Nizam terdiam tanpa bisa berkata apa-apa. Awalnya ia tidak percaya bahwa Zahira calon istri Arion. Untuk memastikan secara langsung, dokter berwajah tampan itu langsung ikut ke ruangan Zahira. Melihat apa yang terjadi, membuatnya harus percaya dengan apa yang di katakan teman SMA nya tersebut. Untuk pertama kalinya, dia merasakan sakit dan bahkan hatinya seperti di remas tangan berduri tak kasat mata. Untuk pertama kalinya, dia merasa sakit dan patah hati seperti ini. "Aku belum sempat mengatakan cinta. Aku baru berencana mengajak Zahira berkencan. Namun aku sudah merasakan patah hati lebih awal," batinnya."Sudah selesai jam dinasnya?" Arion tersenyum dan mengusap kepala Zahira."Iya sudah, tapi tunggu sebentar, Hira cek laporan pasien dulu." Zahira kembali fokus dengan kertas yang berada di atas mejanya."Nggak tidur ya semalaman?" Arion tersenyum menatap mata Zahira."Tidur bentar, soalnya ada pasien masuk," jelas Zahira. Berada di posisi ini sangat tidak nyaman. Apalagi ketika
"Baby, kenapa diam saja?" Arion yang duduk di sebelah Zahira dengan tersenyum manis. Pria itu kemudian mengusap pipi mulus sang gadis. Namun dengan cepat Zahira menepis tangannya."Baby kenapa marah?" Arion mengulum senyumnya. Kenapa Zahira marah, sudah pasti pria itu tahu jawabannya. Namun tetap saja memakai wajah polosnya seakan tidak bersalah sama sekali. "Mas kenapa sih cium-cium kayak gitu di depan dokter Nizam dan perawat Luna?" Zahira memandang Arion dengan kesal. Sejak tadi dia ingin mengomeli Arion, namun hal itu harus diurungkannya. Mengingat di rumah sakit begitu sangat ramai rekan kerjanya dan dia tidak ingin menjadi pusat perhatian di sana. Rasa kesalnya bertambah berkali-kali lipat saat melihat para wanita yang menatap ke arah Arion tanpa berkedip. "Aku ingin si Nizam itu tahu kalau kamu adalah milikku, baby." Arion mengeratkan giginya. Rasa cemburu membuat dadanya terasa panas dan matanya tidak bisa terpejam. Pikirannya terus saja tertuju ke Zahira. Arion takut jika
"Tentu saja sayang. Jika dia tidak ikut siapa yang menjaga mu ketika aku di ruang rapat. Lagi pula, di kantor ku banyak buaya. Karena itu, aku harus berjaga-jaga." ArArion berbicara dengan wajah masam. Pria itu takut ada yang menganggu gadis pujaan hatinya yang begitu sangat cantik dan mempesona. "Ih gak jadi ah, Hira takut." Wajah Zahira memucat. Jujur saja dia tidak tahu perusahaan Arion bergerak di bidang apa. Bisa saja perusahaan itu bergerak di bidang sepatu dari kulit buaya atau tas, jaket, tali pinggang dan dompet dari kulit buaya. Sehingga disana buaya di ternakkan."Kenapa takut baby?" Arion jadi bingung."Seram mas, aku takut buaya," jawabnya polos."Ha... Ha ...," Arion terawa ngakak. "Maksud ku, laki-laki pencinta wanita. Atau lebih pasnya pria hidung belang." Arion sangat gemas melihat wajah Zahira yang imut-imut. Bibir mungil yang maju beberapa centi itu, membuat dia semakin gemas dan ingin mengecupnya. Namun niat itu harus diurungkannya. Pada akhirnya Arion hanya meng
"Ingat janji." Arion kesal ketika mendengar perkataan Lily. "Baby kamu sangat menggemaskan." Arion tersenyum dan mencium kening Zahira. Lily yang duduk di depan memilih untuk diam. Tugasnya sudah selesai, mengingatkan sang Tuan. Walau bagaimanapun Zahira tidak sama dengan gadis yang biasa mengejar Arion. Arion memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktunya sudah mepet, untuk membangunkan Zahira juga tidak tega. "Lily aku butuh bantal dan selimut.""Sebentar bos." Wanita cantik itu turun dari mobil. Dia mengambil bantal dan selimut didalam bagasi mobil dan menyerahkan bantal itu kepada Arion. Arion merebahkan sandaran kursi hingga rata. Dengan sangat berhati-hati, ia merebahkan tubuh Zahira dan meletakkan bantal di belakang kepala si gadis. "Baby kamu tidurlah di sini, tidak apa-apa. Aku tidak tega mengganggu tidurmu karena semalaman kamu pasti tidak tidur." Arion tersenyum sambil menatap wajah zaZahira. "Nanti setelah rapat aku akan kembali ke sini. Maaf aku
Arion menarik napas lega setelah rapat selesai. Dengan cepat dia menyimpan semua barang-barangnya di atas meja agar bisa secepatnya meninggalkan ruang rapat. Pikirannya masih tidak fokus dan hanya tertuju ke gadis cantik yang sedang tertidur di dalam mobil. "Mau ke mana? Kenapa terburu-buru?"Sebastian langsung memberi pertanyaan dengan sorot tatapan mata tajam ciri khasnya."Calon istri aku tadi tidur di mobil Paman, jadi aku ingin melihatnya. Aku ingin memastikan secara langsung apa Zahira sudah bangun atau belum. Paman tahu kan Lily itu sangat menyebalkan. Hari ini saja aku sudah kena palak dua kali lipat dari uang gajinya. Aku yakin dia tidak akan memberikan informasi apapun kepadaku tentang calon istriku." Arion begitu sangat malas untuk menghubungi bodyguard-nya tersebut, walaupun hanya sekedar bertanya apakah Zahira sudah bangun atau belum. Dia lebih memilih untuk melihat langsung keberadaan gadis pujaan hatinya.Sebastian yang tadinya kesal melihat Arion tiba-tiba saja tert
Saat ini yang diharapkan Dewi hanya bisa berkumpul lagi bersama dengan suami tercinta. Mereka akan bersama-sama menyambut kelahiran anak yang sudah dinantikan. Jika rumah, mobil, dan uang di rekening di sita perusahaan, dia akan mencoba untuk ikhlas. Yang terpenting suaminya tidak dipenjara.Dewi yakin masih bisa hidup bersama dengan suaminya. Tas-tas brand dengan harga yang fantastis sama sekali belum dipakai dan juga merek-mereknya yang memang tidak dicopotnya. Semua koleksi tas yang bernilai puluhan hingga ratusan juta itu, masih disimpannya lengkap dengan harganya. Wanita itu berniat untuk membuka sebuah toko tas brand, kebetulan dia sudah memiliki sekitar 50 buah tas. Belum lagi sepatu, baju, kacamata dan perhiasan. Dari perhiasan-perhiasan berlian dan emas yang dimilikinya, Dewi masih memilikiuang senilai miliaran. Mereka juga masih memiliki 5 buah rumah yang memang bukan rumah mewah, namun lokasinya berada di tengah pusat kota dengan harga jual 1 M. Dengan seperti ini mereka
Arion membuka pintu mobil dan melihat Zahira yang masih tertidur dengan lelapnya. Pria berwajah tampan itu tersenyum dan mengusap kepala gadis tersebut. "Hai baby, bangun ini sudah sangat siang, kamu belum sarapan," ucapnya dengan lembut.Gadis itu tidak terganggu sedikit pun, bahkan dia semakin menarik selimutnya hingga menutupi bagian kepalanya.Arion tersenyum ketika melihat tingkah lucu Zahira. "Baby, nanti tidurnya diulang lagi jika kamu sudah selesai sarapan. Ini sudah jam 11.00 siang dan kamu belum sarapan. Bahkan sebentar lagi sudah jam makan siang." Jujur saja, perut Arion sudah keroncongan dan belum sarapan sama sekali. Namum dia tidak bisa makan sendiri dan abai terhadap Zahira yang tidur dengan perut kosong.Apa yang dikatakannya seakan, tidak direspon oleh gadis tersebut. Bahkan tidurnya semakin enak."Kalau tidak mau bangun, aku akan mencium bibir mu." Arion membuka selimut yang menutupi wajah Zahira. Mata yang tadi begitu sangat sulit dibuka kini sudah terbuka denga
Zahira memandang Arion dan merasakan denyutan di dadanya. Mengapa dia begitu bodoh dan mudah percaya dengan rayuan gombal si pria playboy. Meskipun belum menyatakan perasaannya, namun Zahira sudah mulai larut dalam pesona dan rayuan gombal si pria. Seharusnya dia sudah tahu, bahwa Arion dan dokter Nizam sama. Arion tersenyum saat mendengar kalimat yang keluar dari bibir wanita berparas cantik dengan tubuh yang aduhai. Apa lagi penampilan si wanita yang begitu sangat modis dan full makeup. Jauh berbeda dari Zahira. Gadis simple yang terlihat sederhana namun begitu anggun dan mempesona.Tatapan mata Monika beralih ke arah gadis yang saat ini berdiri di samping Arion. Dipandangnya dari atas hingga ke bawah untuk menilai sang wanita. Namun sialnya dia harus mengakui bahwa gadis itu sangat cantik dan masih sangat muda. Meskipun tidak tahu hubungan antara gadis itu dengan Arion. Namun dadanya sudah terasa panas dan terbakar. Monika tidak ingin gegabah, karena tidak tahu siapa wanita muda
Setelah selesai menjenguk sang Papi, Shelina berpindah ke lapas perempuan. Ia di kursi tunggu sambil menunggu kedatangan sang Mami dan juga Kakaknya. Shelina tersenyum ketika melihat Ema dan Alina datang secara bersama. "Mami, Shelin bahwa dimsum." Dengan senyum ceria Shelina memeluk Ema. Setelah seluruh keluarganya ditahan, Shelina kehilangan semangat dalam hidupnya. Ia juga tidak bisa bebas keluar, karena pembencinya yang begitu banyak. Dimanapun Shelina berada, Jika berjumpa dengan masyarakat, pasti langsung di hujat. Tak jarang juga, ia dipukul dan dipermalukan di depan umum. Karena statusnya anak seorang pembunuh. Naman Irwan yang melekat di belakang namanya, membuat Shelina tidak bisa bekerja di manapun. Namun walau seperti kondisinya, Shelina tetap tidak mengeluh dan menyalakan orang tuanya."Wah enak sekali, apa ini Shelin yang masak?" Ema langsung membuka kotak makanan dan mencicipi masakan yang dibawakan Shelina."Iya dong mi," jawab Shelina dengan bangga."Enak sekali k
Shelina tidak kuasa menahan tangisnya ketika melihat berita. Pemberitaan diberitahukan bahwa tanggal eksekusi mati untuk 3 orang terpidana pembunuhan sadis sudah di tetapkan. Tanggal 25 Januari 2025, tiga orang terpidana akan dieksekusi. Terpidana itu adalah Heru Irawan 50 tahun, Ema Sari 47 tahun, Alina Irawan, 25 tahun. Itu artinya hanya satu Minggu lagi. Seharusnya Heru sudah di hukum mati sejak tanggal 10 November 2024. Namun ternyata diundang hingga tanggal 25 Januari. Shelina duduk termenung sambil memandang foto keluarga. Foto ini diambil ketika Alina baru kembali dari Paris. Ia tidak menduga bahwa inilah foto terakhirnya bersama keluarga. Kuat tidak kuat, ia harus tetap menghadapinya dan mencoba untuk iklas menerima kematian orang-orang yang disayanginya dengan cara seperti ini. Mungkin dengan cara kematian seperti ini dosa-dosa mereka dapat sedikit terampuni. Tubuh Shelina semakin lama semakin lemah. Kesehatannya juga semakin memburuk. Seharusnya dia sudah menjalani operasi
"Apa?"tanya Jhon. Pria itu terlalu polos dan tidak bisa memikirkan hal yang menarik seperti Arion."Balas dendam terbaik dengan menjadikan Mereka manusia sampah. Dipandang hina dan menjijikan. Hidup segan mati tak mau," bisik Arion "Maksudmu?" tanya Jhon yang masih tidak paham. "Kau bisa memotong kedua tangan mereka. Memotong kaki, cungkil juga matanya. Jika tidak ingin mereka berbicara dan bernyanyi, potong lidahnya juga," kata Arion.Tubuh Agus dan tiga orang rekannya yang lain langsung gemetar bahkan sampai kencing di celana. Meskipun anggota tubuhnya masih utuh, namun dia sudah bisa membayangkan jika tidak memiliki kaki. Lalu bagaimana dengan nasib anak istrinya.Jhon menganggukkan kepalanya tanda setuju. Bahkan pria itu terlihat sangat bersemangat. Apa yang dikatakan Arion benar-benar menarik. "Aku akan potong tangan, kaki, congkel mata dan potong pisangnya juga." Ha... Ha .... Suara tertawa Jhon memenuhi seisi ruangan tersebut. "Kau suruh orang gila bertindak?" Sebastian yan
"Kau tidak dengar apa yang aku katakan." Arion meninju perut Agus dengan keras. Hingga pria itu menjerit kesakitan."Aku." Agus ingin berbicara namun tidak bisa. Kakinya sudah gemetar lebih dulu. Bahkan ia sangat ketakutan untuk mengakui semua perbuatan bejatnya terhadap Cecilia.Setelah peristiwa itu, Cecilia menjadi gila. Itu artinya tidak ada yang akan mengetahui apa sebenarnya yang terjadi terhadap wanita itu. Ia sangat yakin bahwa perbuatannya tidak akan pernah diketahui oleh siapapun. Terbukti selama 7 tahun ini ia bisa hidup nyaman tanpa ada yang mengetahui apa yang telah dilakukannya di masa lalu. Agus juga memiliki istri serta dua orang anak. Bisa dikatakan hidupnya sangat bahagia. "Jelaskan apa maksudmu." John sudah mulai marah. Kepalanya pusing ketika menebak apa yang sebenarnya terjadi."Kau tidak bisa jelaskan?" Arion menunjuk wajah pria itu dengan keras. "Barang milik mu ini sudah menghancurkan hidup seorang gadis, hingga dia gila dan bahkan melahirkan anak. Apa kau ta
"Kau devil, setelah apa yang kau lakukan terhadap adikku, kau katakan tidak mengenalinya?" John begitu sangat marah dan ingin meninju Arion. Namun sayang Arion tak bernyali melawannya. Bahkan sengaja mengingat tangan serta kakinya. "Aku tidak pernah mengelak dengan apa yang telah kulakukan. Aku memang dulunya sering melakukan hal seperti itu dengan para wanita. Namun asal kau tahu, aku tidak pernah memperlakukan wanita dengan cara menjijikan seperti itu. Perbuatan yang seperti itu bukan aku banget. Pada umumnya para wanita bodoh yang menyerahkan tubuhnya secara sukarela. Dan mereka juga melakukannya dalam keadaan sadar. Mereka juga yang memaksaku untuk menyentuhnya. Jadi aku tidak pernah membuat hal memalukan seperti itu. Aku juga tidak pernah meminta lawan main ku untuk menutup mata seperti sedang bermain Lu-lu China buta." Tak ada ekspresi apapun dari raut wajahnya. Dan hal ini yang membuat John semakin marah."Kau tidak perlu berbohong?" Jangan tersenyum mengejek. Kondisinya saat
Alex beserta anak buahnya sudah berada di parkiran mobil. Saat ini mereka berada di perusahaan milik John. Sesuai jadwal, pria dengan rambut plontos itu keluar dari kantornya dan langsung ke parkiran mobil. John berjalan dengan santai menuju ke parkiran. Jika dilihat gaya serta gerak-geriknya tidak ada sedikitpun mencerminkan bahwa dia salah seorang pembunuh yang ikut serta dalam misi Heru. Tempat parkiran khusus untuk pemilik perusahaan ini memang termasuk sepi, karena hanya ada satu mobilnya yang terparkir di sana. Kondisi seperti ini dimanfaatkan Alex dengan baik. Dalam waktu singkat mereka sudah berhasil melumpuhkan John. Pria bertubuh tinggi itu tidak sadarkan diri ketika tekuk lehernya dipukul dengan keras. Alex meminta kepada anak buahnya untuk memasukkan John ke dalam mobil. Setelah itu mengikat tangan serta kaki pria tersebut dan membawanya ke markas yang sudah ditentukan oleh Arion. Didalam markas ini sudah ada 4 orang pria yang merupakan Agus beserta 3 orang rekannya.
"Mungkin kau bisa ingat ketika melihat fotonya." Sebastian menunjukkan foto seorang gadis yang disimpannya di galeri. Arion memandang foto itu dengan serius namun tetap menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak mengingat gadis itu. "Apa benar dia pernah tidur denganku? Aku saja baru melihat wajahnya.""Kau tidak mengingatnya?""Sama sekali tidak paman. Jika si John itu bekerja sama dengan paman Heru sejak 6 tahun terakhir, kemungkinan aku mengenal adiknya lebih dari 6 tahun."Sebastian menganggukkan kepalanya. "6, 7 bahkan 10 tahun yang lalu sekalipun, aku bukanlah pria brengsek. Aku baru menjadi seperti itu sejak 5 tahun terakhir, dan tobat setelah mengenal Zahira." Arion mengingat kembali dosa masa lalunya."Ya mana aku tahu kalau masalah di atas ranjang kau," jawab Sebastian.Arion menggelengkan kepalanya. "Apa benar dia tidur denganku?"Sebastian mengambil handphonenya dan menghubungi orang yang selama ini diperintahkan nya menyelidiki tentang Jhon. "Coba kau selidiki kapa
"Aku merasa menjadi anak yang durhaka, paman. Mereka yang sudah membunuh papi, mami serta calon adikku. Namun aku justru menjadi dia raja. Aku beri saham yang cukup tinggi. Dengan tujuan dia, istri dan anak-anaknya hidup serba berkecukupan. Aku beri dia jabatan yang tinggi, agar semua orang menghormatinya." Arion tertawa sumbang. Meskipun hukuman mati sudah di tentukan untuk mengakhiri hidup Heru berserta keluarganya, tetap saja Arion merasakan sakit yang luar biasa. Bahkan dia tidak akan pernah memaafkan orang itu. Jangankan untuk memaafkan, melihat wajahnya pun tak sudi."Ya sudahlah kalau kau tidak mau berjumpa dengan orang itu. Aku hanya menyampaikan pesan Briptu Ambri. Jika aku jadi kau, aku juga tidak akan mau berjumpa dengan dia." Sebastian mengangkat kedua bahunya dan dengan gaya acuh tak acuh. Sudah berulang kali Heru meminta untuk berjumpa dengannya. Namun Arion tidak mau menerima bertemu dengan pria bejat tersebut. Ia juga tidak tertarik untuk mendengar drama kesedihan He
Arion sibuk dengan handphone ditangannya, sedangkan mata melirik ke arah Zahira yang sedang memakai baju. Perut istrinya itu sudah semakin besar, namun mengapa Zahira terlihat semakin menggoda. Bobot berat tubuhnya bertambah hingga 15 kg, membuat tubuhnya terlihat berisi dan semok. "Hubby, tolongin." Zahira berkata ketika kesulitan memasukkan kakinya ke dalam kaki celana. "Tolong apa?" Arion berpura-pura sibuk dengan handphone nya sehingga tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Zahira. "Hobi, Hira susah pakai celana," kata Zahira dengan kesal."Kalau begitu tidak usah dipakai sweet heart. Arion melepaskan handphone di tangannya dan langsung mendekati istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur. "Hobi mau ngapain?" Zahira memandang Arion dengan mata terbelalak. "Kata dokter agar pembukaan cepat maka si botak harus sering-sering lihat anak." Arion tersenyum mesum memandang perut buncit Zahira. Sebagai seorang dokter, Zahira tidak bisa membantah Perkataan suaminya. "Iya, t