Share

Sebelum Terlambat

Penulis: Aldrich Candra
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-31 23:25:13
"Pak .... Pak Abra berdarah ...."

Nyeri menggores lenganku baru terasa ketika kaca yang dipegang Nanda telah lepas dari tangannya, jatuh berdenting di dekat sepatu kami. Perawat yang beberapa bulan terakhir menjalin hubungan denganku ini memegangi tepi luka, menekan pinggirannya sambil terisak. "Maafin aku, Pak ...."

"Kamu enggak apa-apa? Ada yang luka?" Tanganku yang bebas masih merengkuh punggung Nanda, mengusap perlahan dan berusaha tenggelamkan kepala Nanda di bahuku.

"Pak ..., ini diobatin dulu," protesnya, menolak perlakuanku dengan menjaga jarak dan melotot lebar bersama aliran air mata yang terus meleleh di pipinya.

Aku terkekeh, mengingat kalau baru aja dia mengancamku, menodongkan pecahan kaca yang jelas-jelas membahayakan bagi kami berdua. Namun setelah aku menangkap Nanda dan memperoleh luka, ternyata dia bisa sangat mengkhawatirkanku.

"Malah ketawa Pak Abra, ih." Kalimat manjanya kali ini terdengar jauh lebih menyenangkan dibanding ancaman. "Ini harus cepat diobatin."

Kuso
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dokter Tampan Pemikat Wanita   Khawatir

    Gini ... aku udah mastiin selalu pakai pengaman dan kalau emang Nanda enggak mau, aku bakal nanya masa subur dia. Minim sekali kemungkinan penyatuan kami membuahkan hasil. Kalau sampai Nanda hamil juga, "Kamu enggak lagi menjebak aku, kan?"Kuabaikan nyeri di lengan meski telah dibalut kain kasa secara asal ketika memukul dasbor. Aku merasa kesepakatan yang kami buat telah dikhianati. "Nanda! Aku sudah bilang di awal tentang kita! Tidak akan ada pernikahan! Tidak akan ada kehamilan apalagi anak!"Teriakan lolos dari mulutku. Kedua tangan sudah naik meremas rambut yang melingkupi sakit di kepala. "Anj*ng!" Berbagai umpatan keluar seperti presensi acak. Entah binatang atau segala kata kasar yang aku ingat."Pak ...." Bisa kulihat tangan Nanda menggantung di udara, hendak meraihku.Enggak. Aku menepisnya. Enggak cuma dia yang bisa melakukan itu padaku. Tidak peduli dengan isakannya yang menguat karena terus memanggil namaku dan mengacak rambutnya sendiri hingga berantakan."Kenapa? Kamu b

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-04
  • Dokter Tampan Pemikat Wanita   Para Predator

    "What the fuck are you doing? Stop it, Dumb!" Teriakan yang kudengar mengiringi suara klakson. Tampak pelakunya berada dalam mobil yang menyejajari kendaraanku di jalur satu arah ini."Get outta my way!" Aku membalasnya tak kalah nyaring. Sengaja kuinjak pedal gas dalam-dalam dan menyalip kendaraan di depan, berharap mereka tidak mengikuti.Sepertinya harapanku tidak terkabulkan. Pada jalan datar cenderung lurus ke depan, mobil yang mengikutiku berhasil mendahului dan memotong pergerakan. Aku terpaksa menghentikan laju kendaraan daripada harus mengalami kerugian berat.Dua pemuda brengsek yang kukenal turun dari mobil murahan di depan. Jelas lebih mahal milikku, masih stabil dan bersuara mulus di sepanjang perjalanan."Jalan nenek lo?" Randy lebih dulu menyapa ketika kaca mobil kuturunkan. Dia tetap berdiri tegak di luaran seraya membakar batang tembakau di selipan bibirnya.Elzar yang membuka pintu di sampingku. "Cari mati?" Dia memaksaku keluar dengan menarik lengan atasku, memastika

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Dokter Tampan Pemikat Wanita   Bicara Jujur

    "Abra?"Pertanyaan berintonasi tinggi itu rasanya menarik jiwa sampai ke ubun-ubun. Tubuhku seketika sakit saat harus menyapa kenyataan di balik kelopak mata. Melirik pada penghuni ranjang di samping, Caca tampak menggulung tubuhnya di balik seprai dengan susah payah."Hai, Aya," sapa Caca sambil melambaikan tangan dalam mode lambat ke arah pemilik teriakan. Caca berusaha duduk dan bersandar pada kepala ranjang.Aku sendiri berhasil mengambil celana panjang di ujung ranjang, mengenakan tanpa dalaman sambil menyesuaikan guncangan di kepala. Serangan lelah pasca pergumulan menyisakan pegal luar biasa di kedua tungkaiku."Aku bisa jelasin ini." Memaksa berdiri, mengejar Aya, aku hampir oleng di anak tangga.Namun, keberadaan Randy yang menghalangi Aya di ujung anak tangga menyematkan curiga. Dia terus melangkah mengikuti pergerakan Aya yang terus merangsek, mendesak pertahanan temanku satu itu.Tidak cukup, Aya terlihat menyerang Randy dengan tinju yang mampu dihindari. Enggak mungkin aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Dokter Tampan Pemikat Wanita   Suspek

    Penegasan penggunaan masker di kalangan tenaga medis masih belum diikuti secara menyeluruh. Beberapa instansi tampak berinteraksi langsung tanpa perlindungan dengan pasien yang datang meski sebenarnya sejak menempuh pendidikan sudah berkali-kali diingatkan untuk tetap steril di tempat kerja.Hand sanitizer pun tersedia di setiap dekat pintu masuk ruangan bukan hanya sebagai hiasan, loh. Aku sendiri mulai membiasakan penggunaan sarung tangan steril semenjak merebaknya info di antara para petugas medis mengenai penyebaran penyakit dari wilayah utara."Isunya bener, Mbak?" tanyaku, sekadar ngobrol waktu ketemu Mbak Dara yang mengisi presensi.Bukan hanya soal penyakitnya, tapi juga kemungkinan persiapan daerah buat menghadapi penyebaran. Apalagi kabarnya terakhir kali ada pertemuan besar di ibukota yang melibatkan tamu dari berbagai negara. Who knows?"APD tambahan udah datang dari pusat, Mas. Itu juga terbatas." Info terbaru darinya.Mbak Dara mengambil cairan sanitasi dari botol di deka

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13
  • Dokter Tampan Pemikat Wanita   Larangan Mendekat

    Mbak Dara mampir ke ruanganku dan memberi beberapa amplop cokelat hasil rontgen. Isinya? Cakram yang hanya bisa dibuka melalui perangkat lunak khusus untuk memperlihatkan tampilan abu-abu dari organ dalam."Gimana hasil toraksnya?" tanya Mbak Dara setelah duduk pada kursi di hadapanku, turut memperhatikan tampilan yang terlihat dari layar laptopku."Positif pneumonia." Kuembuskan napas perlahan setelah memperhatikan banyaknya cairan yang mendominasi organ pernapasan dalam. "Tadi sudah ambil sampel lendir nasofaring, sama dokter paru yang bertugas diminta kirim ke pusat."Jariku bergerak bergantian mengetuk papan sentuh laptop. Bukan hal khusus, lebih seperti mempertimbangkan langkah berikutnya kalau ingat, "Di rumah sakit sebelah juga ternyata banyak kasus," berdasarkan informasi yang kuterima barusan melalui saluran telepon. "Enggak bisa digabung ke ICCU kan kalau belum tahu hasil sampelnya?""Inkubasi virusnya bisa sampai dua minggu, Mas. Mungkin kita bisa tempatkan pasien ke ruang i

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • Dokter Tampan Pemikat Wanita   Selingkuhan

    "Belum pasti hasilnya kan, Pak?" Nanda ngotot menyarangkan cakarnya di pergelangan tanganku. "Bilang aja ini alasan Pak Abra hindarin aku mulu. Apa karena aku bilang aku hamil?""Tolong, menjauh." Kulepas setiap jarinya dari permukaan kulit seraya mengamati sekitar. Suaraku menekankan, "Ini bukan hal yang perlu dibahas di tempat umum, Nanda."Beberapa pengunjung tampak memperhatikan, tetapi aku lebih waswas jika rekan sejawat kami melintas dan mulai bertanya-tanya. Pertengkaran seperti ini bisa jadi bahasan yang tidak nyaman."Kapan lagi aku bisa nemuin Bapak?" rengek Nanda. Bola matanya tampak berkaca meski tidak terlihat cairan luruh di pipinya. "Telepon enggak boleh, kirim pesan enggak dibales. Aku harus gimana?"Gimana? "Sakit jiwa kamu!" Aku menggeleng, hempaskan usahanya yang terus menahanku tetap dekat.Langkahku bergegas menjauh meski Nanda berusaha mengejar. Langkahnya terdengar mengikuti di belakang."Bapak yang buat aku kayak gini!” teriak Nanda.Spontan jejak kakiku memuta

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • Dokter Tampan Pemikat Wanita   Seribu Tahun

    "Lagi ngapain?" Tanpa suara, aku mengejutkan Aya yang tampaknya sibuk dengan piring-piring kotor di bak cuci dapur.Jemariku menyelip di antara lengannya dan kusandarkan dagu di pundak Aya."Enggak ngabarin bakal pulang?" Intonasi suara Aya terdengar datar dan dingin. Apa mungkin masih marah?"Kangen." Kuelus perut Aya yang membuncit maju. Padat, terasa ganjalan yang bergerak di permukaan kulitnya. Sepertinya aku sedang disambut.Aya menyingkirkan peganganku di depan tubuhnya. "Apaan datang-datang bilang kangen?"Akan tetapi reaksi menghindarnya tidak berlaku padaku jika kami sedang berdua seperti ini. Semakin dia menghalau gangguan dariku, semakin menarik lancarkan tiap sentuhan sengaja ke bagian sensitif di depan tubuhnya."Rasanya seperti seribu tahun tau," keluhku sambil menggusel, menciumi bertubi-tubi sepanjang garis bahu Aya. Bisa kudengar setiap desisan yang keluar dari bibir Aya, menahan suara keluar dari mulutnya.Aya juga menikmati meski hanya sesaat. Dia berusaha melepaskan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-05
  • Dokter Tampan Pemikat Wanita   Rasa Bersalah

    "Bra, ada panggilan masuk." Aya menyodorkan ponselku tanpa beranjak dari ranjang. Dia tampak bergelung dalam selimut yang menjadi saksi percintaan kami semalaman, menyamarkan perut buncitnya.Aku meraih benda pipih itu seraya mengeringkan rambut dan bertanya dulu ke Aya. "Siapa pagi-pagi gini?""Aku enggak ngecek." Bahu telanjang Aya sempat naik, menegaskan tanda tidak tahu. Wajah polos yang jarang tersapu riasan, cantik. Mata sayunya kembali terpejam, lalu bergelung lagi.Aya benar-benar enggak peduli atau kelelahan?Aku menggeleng, menepis bayangan panas semalam yang menyisakan bercak kemerahan di permukaan kulit Aya, juga kulitku tentunya. Sangat kentara saat bercermin pasca mandi.Getar dari benda dalam genggaman mengingatkanku pada panggilan telepon yang Aya sebutkan. Nama Nanda tertera jelas di layar dengan embel-embel IGD pada awalan.Bukannya dia masih harus dirawat, ya?Aku hanya berlagak tidak tahu meski grup pesan yang mengumpulkan para rekan terus membahas mengenai masalah

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-29

Bab terbaru

  • Dokter Tampan Pemikat Wanita   Dijemput Malaikat

    "Kamu yang jemput?" Aku menjawab panggilan suara setelah memastikan barang-barang yang dibawa ke ruang rawat inap sudah lengkap masuk dalam tas besar."Enggak suka?" Suara Aya terdengar merajuk. "Aku balik aja lagi kalau gitu."Lucu aja, sih. Aya yang manja seperti ini biasanya cuma ketemu pas dia lagi hamil. Kalau lagi mode normal, banyakan cueknya.Atau jangan-jangan .... Ah, enggak. Belum ada ngapa-ngapain kok semenjak nifasnya selesai. Aku juga masih mikirin kondisi tubuh Aya yang mungkin kesulitan semenjak operasi.Ujungnya, aku cuma terkekeh ketika diantarkan pihak medis berpakaian APD lengkap melalui lorong keluar dari bangsal karantina. Kebanyakan ruangan memang kosong, tetapi bangsal yang terisi tampak miris.Kayaknya belakangan yang diterima karantina hanya untuk kasus khusus.Aku mendengar beberapa selentingan mengenai isolasi mandiri jika terlular tanpa gejala membahayakan. Lumayan, kalau memang benar, efeknya bisa mengurangi penuhnya IGD seperti yang belakangan terjadi."

  • Dokter Tampan Pemikat Wanita   Sadar Diri

    Beberapa orang yang masuk ruanganku menggunakan seragam APD datang berbaris. Dokter paling depan jelas kukenali, sementara orang-orang di belakangnya mungkin dokter baru yang bertugas mencatat dan membawa perlengkapan."Sudah enakan?" tanya Iren, sambil menggerakkan diaphgram stetoskop di dadaku sementara yang lain melakukan pemeriksaan terhadap laju cairan infus, bahkan mengambil urin yang sengaja diminta."Lumayan." Aku mengangguk, jauh lebih baik setelah menelepon Aya dan mendapat tontonan biru secara pribadi.Masih kebayang gimana panasnya Aya ketika memainkan puncak di depan tubuhnya sambil memejamkan mata. Caranya memanggil namaku dengan sangat sensual.Sulit menahan diri untuk tidak pergi ke kamar mandi meski harus membawa tiang infus dan penyangga tabung oksigen.Mengingat Aya saja sudah bisa membuatku tegang kembali. Sial!"Usahakan tidak stres, atur pola makan, dan perbanyak istirahat, ya." Pesan Iren, selaku dokter yang menanganiku kali ini.Dalam sehari ada dua kali kunjun

  • Dokter Tampan Pemikat Wanita   Komunikasi Lagi

    Lepas masker sesampai di rumah, aku melihat lagi citra luar dari jendela kaca yang terlindungi vitrase dan menyamarkan keberadaanku. Penguntit tadi memang tidak mengikuti lagi, tetapi mobil berkaca riben dengan plat nomor yang sama berkali-kali melintas."Baru pulang?" Suara lembut datang menyusul terbukanya pintu dari ruangan di belakangku, mamanya Abra. Tangis rendah menyertai dalam gendongannya."Udah dari tadi, Ma." Aku bergegas mencapai keran di bak cuci, mencuci tangan dan wajah sebelum mengambil bayi dari wanita yang juga aku panggil 'mama' itu."Maureen belum tidur?" tanyaku meski tahu jawabannya hanya sebatas senyum dan binar.Dia salah satu alasanku bertahan hidup meski tidak lagi memiliki keluarga. Dia salah satu alasanku mencoba menetapkan hati pada Abra. Entah bagaimana perasaan papanya yang jujur padaku.Setiap kata cinta atau rindu yang terucap dari bibirnya selalu meninggalkan perih, sangat dalam."Sudah telepon Abra?" Mama terlihat menutup tirai yang melapisi vitrase.

  • Dokter Tampan Pemikat Wanita   Penguntit

    "Masih belum mau bicara juga?" Andi keluar dari konter dapur membawa pisau daging. Dari gerakannya sih aku nebaknya si barista cuma membersihkan pisau, tapi efeknya ternyata menakutkan bagi si penguntit."Saya cuma disuruh. Ampun." Lelaki berpakaian lengkap dengan topi kupluknya itu bak wartawan pengejar berita di sekitar kehidupan Elzar.Tidak dimungkiri, pernah dalam hubungan saling menguntungkan dengan si artis yang cuma modal wajah dan tubuh itu cukup memberiku informasi tentang kehidupan entertain di luar sana. Segala keluhan pekerjaan hingga larangan memiliki hubungan pribadi membuat kami mencapai satu kesepakatan kontrak dulu.Dulu sekali, sebelum ketemu Abra kembali."Transaksinya gimana?" Abyan mengambil ponsel si penguntit dari rampasan Aris.Model lama ponsel yang digunakan hanya untuk panggilan suara dan pesan singkat itu tidak memberi petunjuk. Layar penampil pesan dan panggilan terakhir benar-benar kosong,"Saya dihubungi menggunakan nomor pribadi," aku pria tua itu samb

  • Dokter Tampan Pemikat Wanita   Insiden Kafe

    "Jangan terlalu naif deh, Ya." Lagi-lagi pemilik nama lengkap Natasha Wiratama itu menertawakanku. Matanya menghilang di balik lengkungan setiap tertawa.Kalau boleh sedikit percaya diri, pantas saja Abra memilih bersamaku dibanding anak orang kaya ini. Terlalu banyak hal aneh yang aku dapati ketika bicara dekat dengannya, tetapi hanya dia kan yang bisa aku ajak bicara untuk sementara ini?Menoleransi kekurangan orang lain sebenarnya bukanlah kebiasaanku. Aku lebih mudah menarik diri jika merasa tidak nyaman atau menjadi berbahaya ketika merasa terancam.Naif? Yang aku tahu pengertian dari kata naif itu hanya dua, lugu atau bodoh. Mungkin aku termasuk yang kedua. Sudah mengetahui tanda jika dibodohi, tetapi masih saja terus berada di sisi seseorang yang memanfaatkanku.Caca condong maju ke arahku. Ujung-ujung rambut pendeknya mengikuti arah gravitasi, menebar di sisi pipi.Dengan sorot serius, dia bilang, "Di keluarga ini terlalu banyak mata dan telinga. Semua emang punya niatan salin

  • Dokter Tampan Pemikat Wanita   Perselingkuhan Abra

    Bagianku dimulai dari sini, ketika harus menunggu kabar Abra bisa sadar semenjak dia masuk ruang intensif khusus. Komplikasi yang dijelaskan dokter juga di luar dugaanku.Seingatku Abra itu bukan perokok. Tidak pernah aku menemukan aroma tembakau di pakaiannya, hanya sesekali wangi parfum wanita atau bercak sisa lipstik.Anggaplah aku tidak terlalu peduli. Selama dia tidak mencari masalah denganku, aku mungkin bisa menghargai ruang yang diinginkannya meskipun semakin lama ternyata melubangi hatiku sendiri."Aku paling benci berharap pada manusia tau, Ca." Itu yang sebenarnya aku rasakan ketika Caca terus mengorek masalah yang belakangan mempengaruhi hubunganku dengan Abra.Berharap pada manusia itu seperti memberi kesempatan bagi kecewa untuk menghancurkan diri, seperti yang aku alami di masa lalu. Harapan untuk bisa lulus sekolah dengan damai dan bisa kuliah di luar negeri pun pupus seketika.Aku membenci dan ingin menghapus garis waktu di masa itu, tetapi berakhir menjadi jarak tak

  • Dokter Tampan Pemikat Wanita   Mengakui Kesalahan

    Proses pemakaman berlangsung cepat. Lagian, di masa penyebaran virus seperti sekarang, kerumunan masih sangat dilarang. Jadi, tidak banyak orang yang bertandang ke rumah Mbak Dara.Hanya ... kebiasaan warga setempat yang kerap mengadakan pengajian sebagai bentuk doa bagi jenazah dan keluarga yang ditinggalkan."Di mana Randy?" tanya Caca ketika bertemu di pelataran rumah dan membiarkan dua anak lelaki yang bersamanya masuk ke dalam.Kami memilih berada di luar kerumunan dan melihat orang-orang yang melintas masuk bergantian ke dalam rumah. Aku belum bertemu Randy lagi semenjak dia ikut mengantarkan suami Dara ke tempat peristirahatan terakhir.Sesekali aku bersin, mungkin efek tidak tidur semalaman dan dingin mengigit meski telah mengenakan jaket tebal."Ikut pengajian di dalam?" jawabku datar setelah menengok dari ambang pintu. Benar, saudara dari istri keduaku ini sedang berkomat-kamit melihat buku kecil dalam pegangannya."Randy? Ngaji?" Caca hampir-hampir tidak percaya dan ikut me

  • Dokter Tampan Pemikat Wanita   Bertemu Kematian

    "Hei! Hei! Ada apa?" Randy tiba di lorong depan ICU. Dia ikut berjongkok seperti Mbak Dara yang masih menangis semenjak keluar dari ruang tempat sang suami ditangani."Mas Khalil, Ran ...." Kedua tangan Dara menyatu di depan wajah, tampak bergetar dan memucat.Aku tahu pasti keinginan Randy untuk menenangkan Mbak Dara, terlihat dari kedua tangannya yang menggantung di samping Mbak Dara. Namun, tidak ada yang terjadi. Mbak Dara memeluk diri sendiri dan terus tenggelam di antara lututnya."Kenapa?" Terlihat frustrasi, Randy menghampiri aku yang memilih berdiri di dekat pintu masuk ruang ICU."Masih nunggu." Aku mengangguk ragu sambil menunjuk ke arah pintu.Ya, aku juga masih merinding setelah melihat kondisi pasien secara langsung. Jemariku saja bergerak tidak tentu di wajah. Terkadang menutup keseluruhan, terkadang hanya mengusap ujung hidung yang beberapa kali terasa gatal."Lo kenapa muncul di sini?" singgung Randy. "Ngilang sana!""Sialan lo! Udah bagus gue bantuin Mbak Dara tadi."

  • Dokter Tampan Pemikat Wanita   Rasa Bersalah

    Aya berdiri mantap ketika aku berbalik melihatnya. Tatapan tajam itu sangat aku kenali, penuh dengan dendam.Aku enggak takut, hanya saja ketika amarah mengambil alih emosi, mungkin saja bagi Aya melakukan hal berbahaya lagi.Ya Tuhan! Terlibat dengan tiga wanita bermasalah saja sudah membuatku terus mengeluh."Kamu bicarain apa, Ya?" Tidak sanggup aku berteriak, hanya mencicit lemah.Aya benar, aku selalu membawa sarung pengaman dulu, ketika Nanda belum menunjukkan tanda kehamilannya dan memilih menggugurkan kandungan."Pikir aja sendiri!"Aya bahkan tidak menjawab maksud dari kecurigaannya, aku jadi enggak tahu sejauh apa informasi yang dimilikinya. Mungkin nama atau tempat dia memergoki atau mengawasi aku?Bodoh! Enggak mungkinlah Aya membongkar penyamaran dengan mudah kalau bisa mendapat bukti yang lebih banyak.Dia menendang kursi yang tadi diduduki hingga besinya bertabrakan dengan kaki meja kabinet."Aya!" panggilku ketika Aya memilih menuju kamar kami. "Aku bicarain kamu! Ken

DMCA.com Protection Status