Zia terpaku melihat calon suaminya yang duduk di kursi sofa ruang tamu. Rambut gondrong pria itu tidak diikat rapi seperti biasa. Sebastian hanya memakai kemeja putih yang kancingnya sudah di buka 3 buah hingga memperlihatkan dadanya. Penampilan Sebastian yang seperti ini menambah kadar tampannya."Halo," sapa Sebastian.Satu hari tidak bertemu ternyata sudah membuat pria itu sangat rindu terhadap calon istrinya.Zia hanya diam memandang Sebastian. Lagi-lagi Sebastian mampu menghipnotis calon istri dengan ketampanannya."Hai kenapa diam saja." Sebastian menjentikkan jarinya. "Eh iya mas," jawab Zia dengan gugup. "Kenapa melamun? Apa kamu sudah tidak sabar untuk menjadi istriku." Sebastian dengan sengaja menggoda gadis yang wajah sudah merah karena malu. "Nggak ah cuma kaget aja, kok datang jam segini." Zia memandang Sebastian dan kemudian duduk di sebelah pria tersebut."Rindu," jawab Sebastian dengan tersenyum."Masak sih rindu? Padahal nggak ketemu cuman satu hari." Zia meng
"Paman!" panggil Arion.Sebastian hanya diam memandang Arion yang sudah duduk di depannya."Aku tidak menduga kalau orang itu akan mengincar Zahira. "Arion berkata dengan marah. Sampai saat ini kakinya masih terasa lemas. Tidak terbayangkan jika hal buruk terjadi terhadap calon istrinya."Orang itu tidak akan pernah membiarkan kita hidup tenang. Yang diinginkannya harta dan kekuasaan." Sebastian tersenyum tipis."Apa yang harus kita lakukan?" Arion memandang Sebastian. "Kita hanya bisa menunggu, biarkan orang itu merasa menang untuk saat ini." Arion menganggukkan kepalanya. "Apa bibi Zia sudah di sini?" Tanya Arion."Iya, aku sudah menjemputnya, hanya saja aku tidak boleh menemuinya di kamar." Sebastian memijat pangkal hidungnya.Tinggal satu atap tapi tidak boleh berjumpa, rasanya sangat menyiksa. Namun Sebastian tidak mungkin melanggar kesepakatan yang sudah dibuatnya bersama dengan Zia."Mengapa seperti itu Paman, apa kalian bertengkar?"Sebastian menggelengkan kepalanya. "Kata
Lily memandang Sebastian beberapa detik. Hanya untuk memikirkan apa yang harus dia katakan. "Aku kirain Paman akan jomblo sampai jadi aki-aki." Lily tersenyum mengejek Sebastian.Ini adalah cara untuk menutupi luka di hatinya. Benar kata orang terlalu mencintai akan membuat diri sendiri tersakiti. Seperti itulah yang dirasakan Lily saat ini."Pamanmu ini sangat tampan, jomblo hanya karena tidak menemukan gadis pujaan hati," jawab Sebastian dengan tersenyum hangat seperti biasa. "Paman, apa tidak pernah memiliki perasaan terhadapku?" Lily menatap Sebastian. Sebastian tidak menjawab pertanyaan Lily karena memang tidak ada satu kata pun yang keluar dari bibir Gadis itu. Lily hanya bertanya di dalam hatinya. Lily ingin menangis namun dia berusaha untuk tetap terlihat seperti biasanya. Ekspresi wajahnya yang dingin, salah satu cara untuk menutupi kehancuran hatinya. Setelah kedua orang tua serta adiknya meninggal dibunuh dengan tragis, Sebastian lah orang pertama yang menyelamatkanny
Hingga dini hari laki-laki itu tidak tertidur meskipun hanya sekejap. instingnya merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi.Sebastian mengintip keluar jendela. Keadaan tampak begitu tenang bahkan terlalu senyap. Ia mengambil ponsel yang terletak di atas nakas dan mengecek CCTV lewat handphone miliknya.Setelah memeriksa rekaman CCTV selama 45 menit Sebastian meletakkan kembali ponselnya diatas nakas.Tepat pukul 3 dini hari, lampu tiba-tiba saja padam. Hal seperti ini jelas sangat tidak pernah terjadi di mansion ini.Ini tidak wajar. Sebastian mengambil ponselnya dan menyalakan senter. Sebastian yakin pemadaman ini disengaja dilakukan oleh seseorang.Dengan cepat ia keluar dari dalam kamar. Tidak berapa lama lampu darurat kembali menyala. Salah seorang bodyguard berlari ke arahnya."Tuan kita diserang." Pria bertubuh tegap itu diam sejenak dan mengatur napasnya."Penyerangnya sangat lihai berkelahi, mereka mahir menggunakan samurai dan panah," laporan yang diberikan sang bodyguard.S
Sebastian tidak tega melihat Zia menangis. Namun saat ini tidak ada yang bisa ia lakukan selain mempercayakan Zia ke tangan Lily. Arion memeluk Zahira dan mengecup keningnya. "Aku pergi dulu, jaga dirimu baik-baik."Arion kemudian berlari mengikuti Sebastian. Pria itu kemudian menoleh ke arah Zahira sambil tersenyum.Zahira merasakan jantungnya berdebar ketika melihat senyum Arion. Senyum yang begitu sangat menawan. Entah mengapa malam ini Arion terlihat begitu sangat teman. Namun mengapa ia merasa takut dengan firasat yang tidak enak seperti ini.Sebastian dan Arion berlari menuruni anak tangga. Mereka harus segera menyelesaikan semua permasalahan ini agar hidupnya tenang.Di luar hiruk pikuk terdengar jelas. Orang-orang yang dia kerahkan berjaga di luar hanya beberapa yang bertahan. Sebastian heran, bagaimana mungkin anak buahnya bisa dikalahkan begitu saja padahal mereka adalah orang terlatih kecuali ada yang berkhianat.Lily mencekam pergelangan tangan Zia dengan kuat. Namun gad
"Tetap di belakangku!" Lily berbisik ketika mereka sudah berada di lantai 1. Langkah demi selangkah, Lily berhasil mencapai jendela. Dia mengintip untuk mencari peluang keluar dari rumah itu. Akan tetapi di luar keadaan sudah kacau balau. Tidak mungkin membawa Zahira dan Zia menerobos melewati para laki-laki yang sedang bentrok menggunakan senjata tajam dan senjata api.Zahira ikut mengintip. Matanya terbelalak melihat pemandangan di depannya. Banyak orang sedang berkelahi menggunakan senjata tajam. Ia juga melihat beberapa orang terkapar di rumput dengan kondisi yang sangat mengerikan. Bahkan beberapa potongan tubuh terpisah dari badan. Wajah dokter cantik itu terlihat pucat. Namun berusaha untuk tetap tenang.Sejak tadi Zia hanya menangis sambil menutup telinganya. Tanpa sengaja ia ikut melihat dari jendela. Dengan reflek Zia menyerit histeris.Tubuh Zia seketika terasa lemas. Rasa nyeri menyergap dadanya hingga untuk bernapas saja rasanya sulit.Suara Zia yang menjerit memancin
Zahira memandang ketiga pria yang sudah terkapar di atas rumput. Meskipun tidak mati, namun kondisi ketiga pria itu tidak dalam ke adaan baik. Salah seorang mengalami cedera pada leher, satu orang lagi patah kaki, dan yang satunya kemungkinan akan geger otak ringan.Sebagai seorang dokter, Zahira tahu batas aman dalam melumpuhkan lawannya. Yang pasti ke tiga pria itu tidak akan bisa mengejarnya."Nona Zahira, ternyata kamu sangat hebat. Aku tidak bisa bayangkan bagaimana reaksi Arion jika mengetahui hal ini." Lily memandang kagum Zahira.Gadis itu bukan hanya cantik dan pintar saja. Namun juga sangat tangguh. Lily sempat memperhatikan pertarungan Zahira. Ia tahu bahwa Zahira sudah mencapai sabuk tertinggi di perguruannya."Untuk melindungi diri sendiri bisa," jawab Zahira yang masih terlihat pucat.Mereka memandang ke arah Zia. Gadis itu masih terduduk sambil menyandarkan punggungnya di dinding. Dengan kepala menunduk ke bawah sambil menutup telinga. "Ayo bibi, "kata Zahira sambil m
Sedangkan Arion berada dengan jarak 3 meter dari Sebastian. Kondisi pria itu terlihat menyedihkan dengan wajah penuh luka. Sebuah senjata api tepat berada di samping kepalanya. "Mas Bastian!" Teriak Zia. Wajahnya panik dan mencoba membuka pintu mobil. Namun Lily dengan cepat mengunci pintu secara otomatis."Biarkan aku keluar, aku ingin keluar!" Zia menangis histeris dan memandang Sebastian. Jika Sebastian mati, Zia tidak akan pernah merelakannya. Mengapa ini semua terjadi, padahal hari pernikahannya hanya hitungan jam saja. Apakah takdir sedang ingin bergelut dengannya.Zia terus menangis sambil memandang Sebastian. Kepala pria itu di tekan kebawah dengan tubuh membungkuk. Andaikan bergerak sedikit saja sudah pasti lehernya akan mengenai mata samurai yang tajam."Mbak Lily, buka pintunya. Aku mau keluar menyelamatkan Arion." Zahira mencekam pergelangan tangan Lily sambil menangis."Anda harus tenang nona," jawab Lily. Kondisi Zahira dan Zia yang seperti ini membuat konsentrasinya
Setelah selesai menjenguk sang Papi, Shelina berpindah ke lapas perempuan. Ia di kursi tunggu sambil menunggu kedatangan sang Mami dan juga Kakaknya. Shelina tersenyum ketika melihat Ema dan Alina datang secara bersama. "Mami, Shelin bahwa dimsum." Dengan senyum ceria Shelina memeluk Ema. Setelah seluruh keluarganya ditahan, Shelina kehilangan semangat dalam hidupnya. Ia juga tidak bisa bebas keluar, karena pembencinya yang begitu banyak. Dimanapun Shelina berada, Jika berjumpa dengan masyarakat, pasti langsung di hujat. Tak jarang juga, ia dipukul dan dipermalukan di depan umum. Karena statusnya anak seorang pembunuh. Naman Irwan yang melekat di belakang namanya, membuat Shelina tidak bisa bekerja di manapun. Namun walau seperti kondisinya, Shelina tetap tidak mengeluh dan menyalakan orang tuanya."Wah enak sekali, apa ini Shelin yang masak?" Ema langsung membuka kotak makanan dan mencicipi masakan yang dibawakan Shelina."Iya dong mi," jawab Shelina dengan bangga."Enak sekali k
Shelina tidak kuasa menahan tangisnya ketika melihat berita. Pemberitaan diberitahukan bahwa tanggal eksekusi mati untuk 3 orang terpidana pembunuhan sadis sudah di tetapkan. Tanggal 25 Januari 2025, tiga orang terpidana akan dieksekusi. Terpidana itu adalah Heru Irawan 50 tahun, Ema Sari 47 tahun, Alina Irawan, 25 tahun. Itu artinya hanya satu Minggu lagi. Seharusnya Heru sudah di hukum mati sejak tanggal 10 November 2024. Namun ternyata diundang hingga tanggal 25 Januari. Shelina duduk termenung sambil memandang foto keluarga. Foto ini diambil ketika Alina baru kembali dari Paris. Ia tidak menduga bahwa inilah foto terakhirnya bersama keluarga. Kuat tidak kuat, ia harus tetap menghadapinya dan mencoba untuk iklas menerima kematian orang-orang yang disayanginya dengan cara seperti ini. Mungkin dengan cara kematian seperti ini dosa-dosa mereka dapat sedikit terampuni. Tubuh Shelina semakin lama semakin lemah. Kesehatannya juga semakin memburuk. Seharusnya dia sudah menjalani operasi
"Apa?"tanya Jhon. Pria itu terlalu polos dan tidak bisa memikirkan hal yang menarik seperti Arion."Balas dendam terbaik dengan menjadikan Mereka manusia sampah. Dipandang hina dan menjijikan. Hidup segan mati tak mau," bisik Arion "Maksudmu?" tanya Jhon yang masih tidak paham. "Kau bisa memotong kedua tangan mereka. Memotong kaki, cungkil juga matanya. Jika tidak ingin mereka berbicara dan bernyanyi, potong lidahnya juga," kata Arion.Tubuh Agus dan tiga orang rekannya yang lain langsung gemetar bahkan sampai kencing di celana. Meskipun anggota tubuhnya masih utuh, namun dia sudah bisa membayangkan jika tidak memiliki kaki. Lalu bagaimana dengan nasib anak istrinya.Jhon menganggukkan kepalanya tanda setuju. Bahkan pria itu terlihat sangat bersemangat. Apa yang dikatakan Arion benar-benar menarik. "Aku akan potong tangan, kaki, congkel mata dan potong pisangnya juga." Ha... Ha .... Suara tertawa Jhon memenuhi seisi ruangan tersebut. "Kau suruh orang gila bertindak?" Sebastian yan
"Kau tidak dengar apa yang aku katakan." Arion meninju perut Agus dengan keras. Hingga pria itu menjerit kesakitan."Aku." Agus ingin berbicara namun tidak bisa. Kakinya sudah gemetar lebih dulu. Bahkan ia sangat ketakutan untuk mengakui semua perbuatan bejatnya terhadap Cecilia.Setelah peristiwa itu, Cecilia menjadi gila. Itu artinya tidak ada yang akan mengetahui apa sebenarnya yang terjadi terhadap wanita itu. Ia sangat yakin bahwa perbuatannya tidak akan pernah diketahui oleh siapapun. Terbukti selama 7 tahun ini ia bisa hidup nyaman tanpa ada yang mengetahui apa yang telah dilakukannya di masa lalu. Agus juga memiliki istri serta dua orang anak. Bisa dikatakan hidupnya sangat bahagia. "Jelaskan apa maksudmu." John sudah mulai marah. Kepalanya pusing ketika menebak apa yang sebenarnya terjadi."Kau tidak bisa jelaskan?" Arion menunjuk wajah pria itu dengan keras. "Barang milik mu ini sudah menghancurkan hidup seorang gadis, hingga dia gila dan bahkan melahirkan anak. Apa kau ta
"Kau devil, setelah apa yang kau lakukan terhadap adikku, kau katakan tidak mengenalinya?" John begitu sangat marah dan ingin meninju Arion. Namun sayang Arion tak bernyali melawannya. Bahkan sengaja mengingat tangan serta kakinya. "Aku tidak pernah mengelak dengan apa yang telah kulakukan. Aku memang dulunya sering melakukan hal seperti itu dengan para wanita. Namun asal kau tahu, aku tidak pernah memperlakukan wanita dengan cara menjijikan seperti itu. Perbuatan yang seperti itu bukan aku banget. Pada umumnya para wanita bodoh yang menyerahkan tubuhnya secara sukarela. Dan mereka juga melakukannya dalam keadaan sadar. Mereka juga yang memaksaku untuk menyentuhnya. Jadi aku tidak pernah membuat hal memalukan seperti itu. Aku juga tidak pernah meminta lawan main ku untuk menutup mata seperti sedang bermain Lu-lu China buta." Tak ada ekspresi apapun dari raut wajahnya. Dan hal ini yang membuat John semakin marah."Kau tidak perlu berbohong?" Jangan tersenyum mengejek. Kondisinya saat
Alex beserta anak buahnya sudah berada di parkiran mobil. Saat ini mereka berada di perusahaan milik John. Sesuai jadwal, pria dengan rambut plontos itu keluar dari kantornya dan langsung ke parkiran mobil. John berjalan dengan santai menuju ke parkiran. Jika dilihat gaya serta gerak-geriknya tidak ada sedikitpun mencerminkan bahwa dia salah seorang pembunuh yang ikut serta dalam misi Heru. Tempat parkiran khusus untuk pemilik perusahaan ini memang termasuk sepi, karena hanya ada satu mobilnya yang terparkir di sana. Kondisi seperti ini dimanfaatkan Alex dengan baik. Dalam waktu singkat mereka sudah berhasil melumpuhkan John. Pria bertubuh tinggi itu tidak sadarkan diri ketika tekuk lehernya dipukul dengan keras. Alex meminta kepada anak buahnya untuk memasukkan John ke dalam mobil. Setelah itu mengikat tangan serta kaki pria tersebut dan membawanya ke markas yang sudah ditentukan oleh Arion. Didalam markas ini sudah ada 4 orang pria yang merupakan Agus beserta 3 orang rekannya.
"Mungkin kau bisa ingat ketika melihat fotonya." Sebastian menunjukkan foto seorang gadis yang disimpannya di galeri. Arion memandang foto itu dengan serius namun tetap menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak mengingat gadis itu. "Apa benar dia pernah tidur denganku? Aku saja baru melihat wajahnya.""Kau tidak mengingatnya?""Sama sekali tidak paman. Jika si John itu bekerja sama dengan paman Heru sejak 6 tahun terakhir, kemungkinan aku mengenal adiknya lebih dari 6 tahun."Sebastian menganggukkan kepalanya. "6, 7 bahkan 10 tahun yang lalu sekalipun, aku bukanlah pria brengsek. Aku baru menjadi seperti itu sejak 5 tahun terakhir, dan tobat setelah mengenal Zahira." Arion mengingat kembali dosa masa lalunya."Ya mana aku tahu kalau masalah di atas ranjang kau," jawab Sebastian.Arion menggelengkan kepalanya. "Apa benar dia tidur denganku?"Sebastian mengambil handphonenya dan menghubungi orang yang selama ini diperintahkan nya menyelidiki tentang Jhon. "Coba kau selidiki kapa
"Aku merasa menjadi anak yang durhaka, paman. Mereka yang sudah membunuh papi, mami serta calon adikku. Namun aku justru menjadi dia raja. Aku beri saham yang cukup tinggi. Dengan tujuan dia, istri dan anak-anaknya hidup serba berkecukupan. Aku beri dia jabatan yang tinggi, agar semua orang menghormatinya." Arion tertawa sumbang. Meskipun hukuman mati sudah di tentukan untuk mengakhiri hidup Heru berserta keluarganya, tetap saja Arion merasakan sakit yang luar biasa. Bahkan dia tidak akan pernah memaafkan orang itu. Jangankan untuk memaafkan, melihat wajahnya pun tak sudi."Ya sudahlah kalau kau tidak mau berjumpa dengan orang itu. Aku hanya menyampaikan pesan Briptu Ambri. Jika aku jadi kau, aku juga tidak akan mau berjumpa dengan dia." Sebastian mengangkat kedua bahunya dan dengan gaya acuh tak acuh. Sudah berulang kali Heru meminta untuk berjumpa dengannya. Namun Arion tidak mau menerima bertemu dengan pria bejat tersebut. Ia juga tidak tertarik untuk mendengar drama kesedihan He
Arion sibuk dengan handphone ditangannya, sedangkan mata melirik ke arah Zahira yang sedang memakai baju. Perut istrinya itu sudah semakin besar, namun mengapa Zahira terlihat semakin menggoda. Bobot berat tubuhnya bertambah hingga 15 kg, membuat tubuhnya terlihat berisi dan semok. "Hubby, tolongin." Zahira berkata ketika kesulitan memasukkan kakinya ke dalam kaki celana. "Tolong apa?" Arion berpura-pura sibuk dengan handphone nya sehingga tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Zahira. "Hobi, Hira susah pakai celana," kata Zahira dengan kesal."Kalau begitu tidak usah dipakai sweet heart. Arion melepaskan handphone di tangannya dan langsung mendekati istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur. "Hobi mau ngapain?" Zahira memandang Arion dengan mata terbelalak. "Kata dokter agar pembukaan cepat maka si botak harus sering-sering lihat anak." Arion tersenyum mesum memandang perut buncit Zahira. Sebagai seorang dokter, Zahira tidak bisa membantah Perkataan suaminya. "Iya, t