Share

Anak?

Kuhadapi mesin kopi yang masih menggiling otomatis sebelum mengucurkan air hitamnya pada kedua cangkir yang tersedia. "Espresso? Latte? Abra enggak punya cokelat panas di sini kalau mau dibuatin Mocha," tanyaku sekadar basa-basi.

Pria tua yang menunggu di meja makan tampak memegangi kedua sisi kepalanya. Tanpa jawaban, dua cangkir kopi hitam tanpa susu berpindah ke hadapannya.

"Tanpa gula. Kalau mau manis, ada di stoples." Kugeser tempat bungkusan gula yang disediakan pihak hotel. Brown sugar jadi pilihanku jika memang tersedia di kafe atau resto. Manisnya beda.

"Abra—"

"Kenapa harus datang ke sini?" Panggilannya kusela dengan pertanyaan. Terdengar enggak sopan, tapi, aku memang enggak lagi ngeharapin dia melihatku kalau hanya jadi penambal masalah.

Jari-jarinya yang kuingat di masa lalu besar dan kekar, ternyata telah berganti keriput. Rambut putih dan kantung mata Ayah terlalu kentara.

Aku belum menyadari sosoknya yang menua di setiap pertemuan. Mungkin, karena aku terlalu banyak men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status