Lily dan pelayan laki-laki berjingkat karena kaget. Mereka saling menoleh. Ada ketidakpercayaan yang terlihat di wajah keduanya. Mereka jelas tidak mengira jika Jack akan begitu berani menekan Mario. Sementara itu, mendengar ucapan yang berani dan tanpa keraguan dari Jack, firasat Mario menjadi tidak enak. Mario terkejut karena Jack tahu bahwa dirinya tadi menanyakan perihal foto pemilik baru Steakhouse Prime kepada Hudson. Dan memang Hudson memintanya menunggu karena dia harus meminta foto itu kepada salah satu orang penting di Rhineland. 'Apa orang penting yang dimaksud Tuan Hudson adalah seseorang bernama Matthew? A-apa itu adalah Matthew Devall, orang kepercayaan keluarga paling kaya dan berpengaruh di kota ini, keluarga Roodenburg?' Mario menelan ludah karena pertanyaan-pertanyaan di kepalanya. Ada banyak kecemasan yang muncul di hatinya sekarang. Jika Matthew yang dibicarakan pengacau di depannya itu adalah memang Matthew Devall, itu artinya lelaki itu adalah ... Jack menco
Setelah menghabiskan steak daging sapi kobe premium, Jack bergegas pergi ke Sunshine Hospital dengan membawa seporsi steak keju untuk Claire. Dia sangat bersemangat ingin melihat kondisi Paman Bob. Semalam Claire mengirimkan pesan padanya bahwa kondisi sang ayah sudah semakin baik.Beberapa saat berselang, Jack telah sampai di tempat parkir rumah sakit itu. Kali ini tidak ada yang berani menghentikannya, termasuk penjaga rumah sakit. Sebaliknya, penjaga yang masih baru bekerja menggantikan penjaga lama yang kurang ajar itu, bersikap sangat sopan pada Jack. 'Martha sudah melakukan tugasnya dengan baik,' batin Jack ketika melewati si penjaga.Sebagaimana penjaga, resepsionis, perawat, dan karyawan lainnya di Sunshine Hospital juga membungkuk hormat padanya. Jack tersenyum kecil membalas penghormatan itu. Sebenarnya, dia tidak menginginkan orang-orang bersikap demikian padanya. Cukup dengan bersikap baik sebagaimana mestinya saja sudah cukup supaya tidak menyusahkan dirinya ataupun kelu
King Pizza semestinya memang tidak libur. Tetapi Jack juga tidak mengambil cuti.Sebetulnya, setelah insiden penyerangan para preman atas perintah David Guillon itu, para karyawan sepakat meminta Steve Shatner untuk menutup kedai dahulu. Mereka memerlukan waktu untuk berbenah. Melakukan pengadaan barang-barang yang pecah, juga mungkin perubahan interior kedai untuk suasana baru yang lebih baik.Dan Steve menyetujui usulan itu. Dia bahkan meminta maaf secara khusus kepada Jack karena telah mengalami hal sulit di kedainya. Dia juga berterima kasih banyak sebab pria itu telah Sudi bersusah-payah menyelamatkan King Pizza dari kerusakan yang lebih parah."Tidak." Jack menggeleng. "Semua baik-baik saja." Dia tidak ingin menambah beban pikiran Claire. Menjaga orang sakit sudah cukup melelahkan."Jadi, kamu mengambil cuti hanya untuk datang ke mari memberikan steak keju padaku?""Ayolah, jangan terlalu percaya diri. Aku datang untuk menjenguk Paman Bob, dan kamu tahu benar akan hal itu. Hanya
Siang menjelang sore, Jack baru keluar dari Sunshine Hospital. Lama tidak bertemu, membuat dia dan Claire terlibat dalam banyak perbincangan, terlebih ketika Paman Bob telah bangun. Mereka terus mengobrol hingga perawat menegur karena Paman Bob masih harus banyak beristirahat.Meskipun demikian, pada akhirnya gurauan Paman Bob malah membuat perawat itu turut tertawa. Suasana menjadi semakin pecah ketika Martha datang untuk menyapa Jack. Mereka mengingat kembali ketegangan yang terjadi karena ulah penjaga rumah sakit sebelumnya, yang tidak membiarkan Paman Bob dirawat di rumah sakit itu."Ini hari yang sibuk," kata Jack setelah duduk di atas sepeda. Dia lekas mengayuh sepedanya untuk kembali ke kos.Memang setelah ini Jack berencana akan langsung mengemasi barang-barangnya di kos milik Ross. Dia tahu, Ross tidak akan membiarkannya pergi dengan mudah. Setidaknya, dia harus berbicara dengan wanita itu untuk menjelaskan alasan pergi meninggalkan tempat tinggalnya selama ini.Beberapa saat
"Tuan Muda, apa anda yakin dengan rencana anda?" Matthew bertanya dengan wajah cemas ketika mobilnya telah berhenti di area Greenroad Villa.Benar, Jack memang akan tinggal di area perkebunan mewah itu. Dia tersenyum dan menjawab, "Biarkan kakek menikmati masa tuanya. Kamu lakukan saja seperti yang aku perintahkan.""Baik, Tuan Muda. Sa-saya akan membukakan pintu."Jack mengangkat tangannya, membuat Matthew melepaskan kembali pintu mobil yang baru saja dia pegang."Aku bisa melakukannya sendiri." "Baiklah, saya akan mengambilkan dan membawakan koper anda, Tuan Muda.""Itu juga tidak perlu. Tetaplah di dalam mobil." Jack keluar dari mobil Rolls-Royce Phantom. Tentu saja Matthew merasa canggung karena membiarkan sang tuan melakukan banyak hal sendiri. Tapi, dia juga tidak berani melawan. Matthew tidak ingin membantah Jack. Oleh sebab itu, dia tetap duduk di depan kemudi meski merasa tidak enak.Saat Jack telah menutup bagasi usai mengambil kopernya, dia kembali ke depan pintu mobil. D
Di sebuah ruang makan yang megah, tampak sebuah meja besar yang terbuat dari kayu berada di tengah-tengah kursi-kursi. Di atas meja itu tersaji aneka hidangan dengan aroma menggugah selera. Melihatnya saja bisa membuat perut menjadi lapar.Hal yang menarik dari tempat itu adalah puluhan pelayan yang berdiri di samping kanan dan kiri meja. Mereka berdiri tegak dengan seragam formal yang rapi. Semua diam menunggu seseorang yang sangat penting.Walaupun para pelayan itu terlihat diam, detak jantung mereka berdegup kencang. Mereka gelisah hendak bertemu dengan sang tuan yang selama ini hanya mereka bicarakan tanpa tahu bagaimana wajahnya.Suara gagang pintu ditekan berhasil menyita perhatian semua orang. Mereka melihat ke arah pintu dan mendapati kepala pelayan keluar dari sana.Bruce berdeham. Dia berkata, "Sambutlah Tuan Muda Roodenburg."Jack keluar dari balik pintu. Seketika mulut para pelayan itu menganga melihat Jack tampak sangat tampan dengan kaos singlet dan celana olahraga. Otot
Jack tidak berhenti menyunggingkan senyum. Rasanya kini dia seperti menyusuri jalan setapak dengan bebatuan di permukaannya, sebuah jalan yang indah dan damai di pegunungan yang sejuk. Angin yang berembus di sini seperti membawa kedamaian pada orang-orang yang dilaluinya.Jack menikmati udara dalam kerimbunan pepohonan yang seperti memayunginya. Mengagumkan!"Bagian terbaiknya adalah semua ini milikku. Ya Tuhan, ini luar biasa! Perubahan nama keluarga, membawa perubahan besar dalam hidupmu, Jack!" Pemuda itu tersenyum penuh arti.Mata Jack melihat sekitar. Hamparan kebun yang luas dengan berbagai macam tanaman telah menunjukkan hasilnya masing-masing. Lantas, pandangannya tersita pada hamparan kebun stroberi yang berada sekitar 300 meter dari tempatnya berdiri sekarang.Jack berlari menuju kebun stroberi itu. Dia ingat Paman Bob sangat suka stroberi, apalagi yang masih segar seperti yang tumbuh di kebunnya.'Aku akan membawakan stroberi untuk Paman Bob. Dia akan pulang hari ini,' bati
Jack menarik salah satu ujung bibirnya. Lalu, dia kembali melangkah maju, bukan hanya satu langkah, tetapi beberapa langkah hingga membuat Mary terpojok."Jack! Berhenti!" pekik Mary semakin keras ketika dia sudah tidak memiliki ruang untuk mundur lagi. Jika dia mundur, dia akan menginjak tanaman stroberi, dan hal itu jelas dilarang. Dia bekerja di Greenroad Villa untuk mengawasi kinerja pada buruh dalam menjalankan tugasnya di kebun. Sangat tidak baik jika dia malah merusak tanaman-tanaman di sana.Berkat bentakannya yang keras, Mary membuat Jack berhenti untuk bergerak maju. Akan tetapi, ketika pria itu berhenti, jaraknya teramat dekat dengan dirinya.Mata Mary menatap lekat mata Jack yang memandangnya tanpa berkedip. Detik itu Mary menyadari satu hal, bahwa ternyata kurir pizza yang selama ini dia rendahkan memiliki wajah yang sangat tampan. Entah bagaimana Mary seperti baru menyadarinya sekarang.Rahang Jack yang kokoh, hidung mancung, sorot mata tajam tetapi terasa hangat, alis y
Bulan bundar sempurna. Dari loteng Greenroad Villa, angin membuat pucuk pohon cemara seperti sedang menggesek-gesekkan tubuhnya pada purnama. Ada kopi yang mengepul di dalam dua cangkir putih di atas meja kayu. Tangan yang kekar tampak mengambil satu di antara cangkir itu. “Ini sangat indah,” kata Claire setelah sang suami menyesap kopi. Dia mengagumi pemandangan malam hari di tempat itu. Jack menggeleng. “Ada yang lebih indah dari ini.” Dengan wajah berseri Claire menyahut. “Benarkah?” “Hm.” Jack kembali menyeruput kopi buatannya sendiri. “Cepat katakan padaku. Aku ingin melihatnya besok.” Claire semakin bersemangat. “Kenapa harus menunggu besok?” “Jadi, aku bisa melihatnya sekarang?” “Tentu saja.” Claire bertepuk tangan kegirangan. “Di mana aku bisa melihatnya?” Dia menarik kursinya agar lebih dekat dengan Jack. “Pergilah ke kamar.” Claire yang mendengarkan suaminya dengan sungguh-sungguh mengernyetkan keningnya. Namun, dia tetap berkata, “Lalu?” “Saat kamu berdiri di de
Orang-orang terkejut dengan reaksi Jack atas apa yang dilakukan Claire, tanpa terkecuali Claire itu sendiri. Sejak mengenal Jack hingga mereka memutuskan untuk menikah, Jack tidak pernah membentaknya, kecuali hanya jika dia bersalah.‘Lalu, apa salahku?’ batin Claire sambil menatap suaminya.Beberapa wanita yang berada di kursi tamu juga tidak menyangka bahwa sang tuan muda akan membentak istrinya. Mereka sampai memegangi dada karena terkejut. Menurut pandangan mereka, apa yang dilakukan Claire sudah benar.Orang-orang yang kurang ajar itu pantas mendapat dua sampai tiga tamparan lagi. Beberapa di antara tamu malah ingin menjambak mereka juga.Jika Claire syok, tidak demikian dengan Lady. Meski tamparan Claire membuat pipinya terasa sakit, dia senang mengetahui sang tuan muda dengan cepat membentak istrinya karena sudah bersikap kasar. Itu artinya, dia masih memiliki kesempatan. Entah kesempatan apa yang dimaksud oleh Lady.“Tuan Muda,” ucap Matthew merasa perlu untuk membela Claire.
Tidak dipungkiri, aura yang keluar dari Jack membuat empat wanita itu tertekan. Mereka tampak mencengkeram pakaian sendiri untuk menyembunyikan tangan mereka yang bergetar karena takut. “Lady,” panggil Jack karena empat wanita itu membisu tanpa kata. Lady memaksakan diri untuk tersenyum. “Sa-saya, Tuan Muda.” Jack tertawa mendengar Lady yang dahulu mengoloknya sebagai pecundang, kini memanggilnya dengan sebutan demikian, dan itu dikatakan dengan nada bicara yang lembut. “Kamu bersikeras ingin menemuiku. Katakan, sesudah ini, apa yang kamu inginkan?” Jack memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Sejujurnya, reaksi Jack yang berubah-ubah, terkadang tampak murka, terkadang begitu ramah, malah membuat Lady bingung. Dia sadar benar jika Jack berhak murka. Dan dia akan menerima apa saja yang akan Jack lakukan. Lady sempat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat ekspresi wajah teman-temannya. Dia yakin, ekspresi wajahnya sekarang juga tidak jauh berbeda dari mereka; takut, cemas, be
Para pengawal menunda untuk menyeret Sophie dan kawan-kawannya keluar karena mendengar ucapan berwibawa dari seorang pria. Itu adalah ucapan yang tidak mungkin mereka abaikan.Benar, Jack sendiri yang menahan para pengawalnya meringkus para wanita pembuat onar. Kini, tempat itu seperti membeku. Semua orang bergeming melihat wajah tenang Jack selagi bertanya-tanya apa yang akan terjadi berikutnya."Apa yang akan Tu-tuan Muda lakukan?" tanya Gary menyaksikan Jack berjalan ke tepi panggung usai berpamitan dengan istrinya. Meskipun Gary hanya melihat dari layar kaca televisi, napasnya ikut tertahan juga.Sebagai orang yang memiliki banyak kesalahan pada Jack, Gary tentu mencemaskan kehidupannya. Dia menjadi paham tentang hal buruk yang terus menimpanya, walau itu tidak seburuk apa yang menimpa David, Gary sempat frustrasi atas grafik hidupnya yang merosot. Melihat keadaannya sekarang, sudah mampu menjelaskan segala kesialan yang menimpanya.Lalu, bagaimana jika ternyata kesialannya masih
Satu teriakan itu berhasil memprovokasi tamu undangan lainnya. Kini tempat itu dipenuhi oleh seruan yang meminta Tuan Muda Roodenburg untuk mencium istrinya. Kedua pipi Claire memerah mendengarnya. Dia bahkan melepas rangkulannya dari leher Jack, sedikit tertunduk menghadap para hadirin. Jack mengambil napas melihat istrinya demikian. Dia mendekatkan wajahnya pada Claire, membuat para hadirin menghentikan seruan mereka. Semua tegang menunggu apa yang akan Tuan Muda lakukan. “Jangan cemas. Aku tidak akan melakukannya di depan umum,” bisik Jack sangat rendah, hingga hanya Claire yang bisa mendengarnya. Wanita itu menoleh pada suaminya dengan wajah cerah. Sementara para hadirin masih menanti sang tuan muda melakukan apa yang mereka harapkan. Dalam saat-saat sunyi itu, mendadak terdengar panggilan dari deret kursi belakang. “TUAN MUDA!!” Orang-orang terkejut. Mereka menoleh ke belakang, ke sumber suara, demi melihat kenampakan wanita yang begitu lancang memanggil Tuan Muda Roodenbu
Prosesi pernikahan Tuan Muda Roodenburg dengan Nona Claire Boutcher telah selesai. Kini, persahabatan mereka sudah resmi menjadi hubungan suami istri dengan ikatan cinta yang suci. Kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah kedua mempelai, keluarga, dan para tamu undangan, kecuali empat sekawan yang duduk di kursi belakang. Sophie yang sejak tadi menitikan air mata, kini memeluk Lady untuk menyembunyikan isakannya setelah melihat Jack mencium kening Claire. Masih hangat dalam ingatan Sophie, selama dia dan Jack dahulu berpacaran, Jack tidak pernah meminta ciuman darinya. Sedangkan saat menjadi kekasih David, pria itu meminta segalanya darinya, bahkan di hari pertama mereka berpacaran. Sungguh, dahulu Sophie menilai Jack sebagai pecundang meski dalam hal percintaan. Sementara dia memberikan penilaian sangat tinggi untuk David, dan menganggapnya sebagai pria sejati yang bergairah. ‘Tapi lihat sekarang. Jack menikahi Claire di depan seluruh warga Rhineland dengan gagah dan penuh kharisma
“Dari suaranya saja, jelas sekali jika Tuan Muda adalah orang yang ramah dan rendah hati. Daripada dirinya, jelas kita semua yang mendapat kesempatan untuk hadir di acara ini begitu bahagia dan merasa terhormat. Kita benar-benar beruntung. Bahkan jika seseorang membeli undangan pernikahan dari Tuan Muda dengan harga fantastis, aku akan dengan yakin menolaknya. Ini benar-benar momen patah hati yang paling berharga.” Grace tersenyum lebar dengan pandangan mata tertuju pada layar besar yang ada di sisi kanan panggung. Dalam layar itu menampilkan sosok pria bertopeng yang menyita perhatian seluruh manusia di Rhineland.Dua layar besar memang sengaja disediakan di samping panggung demi membantu para hadirin yang duduk di kursi belakang, supaya tetap bisa melihat dengan jelas jalannya acara. Apa yang ditampilkan dalam layar itu adalah apa yang terlihat di layar televisi juga. Sebenarnya Grace dan rombongan sedikit kecewa karena mereka mendapat kursi di deret paling belakang, tetapi mereka
"Jika yang berbicara ini adalah David yang dahulu, aku pasti percaya. Tapi David, sekarang kamu bahkan hanya tinggal di kos sempit ini. Tidak mungkin kamu bertemu dengan wanita dari kelas atas." Gary mengambil kripik kentang dan mengunyahnya dengan santai. Tidak ada lagi rasa segan atau was-was akan membuat David tersinggung. "Mungkin saja David melihatnya saat masih menjadi manajer keuangan di Big Roodgroup." Gary menimpali.Namun, David masih bergeming. Dia tidak menggeser sedikit pun pandangannya dari kaca televisi. Kerutan di keningnya semakin banyak."David." Bahkan panggilan pelan dari Gary membuat David terkejut.Sambil menggelengkan kepala, David berkata, "Tidak salah lagi, dia memang wanita itu."Ryan bertanya, "Apa yang kamu bicarakan?" "Aku sangat yakin, dia, mempelai wanita Tuan Muda Roodenburg adalah wanita kasar yang bekerja di King Pizza. Dia berteriak-teriak memakiku dan Sophie. Dia melarang kami masuk ke kedai itu."Gary dan Ryan sempat melihat satu sama lain sebelu
Greenroad Villa hari ini terlihat sangat ramai. Para pelayan begitu sibuk ke sana ke mari mengurus segala keperluan, apalagi sejak tadi para tamu sudah mulai datang.Banyak tamu istimewa yang datang ke acara pernikahan paling mewah dan fenomenal ini, misalnya para pejabat, artis, konglomerat, dan lain sebagainya. Mereka sangat antusias mengingat ini adalah pernikahan pewaris tunggal keluarga Roodenburg, keluarga dengan kekayaan, popularitas, dan pengaruh paling besar.Memangnya siapa yang mau melewatkan undangan pernikahan pewaris tunggal dari keluarga nomor satu dari orang-orang kelas atas?"Sebenarnya, aku masih trauma dengan kejadian di malam amal itu." Lady menggandeng lengan Sophie. "Aku tidak menyangka jika undangan pernikahan itu asli. Rasanya ini terlalu ... mendadak, super mendadak. Untung saja kalian memaksaku ikut, jika tidak, aku akan lebih menyesal lagi karena tidak hadir di acara berbahagia idolaku, meski mungkin tidak lama lagi aku akan menangisinya." Lady melanjutkan.