"Apa kamu sudah lupa, BOS?" Thomas sengaja memberi penekanan pada kata 'bos'. Dia lantas melanjutkan, "Hei, aku bahkan baru saja meneleponmu tadi.""Ka-kamu?" David seperti tersambar petir di siang hari. Ucapan pria yang membawa pistol itu membuatnya tidak ragu lagi pada dugaannya.Kawanan perampok itu memang preman-preman yang dia bayar untuk membuat kekacauan di King Pizza!'Lalu, untuk apa mereka datang ke mari?' batin David semakin tidak mengerti."Jika melihat raut wajahmu sekarang, sepertinya kamu sudah ingat, siapa kami. Jadi, apa yang harus aku lakukan padanya, kawan-kawan?"Seorang preman menyahut sambil menghantamkan tinju ke telapak tangannya sendiri. "Hajar saja dia!""Ah, tidak, tidak, itu terlalu lama. Lebih baik, cepat tarik pelatuk pistolmu sekarang juga! Aku sudah tidak sabar untuk membuang mayatnya ke sungai!" Seorang preman lainnya menimpali.Usulan keji itu langsung mendapat persetujuan dari preman-preman lain. Mereka begitu riyuh, meminta Thomas untuk merealisasik
Para preman berhamburan ke semua sisi di lantai satu optik Guillon Glasses. Dengan cepat mereka membuat kacamata-kacamata yang tertata rapi, baik di etalase maupun yang terpajang di gantungan bersusun, menjadi berantakan. Suara kaca yang pecah segera mendominasi di ruangan itu. "Tidak! Jangan! Aku mohon, jangan lakukan ini!" David sampai gemetar melihat barang dagangan sang ayah hancur. Sedangkan para karyawan terlihat saling merapat karena merasa semakin terintimidasi. Detik itu mereka sadar bahwa kawanan pria misterius itu bukanlah perampok. Jika mereka perampok, tentu akan langsung meminta David untuk menunjukkan di mana uang hasil transaksi hari ini disimpan. Di sisi lain, para karyawan juga ingin menghentikan aksi bar-bar para preman. Akan tetapi, mereka tentu khawatir jika tindakan mereka malah berbuah tembakan di kepala. Walau terkadang hidup ini terasa sulit, mereka belum ingin mati. Baru saja para karyawan mengambil sikap untuk diam, tidak mau terlibat dalam kekacauan, Da
Di sebuah sudut kawasan FleetLand yang gelap, terdapat dua orang pria duduk di bangku panjang. Seorang pria di antaranya membungkuk sangat rendah."Kami sudah membereskan semuanya, Tuan. Semua terjadi seperti yang Tuan inginkan. Bukti CCTV telah dihapus dan tempat itu menjadi sangat berantakan. Lebih pastinya, tidak ada satu barang dagangan pun yang tersisa.""Bagus!""Apa sekarang aku boleh pergi, Tuan?" Pria itu mengulangi pertanyaannya di King Pizza tadi.Benar, itu adalah Thomas. Dia sedang melaporkan hasil kerja dirinya dan teman-temannya dalam mengacaukan Guillon Glasses. Sebagaimana saat ada di King Pizza tadi, entah mengapa Thomas merasakan kengerian yang luar biasa saat berhadapan dengan Jack. Pemuda itu benar-benar memiliki aura membunuh yang pekat."Tidak." Jack menoleh pada Thomas. Dia memberikan tatapan tajam. Tentu saja hal tersebut membuat Thomas menunduk semakin rendah lagi. Dia mengepalkan tangannya untuk menyembunyikan rasa takut. "A-apa aku melakukan kesalahan, Tua
Jack tersenyum lebar di depan kos mungilnya. Dia mendongakkan kepala sebelum menghirup udara dalam-dalam sambil memejamkan mata. "Aku harap Paman Bob sudah lebih baik sekarang." Jack mengambil sepeda yang terparkir tak jauh darinya. Pagi ini, dia berencana untuk menjenguk ayah Claire di Sunshine Hospital. "Aku tidak bisa datang dengan tangan kosong. Claire pasti akan senang jika aku membawa makanan kesukaannya." Sambil terus mengayuh sepedanya, Jack mengingat-ingat nama restoran yang terkenal dengan hidangan steaknya yang lezat. "Oh, aku ingat. Steakhouse Prime! Aku akan ke sana!" Jack menghentikan laju sepedanya untuk melihat lokasi restoran itu di ponselnya. Dia tersenyum lebar ketika telah mengetahuinya. Sebetulnya restoran itu berada di jalan yang tidak asing untuk Jack. Hanya saja, karena tidak pernah pergi ke sana dan mungkin hanya melewatinya saja, membuat Jack tidak terlalu memperhatikannya. Jack mengayuh kembali sepedanya setelah memasukkan kembali ponselnya ke dalam t
Ketika Jack berbalik usai mengakhiri panggilan dengan Matthew, dua pelayan telah menatap tajam ke arahnya. Rupanya, mereka sudah menunggu untuk memarahi Jack!"Sudah selesai, hah?!" Pelayan wanita berkacak pinggang. Wajahnya tampak sangat muak. "Pasti kamu baru saja menelepon kekasihmu 'kan?""Apa?" Jack sangat terkejut! Meski hubungannya dengan Sophie berakhir dengan cara yang sangat keji, dia masih tetap tertarik pada lawan jenisnya. Tidak pernah terpikirkan oleh Jack untuk mencoba menjalin hubungan asmara dengan sesama.Kini, Jack tertawa. Dalam batin dia berkata, 'Aku, dan Matthew, berpacaran?' Tentu saja pelayan-pelayan di hadapan Jack tidak senang melihat pria itu tertawa. Bagi mereka, tawa itu terdengar sebagai suatu ejekan."Kamu lihat sendiri, betapa menyebalkannya pecundang ini. Itu sebabnya aku sampai tidak bisa menahan amarahku. Orang-orang miskin lainnya, yang datang hanya untuk duduk-duduk tanpa ingin memesan, setidaknya mereka masih waras dan bisa diminta baik-baik un
Seorang pria dengan setelan hitam berdiri di ruang rapat restoran Steakhouse Prime. Dia tersenyum ketika satu per satu pelayan memasuki ruangan itu."Duduklah," perintahnya dengan suara berwibawa.Para pelayan membungkuk hormat sebelum duduk. Mereka melihat ke arah sang manajer restoran.Benar, pria yang mengenakan setelan hitam itu memang manajer Steakhouse Prime. Namanya adalah Mario Braxton."Pertama, aku minta maaf karena melakukan pertemuan secara mendadak, sehingga menganggu jam kerja kalian. Tapi ini tidak akan lama." Mario duduk di kursinya.Mario meletakkan kedua tangannya di atas meja. Matanya menggerayangi satu demi satu pelayan secara bergantian untuk memastikan semua pelayan telah berkumpul."Seperti yang kalian ketahui, sebelumnya restoran ini dimiliki oleh Tuan Hudson. Tapi, mulai sekarang tidak lagi. Steakhouse Prime telah menjadi milik orang lain, yakni Tuan Jack."Para pelayan saling menoleh. Mereka seperti bertanya, siapakah orang yang bernama Jack. Nama itu mungkin
Kali ini Lily dan temannya tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak tertawa. Gelak tawa mereka yang keras pun membuat para pengunjung restoran menoleh ke arah mereka.Menyadari hal tersebut, Lily dan temannya langsung menghentikan tawa. Mereka kembali menatap Jack. Kali ini mereka memberikan pandangan merendahkan. "Jika kamu adalah Tuan Jack, maka aku adalah gubernur di kota ini!" cibir teman Lily. Dia kemudian melotot. "Sekarang, ayo keluar!" Pelayan laki-laki itu menarik baju Jack, tetapi dia terkejut karena menyadari hanya pakaian Jack yang bergerak akibat tarikannya, sedangkan tubuh Jack tidak bergerak sama sekali.Pelayan laki-laki kemudian menarik lengan kanan Jack dengan kedua tangan. Dia sampai meringis menunjukkan barisan giginya lantaran besarnya tenaga yang dikeluarkan. Tapi hasilnya, sama! Jack tidak bergerak seperti batu besar yang digeser saja begitu sulit.Tapi pelayan itu tidak menyerah, dia berpikir untuk mendorong Jack saja hingga ke pintu. Dia meletakkan kedua ta
Lily dan pelayan laki-laki berjingkat karena kaget. Mereka saling menoleh. Ada ketidakpercayaan yang terlihat di wajah keduanya. Mereka jelas tidak mengira jika Jack akan begitu berani menekan Mario. Sementara itu, mendengar ucapan yang berani dan tanpa keraguan dari Jack, firasat Mario menjadi tidak enak. Mario terkejut karena Jack tahu bahwa dirinya tadi menanyakan perihal foto pemilik baru Steakhouse Prime kepada Hudson. Dan memang Hudson memintanya menunggu karena dia harus meminta foto itu kepada salah satu orang penting di Rhineland. 'Apa orang penting yang dimaksud Tuan Hudson adalah seseorang bernama Matthew? A-apa itu adalah Matthew Devall, orang kepercayaan keluarga paling kaya dan berpengaruh di kota ini, keluarga Roodenburg?' Mario menelan ludah karena pertanyaan-pertanyaan di kepalanya. Ada banyak kecemasan yang muncul di hatinya sekarang. Jika Matthew yang dibicarakan pengacau di depannya itu adalah memang Matthew Devall, itu artinya lelaki itu adalah ... Jack menco