Sudah beberapa hari ini David menepati kamar tahanan. Rumah tahanan ini yang akan menjadi tempat tinggalnya dalam waktu yang lama. Bahkan dia sendiri tidak tahu, apakah akan kekal berada di dalam tahanan ini hingga ajal menjemput. Kamar yang berukuran 3X3 dan dihuni oleh 6 orang narapidana, sungguh begitu sangat kecil, panas dan pengap. Kondisinya yang belum sepenuhnya sehat, membuat rasa sakit di tubuhnya semakin bertambah karena harus tidur tanpa alas kasur. David duduk termenung sambil memegang jeruji besi. Wajah tampannya sudah tidak terlihat lagi. Wajahnya penuh memar, bibir luka dan bengkak. Lingkar mata kiri dan kanan, berwarna ungu pekat dan bengkak. Melihat wajahnya saat ini, sungguh membuatnya takut sendiri. Beberapa jarinya di balut perban. Begitu juga dengan telinganya yang menempel perban. Bukan bentuk fisik yang menjadi masalah, namun istrinya. Sampai saat ini pria itu terus memikirkan Dewi serta calon anaknya. Menyesal, perasaan ini yang membuat hatinya semakin te
Arion tersenyum dan melepas pelukan pria tersebut. Pria yang terlihat sangat tampan, gagah dan awet muda, meskipun usianya sudah kepala 5. "Paman lihat sendiri, aku sehat." Arion terkekeh sambil mengembangkan kedua tangannya.Zahira hanya diam menyaksikan interaksi antar kedua pria itu. Dia mengambil kesimpulan bahwa hubungan Arion dan pria tersebut sangat baik.Pria itu diam sambil mengamati keponakannya dari atas hingga ke bawah. Pria itu juga berpura-pura mengelilingi tubuh keponakannya, guna memastikan bahwa Arion benar-dibenar baik-baik saja. Seharusnya Heru menjadi orang yang paling bahagia ketika melihat kondisi sang ponakan. Namun nyatanya tidak, meskipun wajahnya terlihat senang namun hatinya begitu sangat marah."Sudah percaya paman?" Arion tertawa kecil. Jika dilihat wajah pria itu, memang memiliki kemiripan dengan Arion. Hanya saja, kulit si paman sedikit gelap yang menunjukkan dia asli Indonesia. Berbeda dengan Arion yang memiliki kulit putih karena memang campuran Ame
Sebastian memandang ke arah Heru dengan sedikit tersenyum. Sejak kematian Abang ipar dan kakak angkatnya, hubungannya dengan Heru tidak begitu baik. Saudara dari Abang iparnya tampak tidak suka kepadanya. Tatapan mata Sebastian beralih ke arah gadis cantik yang sekarang duduk di sofa. "Hai cantik." Sebastian beranjak dari duduknya dan kini berpindah posisi duduk di sofa single yang berada di depan Zahira."Hai juga paman," jawab Zahira dengan tersenyum."Apa kamu lelah?" tanya Sebastian dengan sangat ramah. Zahira sedikit tersenyum dan menggelengkan kepalanya"Aku mendengar katanya tadi di bawah ada keributan, apakah benar?" "Iya paman," jawab Zahira yang sudah manyun."Keponakanku sangat tampan jadi wajar jika dia banyak di inginkan oleh para wanita. Namun yakinlah meskipun dia pencinta wanita tapi dia bukan buaya." Sebastian mengulas senyum.Heru sangat kesal dan marah saat mendengar Sebastian mengatakan keponakan ku, seakan Sebastian tidak tahu di mana posisinya berada. Di dunia
David tidak henti-hentinya mengusap punggung istrinya yang tidak berhenti menangis. Dia sangat tahu seperti apa perasaan istrinya saat ini. "Jika nanti kamu bertemu dengan pria baik yang mau menerima kamu dan anak kita, aku rela jika kamu menikah dengannya." David l berkata dengan serius. Pria itu ikhlas melepaskan istrinya demi mendapatkan hidup yang lebih baik. Dewi menggelengkan kepalanya dan mengusap air matanya. Aku rela tidak nikah seumur hidup aku mas. Aku rela menjadi ibu dan ayah untuk anak kita. Aku gak akan pernah menikah dengan siapapun. Aku akan selalu datang ke sini bersama anak kita untuk mengunjunginya kamu."David tidak mampu menahan tangisnya ketika mendengar ucapan istrinya. "Setelah pulang dari sini, kamu tidak boleh kembali ke rumah itu lagi. Kamu harus pergi ke tempat yang jauh yang tidak bisa di temukan orang lain." "Mengapa begitu, bukankah orang-orang itu anak buah kamu?Mereka juga sangat baik dan sopan sama aku." Dewi tidak percaya dengan apa yang dikatak
"Silakan keluar ibu Dewi," ucap si sopir.Dewi diam memandang sopir taksi. Bagaimana mungkin pria itu mengetahui namanya.Belum sempat Dewi berbicara, pintu mobil sudah dibuka oleh salah seorang pria dan pria itu menyeretnya keluar. "Ada apa ini? Mas Anto," tanya Dewi.Pria yang bernama Anto itu tersenyum memandang Istri mantan bosnya. "Ternyata kita bertemu lagi di sini ya ibu Dewi. Jujur saja saya sudah tidak menjadi anak buah David dan yang memerintahkan saya untuk membawa ibu Dewi bukan David namun bos saya." Pria itu tersenyum sinis. "David itu sangat kejam, karena dia tangan salah seorang anak buah saya, harus diamputasi. Yang lebih membuat saya marah, dia tidak memberikan uang pengeboran dan uang jaminan hidup untuk rekan saya."Wajah cantik wanita itu memucat. Jantungnya seakan mau lepas dari tempatnya. Dengan rasa takut, dia memeluk perutnya sebagai benteng perlindungan untuk calon bayinya."Maaf ibu Dewi, kami hanya menjalankan tugas dari bos kami." Si supir menjelaskan.
"Oh jadi yang suka kamu banyak. Kenapa kamu tidak mau?" tanya Sebastian."He... he.... ceritanya panjang pak." Gadis itu tersenyum nyengir.Sebastian diam memandang wajah cantik sekretarisnya. Jika dilihat dari penampilannya, Zia tidak seperti sekretaris pada umumnya. Yang berpenampilan seksi, menarik, dan sudah pasti riasan wajah full make up. Berbeda jauh dengan Zia, gadis itu berpenampilan sopan namun tetap modis dan elegan. Make up nya juga tidak terlalu tebal, namun tetap terlihat sangat cantik. Sebastian mengusap wajahnya dengan kasar, ketika memberikan penilaian meskipun hanya dalam pikirannya. "Saya tidak tanya tentang kamu jomblo atau enggak, yang saya tanyakan, kamu sudah putuskan ikut saya atau Arion?" Sebastian memperjelas pertanyaannya. Agar jawaban si sekretaris tidak mengambang.Wajah gadis cantik itu merah karena malu setelah mendengar perkataan Sebastian.Sebastian ingin tertawa ngakak ketika melihat wajah Zia yang sudah merah seperti tomat masak. Namun jujur, dia
Setelah berpisah di ruangan berkunjung dengan istrinya, David merasa tidak tenang. Pria itu mondar-mandir di dalam kamar dan entah sudah jam berapa sekarang. Berada di tempat terkurung seperti ini, membuatnya tidak tahu sekarang sudah sore atau malam. Di sini waktu terasa begitu lama berlalu. Entah di mana istrinya bersembunyi karena dirinya tidak memberitahukan tempat yang harus dikunjungi Dewi. David hanya berpesan untuk pergi jauh. David berdiri sambil memegang jeruji besi dan memandang ke depan. Jantungnya berdegup dengan cepat saat melihat sosok yang jalan mendekat ke arahnya. Wanita itu datang dengan wajah yang begitu sangat cantik dan masih memakai mini dres berwarna maron seperti tadi siang. "Sayang kamu masih di sini?" David tersenyum dan memegang tangan istrinya.Dewi tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya. "Bagaimana kamu bisa datang ke sini?" David masih tidak percaya ketika istrinya bisa tahu kamar tahanan yang ditempatinya."Apa sih yang aku gak tahu tentang kam
Setelah pertemuannya dengan Heru enam bulan yang lalu, David seakan memakan buah simalakama. Heru mengajaknya bekerja sama, namun David berulang kali menolak. Namun pada akhirnya David itu menerima tawaran kerja sama ketika Heru mengetahui kelemahannya. Pria berhati iblis itu, mengancam akan mencelakai istrinya dan menjamin bahwa calon anaknya tidak akan pernah melihat Dunia. Karena alasan ini, David menerima kerja sama dengan Heru. Setidaknya dengan bekerja sama dengan Heru dan mengkhianati Arion, istri dan calon anaknya bisa selamat. Dia juga mendapatkan harta berlimpah dan memiliki jabatan tertinggi di perusahaan Arion. Didalam kamar ini, David tidak berbicara dengan penghuni napi yang lain. Pria itu hanya diam dan menyendiri. Lampu mulai di padamkan, pertanda waktu para napi untuk tidur. David tidak bisa memejamkan matanya. Dia masih terus terbayang setiap kenangan yang telah dilaluinya bersama dengan Dewi. Rumah tangga yang awalnya penuh dengan kebahagiaan, hancur dalam sek