar biasa. Gadis berambut panjang itu berada di kamarnya dan kondisinya saat ini hanya mengenakan kimono handuk! Apa yang sebenarnya dia rencanakan?
“Apa yang kau lakukan? sejak kapan kau ada disini?” tanya Rookie lagi.
“Aku merindukanmu, Sayang. Sulit sekali bagiku untuk bisa bertemu denganmu. Kau juga akhir-akhir selalu sibuk dan bertingkah aneh. Karena itu aku berinisiatif datang kemari untuk menghiburmu,” jelas Senna dengan nada manja khasnya.
“Ya, tapi tetap saja. Sejak kapan kau ada disini?” ulang Rookie lagi.
“Kurang lebih 4 jam yang lalu,” jawab Senna singkat tetapi hal kecil itu malah membuat kedua bola mata Rookie makin melebar.
“Kalau Bima tahu kau ada disini, situasiku akan semakin kacau!” bisik Rookie yang entah kenapa sekarang malah terganggu dengan kehadiran kekasihnya.
“Apa?” Senna menyadari bahwa kekasihnya mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak bisa mendengar dengan jelas. Terlebih dia juga menyadari ekspresi kekasihnya yang berubah total. Kerutan di dahinya bertambah banyak.
“Senna, kau pulang saja ya. Bima pasti akan sangat khawatir kalau tau adiknya tidak ada di kamarnya malam ini. Ayo aku akan mengantarmu pulang sekarang.”
“Tidak mau!” tolak Senna keras dan bahkan dia setengah menjerit ketika Rookie memegang tangannya.
Rookie terdiam agak lama melihat sikap aneh yang diperlihatkan oleh kekasihnya. Dia mulai bersikap manja dan kekanakan. Untungnya Rookie sudah terbiasa dengan hal ini dan bisa bersikap sabar dalam menghadapinya. Selama ini kalau saja Rookie orang yang temperamental sudah pasti hubungannya dengan Senna tidak akan selama ini. Rookie juga tahu kalau Senna adalah tipe nona muda manja yang sangat keras kepala, terkadang dia juga selalu bersikap seenaknya. Sudah jelas bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh dimana dia dibesarkan. Mau bagaimana lagi dia adalah cucu bungsu dari seorang Presdir. Cucu dari atasan tempat Rookie bekerja.
“Kau akhir-akhir ini selalu bersikap aneh dan tidak mau aku sentuh. Sebenarnya ada apa denganmu, Rookie? Kau selalu bilang karena kakakku mengkhawatirkanku, atau karena kakakku yang inilah itulah. Aku sungguh sudah bosan dengan semua alasan itu. Aku tidak mau tahu pokoknya malam ini aku mau menginap disini, dan kau tidak bisa menolak itu sebab aku sudah memutuskannya!” perintah Senna mutlak pada Rookie.
Itu dia. Sikap otoriternya kambuh lagi. Rookie hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kalau Senna sudah bersikap begini, biasanya jalan pintas termudah adalah menurutinya. Dia cukup kewalan waktu itu dan karena sudah hafal bagaimana tabiatnya maka Rookie hanya bisa menghela napas panjang.
“Baiklah, kalau begitu kita harus membuat alasan supaya kakakmu tidak—”
Kata-kata Rookie langsung terputus setelah melihat ekspresi wajah kekasihnya yang tiba-tiba saja berseringai nakal dan langsung memeluk lehernya. Gadis itu mulai bersikap agresif lagi. Rookie sendiri tidak keberatan akan hal itu dan tidak memberikan perlawanan apa-apa. Dia tidak berbuat apa-apa ketika Senna menempelkan bibirnya ke bibir Rookie. Lalu mencium pria itu dengan penuh nafsu dan terburu-buru seolah ingin menikmatinya sesegera mungkin. Namun tangan Rookie sedikitpun tidak bergerak melainkan hanya diam di sisi tubuh.
“Kau yakin menolakku? Aku tahu kau lelah dan tegang seharian. Jadi biarkan aku mengurus yang satu itu. Aku pandai menghilangkan ketegangan,” bisik gadis itu sensual.
Senna mulai bergerak liar, menjilat bibirnya, memaksakan lidahnya untuk melesak masuk ke dalam mulut Rookie dan mulai mengobrak-abrik isinya. Rookie sebetulnya sedang tidak mood dan cukup lelah untuk aktivitas ini. Dia tidak sanggup untuk mengimbangi dan ikut mengambil bagian.
Karena itulah Rookie diam saja ketika Senna mendorong tubuhnya untuk rebah diatas kasur, dan menjatuhkan diri mereka masih dalam posisi berciuman. Perlahan, tangan Senna merambat untuk melepaskan dasi yang Rookie kenakan, menuju ke kancing kemejanya, tali pinggang Rookie dan semuanya. Hingga terakhir tinggal menarik turun celana Rookie dan kimono handuk yang sedang dia kenakan.
“Aku tahu kau membutuhkanku sayang, masih mau menolak?” ujar Senna lagi.
Sebagai pria yang sehat Rookie tidak bisa menolak apa yang Senna berikan. Ciuman, pelukan, bahkan tubuhnya. Bagaimana pun Rookie adalah seorang laki-laki normal. Laki-laki yang mudah tergoda dan haus akan hasrat dunia apalagi bila itu ditawarkan kepadanya.
Masa bodo, pikiran akal sehat Rookie telah memudar. Dia tidak lagi mau memikirkan hal yang terlalu sulit untuk dapat dia kendalikan. “Kau akan membayar mahal atas godaan yang kau berikan padaku malam ini, sayang.”
“Justru itu yang aku nantikan.”
Malam ini Rookie membiarkan dirinya terbius oleh belaian dan kehangatan tubuh kekasihnya. Meskipun, Rookie masih pula tidak bisa menghilangkan bayangan gadis berambut pendek yang mengusik hatinya. Desah dan erangan yang keluar dari mulut Senna bak alunan melodi indah yang membuat Rookie semakin melebur dalam gairah. Kecupan basah nan nakal dia berikan kepada wanitanya.
Terpuaskan dia, Senna memandang sendu dengan kerlingan nakal. “Aku selalu puas bersamamu, sayang.”
Rookie terbangun ketika suara bel apartement-nya berbunyi nyaring dan itu bukan sekali dua kali. Orang sialan mana yang berani menganggu istirahatnya di pagi buta? Rookie mencoba membuka matanya dan memijat pangkal hidungnya. Dia melirik ke samping tempat tidurnya. Kekasihnya sudah terlelap nyenyak disebelahnya dengan selimut menutupi tubuh. Dia kemudian secara perlahan dan lembut mencoba melepaskan pelukan erat sang kekasih di atas perutnya tanpa bersuara.Senna bergeliat sedikit ketika Rookie berupaya melepaskan diri. Sambil menguap tanpa suara, Rookie mencari kimono handuknya dan memakainya secara asal. Sebagai formalitas saja untuk sekadar menendang tamu kurang ajar yang berani membunyikan belnya pada dini hari. Kalau bukan berita penting yang dia terima dan hanya sekadar omong kosong belaka, Rookie tidak segan meluncurkan bogem mentah di mukanya.Bingo!Begitu melihat melalui monitor pintunya, ternyata dugaannya tidak meleset sama sekali. Orang gila yang mendatangi kediamannya di
Perjalanan menuju ke kampung halaman lumayan memakan waktu, dan biasanya Rookie pulang pergi dulu sekali. Tetapi seiring waktu akhirnya dia memutuskan untuk menetap di Jakarta, dan ini adalah kali pertama di tahun ini dia pulang ke rumah orangtuanya. Ada banyak alasan dan pertimbangan sebelum memutuskan untuk pulang. Tetapi khusus kali ini Rookie menyanggupi dan pulang. Di tempat itu ada banyak temannya. Mereka rata-rata menetap disini, dan tidak keluar kota seperti dirinya. Makanya kepulangannya kali ini dikhususkan untuk bertemu kawan lama dari SMA. Sejak itu tidak ada kabar apa pun yang sampai ke telinga Rookie karena dia sendiri sibuk dengan dunianya dan tidak memperhatikan sekitar setelah mendapatkan jabatannya sekarang.Dia tiba di kediamannya pada pukul tiga. Kedatangannya langsung disambut meriah oleh seluruh anggota keluarga, waktu yang pas untuk melepas rindu. Rookie sendiri sempat berbincang dengan sang ayah sebelum pria itu pergi lagi karena mendapatkan panggilan mendadak
“Kau mau aku jujur atau bohong?” kata si dokter muda sambil menuliskan beberapa kata ke dalam secarik kertas.“Bohong saja deh,” jawab gadis itu sambil tersenyum lebar.“Jadi sampai sekarang kau masih meremehkan ya?” sahut dokter itu lagi sambil mencebik.“Ayolah, Dokter Wahyu tersayang, kau tahu pagi ini begitu dingin dan sejujurnya aku tidak suka dingin,” tambah gadis itu pada sang dokter muda di depannya.“Baiklah, aku tahu kau tidak akan mendengarkan aku lagi. Tapi Lucy, kau harus berhenti mengkonsumsi alkohol dan rokok. Itu yang paling utama dari semuanya.”“Itu sangat sulit lho, katakan tinggal berapa dan aku akan berhenti menemuimu,” sahut si gadis berambut pendek.“Kalau kau berhenti menemuiku, maka aku yang akan mendatangi tempatmu,” timpal sang dokter yang bernama Wahyu tersebut.“Astaga! Kau sangat membosankan sekali sih, Wahyu! Tidak bisakah kau sedikit membuat hidupmu jadi lebih menyenangkan? Jangan kaku seperti itu, kau itu manusia bukan kanebo kering,” keluh Lucy pada a
“Tuan, kita hidup di dunia yang berbeda meskipun saat ini kita bertemu dengan cara yang normal seperti sekarang. Tuan tidak akan pernah mengerti cara berpikir saya. Bersyukurlah Tuan dilahirkan dari keluarga kaya sehingga tidak perlu khawatir tidak bisa makan keesokan harinya. Tetapi saya? perlu usaha lebih untuk bertahan hidup dan mencari uang. Jujur saja tanpa uang saya bisa mati. Menurut Tuan jika saya punya pilihan lain, apakah saya akan tetap memilih jalan ini? Terkadang seorang pelacur juga tidak ingin bila seumur hidupnya dihabiskan berada di kegelapan malam selamanya. Semua orang memandang kami dengan sebelah mata. Kebanyak orang tidak pernah berpikir apa yang mungkin kami inginkan dan apa yang tidak kami inginkan. Mereka tidak peduli alasan mengapa kami mengambil jalan ini. Dan, tahukah kalau Tuan juga mulanya termasuk salah satu dari mereka, tetapi mengapa sekarang Tuan bersikap seolah Tuan ini berbeda?”Setelah mengucapkan apa yang merasa perlu dia katakan, Lucy hendak mela
Setelah pertemuan singkat Lucy dengan si tuan kaya –sebutan barunya untuk Bima khusus dari Lucy— gadis itu masih pula memikirkan kata-kata yang Bima ucapkan kepadanya.Tersesat ya?Lucu sekali. Memangnya dia kemana saja selama ini? dan lagi katanya Lucy seperti manusia yang linglung. Sejujurnya pria itu tidak berhak berkomentar atas hidupnya karena kenyataannya mereka bahkan tidak saling mengenal satu sama lain. Lelaki itu hanya mengatakan apa yang dia ingin katakan, memandang dunia hanya dari kacamatanya saja sebagai orang kaya terhormat. Lucy bahkan tidak tahu nama dari si pria kaya yang kaku dan kikuk barusan, tetapi ada beberapa fakta yang menarik soal dia.Entah kenapa dia jadi kepikiran soal masalah pribadi pria itu. Soal apakah dia masih lajang atau tidak? Itu bukan tanpa alasan, sebab jika dia sudah punya istri perlakuannya pada Lucy tadi sudah bisa dikatakan sebagai selingkuh. Walau si tuan kaya itu sendiri tidak pernah menyebutkan dia masih lajang atau pria yang sudah berist
Kenny menguap lebar begitu tiba di depan pintu apartmentnya. Memang sih, tempat tinggalnya ini jauh dari kata super mewah seperti sobat karibnya Rookie. Tetapi setidaknya keamanan dan juga privasinya cukup terjamin. Di tambah lagi lokasinya cukup strategis karena dekat dengan club malam langganan, sangat cocok ditinggali karena sesuai dengan kebutuhan. Sayangnya hari ini Kenny tidak langsung keluar, saat ini dia merasa sudah cukup lelah gara-gara urusan rapat di kantor. Makanya Kenny memutuskan untuk istirahat sebentar sebelum berpetualang nantinya.Kenapa tidak langsung kesana? Tentu saja akan sangat memalukan untuk datang ke tempat itu dalam kondisi stamina yang secarut marut ini. Jadi setidaknya dia perlu menyiapkan diri dan lebih berenergi. Terlebih dia sendiri juga tidak sabar untuk minum dengan beberapa wanita cantik dan seksi nanti.Kenny menekan password untuk masuk ke dalam rumahnya, karena semua pintu di apartment ini kebetulan sudah menggunakan password angka. Kamarnya bera
Kenny nyaris terjungkal dari posisinya karena mendadak Rookie berteriak dan nyaris memberinnya pukulan. Setelah menyadari tindakan refleks yang dia lakukan, Rookie perlahan melemas dan kembali duduk ditempatnya. Dia memejamkan mata seerat mungkin. Secara spontan akal sehatnya langsung melayang hilang mendengar kalimat yang bagi Rookie adalah sebuah tuduhan tidak pantas. Karena baginya kemungkinan itu sangatlah tidak masuk akal.“Astaga! Aku hanya beropini sobat. Kau mengagetkan aku. Tidak perlu seemosional itukan? Lagipula kenapa kau harus meledak begitu?” ujar Kenny setelah mengetahui bahwa sahabatnya telah berhasil menguasai dirinya lagi dan kemarahannya telah mereda. Jujur saja, Kenny paling tidak suka melihat Rookie yang sedang marah. Pria itu terkesan seperti hewan buas yang tidak memandang siapa dihadapannya dan Rookie tahu betul kalau sampai laki-laki itu marah isi apartment-nya tidak akan aman dari amukan.“Maaf, aku hanya … ah sudahlah, bagiku itu tidak masuk akal. Nama gadis
Kenny menganga luar biasa mendengar penuturan Lucy, luar biasa sekali pria tadi. Dalam hati, Kenny berjanji bahwa meskipun dia sekarang ini brengsek tetapi dia tidak akan menjadi pria yang sebrengsek itu. Dirinya yang sekarang saja baginya cukup parah, tapi dia tidak mengira bahwa dia akan mendengar orang lebih parah dari itu. Jelas tingkatannya yang sekarang tidak akan pernah dia perburuk lagi.Dia mulai kembali fokus dan kemudian pria itu menatap kedua matanya. Meskipun dalam suasana yang remang tetapi Kenny bisa melihat keindahan yang terpancar dari kedua mata itu.“Matamu begitu indah, apa kau pakai lensa kontak?” tanya Kenny yang tampaknya terbuai oleh mata indah sang primadona.“Tuan bisa saja, sejujurnya ini adalah warna asli mataku. Apa ada yang aneh?” balas gadis itu kemudian.Kenny hanya bisa menganga, ternyata benar. Itu adalah warna asli matanya. Berarti sama dengan gadis yang sedang Rookie cari.“Hmm … apa Rose adalah nama aslimu? Maksudku dari kebanyakan gadis yang aku t
Saat itulah pintu kamar Lucy terbuka, menampakan sosok mungil yang dibalut oleh kaos oversize dan celana panjang training. “Kalau kalian ingin berkelahi di rumahku, aku tidak akan membiarkan kalian masuk rumahku lagi.”“Kau seharusnya tetap berada di dalam, Lucy.”“Tapi semakin aku menahan diriku, semakin aku mendengar Bibi memancing keributan. Aku tahu betul bagaimana Bibi kalau sedang marah.”“Tidak akan ada yang terjadi, selama dia mengangkat jarinya padaku. Kalau dia berani memukulku aku akan pastikan dia tidak bisa berjalan lagi dengan kedua kakinya seumur hidup.”“Justru itu, Bibi orang yang mudah terpancing emosi.”Percakapan diantara kedua orang itu membuat Rookie diam saja. Dia menyadari seberapa dekat hubungan keduanya, dan itu menyadarkan Rookie bahwa ada dinding tidak kasat mata yang tidak bisa dia pisahkan dari kedua orang ini. Bagaimana pun juga, Yuichi pastinya sudah Lucy anggap sebagai pengganti orangtuanya. Mengingat masa lalunya yang cukup buruk dan hanya orang itu s
Sepeninggal Rookie, Lucy tercenung di tempat duduknya. Kedua matanya menatap tanpa minat pada seluruh makanan yang tersaji di atas meja. Saat dia memutuskan untuk menganggap semua itu bukanlah apa-apa dan waktunya bagi dia untuk menahan diri dan tahu diri saat itulah dia mendengar seseorang mengetuk pintu dan menekan bel di luar.Lucy sempat berpikir bahwa barangkali itu adalah Rookie, hanya saja begitu dia membuka pintu Lucy malah tercengang.“Bibi Yuichi?!”“Lama tidak bertemu, Lucy.” Wanita itu tersenyum padanya dengan ramah.Lucy segera menghapus semua ekspresi yang sempat mengganggunya. Kemudian memberi bibinya senyuman yang sama sebagai balasan.“Masuklah. Aku tidak tahu kalau Bibi akan datang.”“Cukup sulit menghubungimu sejak kau meninggalkan aku di kantor pengadilan waktu itu. Jadi, bagaimana sekarang? kau masih berhubungan dengan orang itu?” cerocos Bibi Yuichi sambil meletakan beberapa paper bag di konter dapur. Sesaat dia melihat makanan yang tersaji di meja makan. Masih h
Rookie melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Beberapa kali atas ulahnya dia mendapatkan hadiah berupa umpatan dan juga bunyi klakson dari pengguna jalan lain gara-gara dia mencoba terus menyalip mereka dengan cara serampangan, tetapi lelaki itu tidak peduli. Semua itu demi upayanya memperpendek jarak tempuh menuju tujuannya sekarang. Rumah sakit.Semua itu karena sebuah kalimat yang terlontar dari mulut Bima. Sebenarnya hanya beberapa kata saja, tetapi hal tersebut cukup membuat jantung lelaki itu berdebar kencang dan hatinya di penuhi dengan kecemasan. Kekhawatiran yang memicu dirinya bertindak gegabah dan nekad. Tentu saja. Mengemudi secara ugal-ugalan di jalan raya bukan tindakan terpuji dan sejujurnya dia pun saat ini sedang menantang maut pula.“Senna mencoba bunuh diri, Rookie. Aku menemukan dia ada di kamar mandi hotel …”Rookie menginjak pedal gasnya lagi, memutar setir ke kiri dan merebut jalan sebuah truk pengantar barang yang membuatnya sekali lagi mendapatkan klakson
Bunyi bel dari pintu kamar hotel yang dia sewa membuat Senna segera bangun dari sofa dan melangkah menuju pintu masuk dengan sumringah. Sebelumnya dia menyempatkan waktu untuk mematut di depan cermin seukuran setengah badan yang terpasang di dekat pintu hanya untuk sekadar mengecek penampilannya sendiri. Senna tentu saja ingin berpenampilan terbaik di hadapan Rookie. Tanpa merasa perlu mengintip dari lubang pintu Senna segera membuka lebar-lebar pintu kayu tersebut dengan senyum termanis yang bisa dia buat. Namun dengan segera harapan yang terpupuk di dalam dirinya harus pupus seketika tatkala melihat siapa orang yang sekarang berdiri dihadapannya. Dia seorang pria tetapi bukan Rookie. Ya, bukan Rookie melainkan kakaknya sendiri, Bima.“Kenapa kakak ada disini?” tanya Senna dengan marah.“Dia tidak akan datang,” kata Bima seraya menerobos masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. “Setelah kau menelepon dia, Rookie menghubungiku karena itulah kesepakatan kami. Dia juga berpesan padaku un
Lagi-lagi telepon berdering, ini sudah kesekian kalinya sejak Rookie angkat kaki dari restoran tempat dia berbincang bersama sang Ibu. Begitu mengetahui siapa yang ibunya libatkan dalam pertemuan mereka, Rookie langsung naik pitam. Tanpa perlu basa-basi lelaki itu langsung meninggalkan mereka. Dan sekarang ponselnya jadi dua kali lipat lebih berisik. Sampai titik dimana akhirnya Rookie menyerah dan mengangkat panggilan telepon yang berasal dari nomor ponsel ibunya.“Ya, Bu?”“Ini aku,” sahut seseorang dari balik panggilan. Kernyitan di dahi Rookie menguat. Saat ini Rookie sangat emosi, tetapi perempuan ini justru menyiram minyak ke dalam kobaran api. Dia jelas tahu bahwa menghubunginya sekarang sudah merupakan sebuah kesalahan besar.“Sudahlah, sekarang katakan apa maumu. Kau tahu kalau kita sudah berakhir kan? kenapa kau melibatkan ibuku?”“Kenapa kau berubah, Rookie? Kenapa kau memperlakukan aku seperti ini?” tanya perempuan itu lagi yang membuat Rookie semakin muak.“Kau berharap a
Rookie melangkah cepat memasuki sebuah restoran keluarga yang letaknya tidak jauh dari gedung perkantoran tempat dimana dia bekerja. Langkahnya terburu karena tidak ingin membuat orang tuanya menunggu. Terlebih adalah hal yang aneh mendapati kabar dari sang ibu setelah konflik yang terjadi dan wanita itu tiba-tiba saja memintanya bertemu. Ya, beberapa saat yang lalu setelah obrolan kecilnya bersama Bima. Ibunya menelepon dan mengatakan bahwa dia telah berada di Jakarta dan meminta untuk bertemu.Restoran tempat janji temu tampak mulai ramai saat Rookie melangkah memasukinya. Restoran tersebut menyediakan makanan hasil laut dan selalu penuh apalagi setiap weekend. Seorang pramusaji dengan seragam sailor mengantarkan Rookie ketika dia berkata punya janji temu.“Maaf membuat ibu menunggu lama,” ujar Rookie kepada ibunya yang sudah terlebih dahulu datang.“Duduklah, kita makan dulu sebelum bicara,” kata ibunya. “Ibu sudah pesankan udang saus inggris untukmu. Kau masih suka itu kan?”Rooki
Hari-hari berikutnya berlalu dengan begitu cepat dan baik. Hubungan Lucy dan Rookie semakin erat dan hangat. Mereka juga sering menghabiskan waktu bersama. Beberapa kali Rookie bahkan selalu mengajaknya sarapan sebelum dia berangkat kerja, juga mengantar Lucy untuk pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa keperluan sehari-hari yang wanita itu butuhkan. Sungguh, situasi ini seperti mereka sudah melangkah jauh. Bisa dikatakan seperti mereka telah terhubung sebagai sepasang pengantin baru. Validasinya dari beberapa penjaga toko paruh baya yang mendoakan mereka, tentu saja. Dan hal itu membuat Rookie bahagia bukan kepalang mendengarnya.Tidak hanya sampai disana, bahkan dibeberapa kesempatan Rookie juga selalu mampir setelah pulang kerja ke kediaman Lucy untuk makan malam bersama. Bahkan sampai titik dimana dia menginap juga. Rookie benar-benar merasa nyaman dengan dinamika yang terjadi diantara mereka berdua. Karena Lucy sekarang sudah mulai mengisi kehidupan sehari-harinya dan
Bima mengulurkan tangan, menggenggam erat pergelangan tangan adiknya. Memberikan isyarat agar dia tidak pergi kemana pun atau melakukan sesuatu yang mungkin akan mengakibatkan keributan yang tidak diperlukan. Sejujurnya dia cukup terkejut atas situasi barusan. Niatan yang Bima lakukan dengan membawa adik bungsunya keluar untuk pertama kalinya ini adalah karena dia punya rencana untuk mengubah suasana hati Senna. Tetapi belum usai pula harapannya mencapai titik sukses, Bima malah harus menelan pil pahit bahwa upayanya tidak sepenuhnya berhasil. Semuanya serasa kembali ke titik nol hanya karena kemunculan Rookie dan Lucy.Bima tentu tidak akan menjudge adiknya atas aksi yang gadis itu buat dengan segera keluar mengikuti mereka tanpa pikir panjang saat mendengar suaranya. Dia juga bisa memahami kalau Senna sudah pasti sangat terpukul dengan kenyataan yang ada di depan matanya. Dia paham akan hal itu sebab dirinya pun merasakan hal yang serupa.“Lepaskan aku, Kak,” kata Senna dengan suara
Senna tercenung begitu dirinya dihadapkan pada sebuah kedai yang ditunjukan oleh sang kakak. Bagian dindingnya di tempeli banner yang berisi menu yang kedai tersebut jual. Ada pula spanduk yang berisi informasi nama kedai tersebut bersamaan dengan nomor telepon bagi yang punya keinginan untuk pesan antar. Sebuah tempat yang termalpau sederhana untuk Senna yang tidak pernah makan di tempat yang telah dia cap sebagai tempat makan orang dengan kasta rendah.“Kenapa kita disini?” tanyanya kepada Bima yang terlihat sama sekali tidak terganggu dengan pemandangan yang ada didepan mereka. Fakta bahwa pria ini pula yang mengajaknya kemari pun sudah bisa dimasukan ke dalam salah satu keajaiban dunia.“Aku sudah bosan sarapan hanya dengan sereal dan kopi atau makanan yang dimasak koki di rumah kita. Apa salahnya bila kita sedikit berganti suasana?” jawab Bima dengan tenang dan tanpa rasa bersalah sedikit pun.Otot wajah Senna sedikit berkerut mendengar pernyataan sang kakak. “Dari semua tempat y