.
.
.
"PRANG!" suara botol pecah setelah menghantam kepala dokter Da Suan bagian samping.
"Nguuuuung!"
Seketika kupingnya berdengung dan pandangan dokter Da Suan mulai memburam.Gaiyyun Bai langsung meraih tubuh dokter Da Suan dengan tangan kanannya dan tangan lainnya dengan cekatan mengambil pistol dari balik bajunya.
Gerakan sepersekian detik memutuskan siapa yang akan memenangkan permainan. Lawan bergerak cepat ke arahnya dengan membawa parang.
Gaiyyun Bai melepaskan tembakan dengan sangat cermat sehingga tidak ada satupun peluru yang meleset meskipun ia menembak menggunakan tangan kiri.
Lima preman bertubuh kekar tumbang satu persatu.Gaiyyun Bai masih memegangi tubuh dokter Da Suan yang sudah tidak sadarkan dengan satu tangannya. Posisi seperti ini menampilkan otot Gaiyyun Bai yang kekar.
Gaiyyun Bai menatap pria yang terlihat sudah tidak berdaya dan menghela nafas. "Haaah! Merepotkan saja!" gumamnya menggelengkan kepala.
Nampaknya Gaiyyun Bai tidak mengenali pria yang sudah menyelamatkan dirinya sebelumnya.Gaiyyun Bai pun langsung membopong tubuh dokter Da Suan dengan mudahnya. Terlihat seperti dia hanya membawa kapas, padahal tubuh dokter Da Suan cukup besar dan tinggi.
Gaiyyun Bai membawa dokter Da Suan ke rumah sakit. Ia menutupi wajahnya dengan masker.
Beberapa perawat datang membawa emergency bed.
"Rawat pria ini, dan ini uang untuk perawatannya. Kalian yang bertanggung jawab!" Gaiyyun Bai dengan santainya meletakan segepok uang di atas dada dokter Da Suan.
Perawat pun menoleh ke arah uang dan matanya terkejut ketika mendapati jika pasien yang sedang tidak sadarkan diri adalah dokter yang bekerja di rumah sakit mereka.
"Loh, dokter Da Suan?" Perawat itu langsung menoleh ke arah Gaiyyun Bai yang berjalan masuk ke dalam mobil.
Gaiyyun Bai menginjak pedal gas mobilnya dan melaju dengan gesit.
"Tunggu!" Perawat itu mencoba untuk mengejarnya, namun sia-sia.
.....Beberapa saat kemudian, dokter Da Suan akhirnya sadarkan diri setelah mendapatkan penanganan khusus. Ia memegangi kepalanya yang masih terasa berdenyut-denyut.
"Dok, anda sudah sadar?" Seorang perawat menghampirinya.
"Di mana aku?" tanya dokter Da Suan kepada suster yang merawatnya.
"Anda di rumah sakit, Dok!" jawab suster.
"Di rumah sakit?" Dokter Da Suan melihat sekelilingnya dengan lebih jelas. "Di mana gadis itu? Apa dia terluka?" tanyanya.
"Gadis berbadan tinggi dan kurus yang anda maksud?" tanya perawat.
"Benar!"
"Dia tidak terluka sama sekali, bahkan dia yang membawa dokter ke UGD. Dia pergi begitu saja setalah mengantar anda. Oh iya, gadis itu memberikan uang segepok untuk biaya perawatan anda. Dok, siapa sebenarnya gadis itu?" tanya perawat.
"Gadis itu adalah gadis yang pernah aku selamatkan. Apa kamu tidak mengenalinya?" tanya dokter Da Suan.
"Dia menggunakan masker, Dok. Jadi kami tidak ada yang paham dengannya. Kami sebenarnya sempat mengejarnya, tapi dia melaju dengan cepat," jelas sang perawat menyerahkan segepok uang yang diberikan oleh Gaiyyun Bai.
Dokter Da Suan menerima uang itu dan mengerutkan keningnya merasa terheran-heran.
"Bagaimana tadi malam kami bisa selamat? Wanita itu, apakah dia tidak mengenali aku?" batinnya.
.......
Keesokan hari dokter Da Suan melakukan blusukan ke beberapa kompleks perkampungan untuk mencari orang sakit yang terbengkalai karena terhambat oleh biaya. Ini adalah rutinitasnya setiap 3 bulan sekali seorang diri.
Ketika sedang menyelusuri gang perumahan yang sempit, terdengar seorang wanita sedang meringis kesakitan.
BAGH
BUGH BAGH BUGH"Dasar anak durhaka! Mati saja kau!"
Dokter Da Suan melihat dari pintu rumah yang tidak tertutup, ada seorang ibu yang menghajar putrinya dengan sapu.
Dokter Da Suan yang melihat itu dengan berani lari masuk ke dalam rumah untuk menghalau kekerasan yang sedang terjadi.
"Hentikan!" teriak dokter Da Suan.
Wanita paruh baya itu menghentikan aksinya dan menoleh ke arah dokter Da Suan.
"Siapa kau!?" tanya wanita paruh baya itu menyanggah ke dua tangannya ke pinggang dan melotot ke arah dokter Da Suan.
"Aku adalah seorang dokter. Aku sedang melakukan penyuluhan dan mencari orang-orang sakit parah di kampung ini!" jelas dokter Da Suan.
"Tidak ada orang sakit di sini! Pergi sana!" teriak wanita paruh baya itu mengusir.
Gadis yang bersimpuh di bawah kaki ibunya menoleh ke arah dokter Da Suan membuat dokter Da Suan terkejut. "Dia!?" batinnya.
"Apa kamu tidak dengar! Keluar dari rumah ini sekarang juga!" teriak sang ibu terlihat emosi telah memenuhi separuh jiwanya.
"Bu, tindikan kekerasan bisa dipidanakan, loh!" ancam dokter Da Suan. "Apakah dia putrimu?" lanjutnya bertanya.
"Aku tidak perduli! Anak sialan ini telah kabur dari pria yang sudah aku pilihkan. Kami sudah hidup melarat selama ini. Lebih baik aku dipenjara, di sana aku tidak perlu lagi memikirkan bagaimana cari makan, aku bisa tidur dengan santai dan makan dengan tenang!" sahutnya menyulut emosi.
Deg
Dokter Da Suan sangat kaget dengan pengakuan dari wanita separuh baya itu. Sebab gadis yang pernah dia tolong tidak terlihat mengenaskan seperti yang dilontarkan. Dokter Da Suan mengingat gadis itu bahkan memberikannya segepok uang dengan mudah untuk perawatannya.
"Bu, apakah anda benar-benar tidak menginginkan putrimu lagi?" tanya dokter Da Suan mendapatkan lirikan tajam dari Gaiyyun Bai yang masih bersimpuh di bawah kaki ibunya.
"Pernyataan macam apa ini!?" Wanita paruh baya benar-benar tidak mudah untuk ditenangkan.
Dokter Da Suan mengeluarkan segepok uang dari tasnya. Itu adalah uang yang diberikan oleh Gaiyyun Bai untuknya.
Dokter Da Suan langsung menyerahkan uang itu kepada wanita paruh baya yang terus menatapnya dengan tajam.
Setelah disodorkan uang, tiba-tiba saja mata wanita paruh baya itu langsung berbinar-binar dan senyumnya langsung melebar dengan manis. Dia dengan cepat meraih uang itu.
"Bawalah gadis tidak berguna ini jika kamu mau!" Wanita paruh baya itu bahkan tidak menatap putrinya sebelum dia masuk ke dalam kamarnya.
Dokter Da Suan mencoba untuk membantu Gaiyyun Bai untuk berdiri. "Kamu tidak apa-apa?" tanyanya.
Namun tiba-tiba saja Gaiyyun Bai menatap dokter Da Suan dengan tajam dan langsung menamparnya dengan keras.
"PLAK!"
...Sebuah telapak tangan membekas di pipi dokter Da Suan menandakan betapa kerasnya hantaman yang dia terima.Dokter Da Suan memegangi pipinya dan menjilat darah dari sudut bibirnya yang telah pecah. "Apa ini balasanmu kepadaku?" tanya dokter Da Suan membuang wajahnya. "Balasan apa? Kamu selalu datang tiba-tiba dan merusak semua pekerjaanku!" pekik Gaiyyun Bai menahan kesal. "Jadi aku adalah perusak? Jika aku tidak datang, apakah kamu pikir kamu akan hidup sampai saat ini!" Dokter Da Suan mengingatkan Gaiyyun Bai. "Asal kamu tahu, aku adalah Gaiyyun Bai, aku tidak akan mati dengan mudah!" tandas Gaiyyun Bai sama sekali belum menyadari siapa pria yang ada di depannya. Dokter Da Suan yang sudah pernah bergulat untuk menyelamatkan nyawanya pun hanya tersenyum. Sungguh dia sangat geli mendengar keangkuhan seseorang yang pernah dia selamatkan. Namun dokter Da Suan menahan kekesalannya dan bersikap profesional layaknya janji dokter yang akan selalu mengutamakan nyawa pasien terlepa
Bab 05"BYUUUR!"Suara benda jatuh ke dalam air. "IBU.......!" Gaiyyun Bai berlari dan langsung melompat ke dalam air. "BYUUUR"Dokter Da Suan yang sedari awal menyimak pun dengan cekatan langsung ikut terjun ke dalam danau. Dia takut jika Gaiyyun Bai tidak bisa berenang namun nekat nyemplung demi menyelamatkan ibunya. "BYUUUR!"Dokter Da Suan lompat ke dalam air dan melihat ke mana Gaiyyun Bai dan ibunya tenggelam. Air yang tidak terlalu jernih membuat pandangan dokter Da Suan sedikit terhambat. Namun kejeliannya mengarah pada gerakan gelombang air yang semakin konstituen. Ia pun masuk ke dalam dan mendapati Gaiyyun Bai yang terus mengejar ibunya yang semakin jatuh ke dalam air. Ibunya Gaiyyun Bai nampak panik membuat Gaiyyun Bai kewalahan dan mereka justru terus tenggelam ke dalam air. Beruntung dokter Da Suan dapat meraih tangan Gaiyyun Bai dan menariknya ke atas. Gaiyyun Bai memegang erat-erat baju ibunya dan perlahan mereka naik ke atas permukaan.Sesampainya di tepi Danau
DHORDHORDHORTiga kali suara tembakan dari dalam penginapan membuat Gaiyyun Bai dan dokter Da Suan membeku sesaat karena kaget. Mata Gaiyyun Bai seketika memerah dan ia menjatuhkan plastik berisi ikan segar. Langkah kakinya melaju dengan cepat dan dia berlari dengan panik masuk ke dalam pondok penginapan. "IBU!" Gaiyyun Bai masuk ke dalam dan matanya tidak dapat mempercayai apa yang dilihatnya. Dokter Da Suan menyusul dan juga menatap heran dengan apa yang ada di depannya."Apa yang membuat kalian terlihat begitu khawatir?" tanya ibunya Gaiyyun Bai dengan santainya meniup asap dari ujung pistol yang baru saja ia mainkan. Dia duduk dengan santai dan menyilangkan ke dua kakinya. Gayanya sangat persis seperti preman yang berkelas. "Ibu, tolong dengarkan Gaiyyun Bai. Kita bisa bicarakan ini baik-baik!" Gaiyyun Bai perlahan berjalan memutar. Dia sedikit menoleh ke arah dokter Da Suan untuk membantunya mengambil obat penenang di dalam tasnya yang ada di atas meja pojok ruangan. "Anak
"KALIAN!" pekikan suara yang cukup keras."Apa yang kalian lakukan?" Seorang wanita berpakaian modis menatap dengan heran.Dokter Da Suan dan Gaiyyun langsung menjauh. Raut wajah kepanikan terlihat dari mimik Gaiyyun Bai. Sedangkan dokter Da Suan, ia terlihat sangat tenang sekali. "Ni Lian, kenapa kamu ada di sini?" tanya dokter Da Suan berjalan mendekati wanita yang dikenalnya. "Kenapa? Kamu tanya kenapa? Jelas aku ke sini mau menemui kamu dan ingin menemani kamu liburan. Kenapa kamu tidak memberi kabar padaku jika kamu akan liburan di sini! Kamu tahu, aku harus ke sana ke sini untuk bertanya sama semua orang yang terlibat sama kamu untuk menanyai keberadaan kamu. Tapi, sekarang apa? Kamu bermain gila dengan wanita lain di belakang aku!" Ni Lian memekik kesal. Dokter Da Suan melihat situasinya tidak mendukung. Dia takut jika Gaiyyun Bai akan tersinggung dengan ucapan Ni Lian. "Dengarkan aku, Ni Lian-" Da Suan terlihat ragu untuk sesaat.Gaiyyun Bai melihat jika dua orang butuh pr
Gaiyyun Bai, dengan penuh ketangguhan memijakkan salah satu telapak kakinya dengan benar ke lantai. Tangannya menumpu tubuhnya dan bersiap untuk menerjang seseorang yang berdiri di luar ruangan. Dari kejauhan sosok misterius mengintip secara sembunyi-bunyi. Sialnya, Gaiyyun Bai dapat mencium keberadaannya. Dokter Da Suan melihat sesuatu yang tidak beres membuatnya langsung mencoba untuk menenangkan Gaiyyun Bai."Hei! Kamu melihat apa? Tenangkan dirimu, ada aku di sini." Dokter Da Suan merangkul pundak Gaiyyun Bai. Gaiyyun Bai tidak merespon bujukan dari dokter Da Suan. Ia terus menatap pada satu titik. Dendam terlihat sangat mendalam di lubuk hatinya. Sepertinya, kematian ibunya tidak wajar. Sebagai seorang pembasmi, jelas Gaiyyun Bai tidak akan melepaskan mangsa yang sudah berani bermain-main dengannya. Gaiyyun Bai melepaskan tangan Dokter Da Suan yang melekat pada pundaknya. Dokter Da Suan bingung. Gaiyyun Bai berdiri dan berjalan menuju sosok yang menggunakan masker dan topi
Situasi macam apa ini. Di hari duka seseorang dengan bodoh melamar dengan serius. Gaiyyun Bai, dia tidak tahu harus larut dalam kesedihannya atau berbahagia hati karena mendapatkan keseriusan dari prianya. Gaiyyun Bai tidak dapat mengekspresikan wajahnya dengan benar. Ia hanya bisa mematung tidak tahu harus bagaimana dan merespon seperti apa. Da Suan mengerti apa yang menjadi kebimbangan kekasih hatinya. Da Suan berdiri dan meraih ke dua tangan yang terlihat kotor oleh tanah basah kuburan ibunya. Dokter Da Suan tidak langsung mengutarakan isi hatinya. Dia beralih merangkul pundak Gaiyyun Bai dan menatap kuburan sang ibu yang masih basah. "Ibu, aku di sini sebagai Da Suan, ingin meminta restu untuk membahagiakan dan memberikan kehidupan yang baik untuk kekasih hatiku, Gaiyyun Bai. Dengan cincin ini aku berikan bukti keseriusan kepada Gaiyyun Bai. Ibu, aku mohon restu darimu. Maaf, karena aku sedikit terlambat, aku benar-benar minta maaf." Dokter Da Suan langsung melirihkan suaranya
Sebuah pipi memerah bekas tamparan keras yang mendarat ke pipinya. Gaiyyun Bai menoleh ke arah lawan yang sangat berani memprovokasinya di depan umum. "Ni Lian! Apa yang kamu lakukan?" Da Suan menahan amarahnya. Wanita bernama Ni Lian kembali muncul dengan versi yang lebih tidak masuk akal. "Nona, apa masalahmu denganku?" tanya Gaiyyun Bai. Ni Lian masih terdiam dan menatap Gaiyyun Bai dengan tatapan penuh dengan kebencian. "Kamu!" Ni Lian mendekatkan wajahnya ke Gaiyyun Bai. "Adalah seorang perebut!" bisiknya. Da Suan tidak dapat mendengar apa yang dibicarakan. Tapi Da Suan sangat tahu jika yang dikatakan pasti bukanlah kata-kata yang baik. Ni Lian tersenyum kepada Da Suan. "Sayang." Ni Lian memegang tangan Da Suan. "Kakek sudah menentukan tanggal untuk pernikahan kita. Aku harap kamu bisa menjaga dirimu sebaik mungkin. Aku tidak ingin melihatmu sakit ketika hari pernikahan kita tiba." Da Suan langsung menatap Gaiyyun Bai yang menahan nafas setelah mendengar keseriusan hubun
Kaki jenjang Gaiyyun Bai dengan kuat menerjang dada sang preman sampai tubuhnya menghantam kursi kayu. Wajah kesakitan tidak bisa preman itu tahan dan sembunyikan. Seketika dadanya terasa nyeri dan ia pun kesulitan bernafas. Tidak menunggu respon dari lawan, Gaiyyun Bai langsung berlari dan melakukan gerakan lompat untuk menerjang satu preman lainnya yang terlihat sangat ketakutan.BUGH! Sebuah gigi dengan mudah lepas dari cengkeramannya. Tidak hanya itu, ada yang lebih menyakitkan, sepertinya rahang preman saksi telah berbelok sedikit dari tepat semula. Gaiyyun Bai menatap dua orang preman yang sudah sangat berani memprovokasi dirinya. Sekarang, lihatlah mereka, bahkan Gaiyyun Bai belum mengeluarkan seperempat dari kekuatannya, tapi lawan sudah terlihat loyo dan tidak berkutik. Gaiyyun Bai menyalakan earphone bluetooth di telinganya."Sia-sia aku meminta kalian datang. Sekarang kalian pulanglah, ini hanya seekor kucing yang ingin bermain-main." Beberapa orang yang menunggu di b
Pagi yang cerah, jam 10 pagan, kuburan keluarga besar leluhur Da Suan di Homeone, berdiri megah di atas perbukitan yang menghadap langsung ke tebing pantai yang biru.Pemberkatan berlangsung dengan khidmat dan penuh makna. Gaiyun Bai menundukkan kepalanya, sesekali melirik ke sekitarnya dengan rasa ingin tahu. Dia mengamati lingkungan sekitar makam dengan seksama, menikmati keindahan alam dan kesucian suasana.Semua anggota keluarga terlihat sangat khusyuk, menyatukan kedua tangan dan memejamkan mata mereka, membiarkan keheningan dan ketenangan mengisi hati mereka. Suasana yang tenang dan sakral ini memperkuat ikatan keluarga dan menghormati leluhur mereka.Gaiyyun Bai memandang giok naga di atas meja persembahan dengan mata penuh kekhawatiran. Pikirannya terus berputar, mencari cara menghentikan niat buruk Kakek Zi Dai.Tanpa kehadiran Zaiyyen, Gaiyyun Bai menyadari bahwa Kakek Zi Dai telah mengincar Da Suan sebagai ketua 7 naga berikutnya. Ia khawatir Da Suan akan terjebak dalam kek
Langkah kaki Kakek Zi Dai berhenti di depan pintu, matanya menyapu ruangan dengan curiga. Ia membuka pintu perlahan, memindai setiap sudut dengan seksama. Keningnya mengerut, keheranan mencuat di wajahnya."Ada siapa, Zi Dai?" tanya Kakek Zu Gai dengan nada khawatir."Tidak ada siapa-siapa," jawab Kakek Zi Dai pelan. "Mungkin hanya firasatku saja."Sementara itu, Gaiyyun Bai bersembunyi di balik lemari, napasnya terhenti. Detak jantungnya berdegup kencang. Ia menunggu beberapa detik, memastikan keamanan. Lalu, dengan gerakan pelan dan hati-hati, ia merambat keluar dari ruangan rahasia, menghindari perhatian Kakek Zi Dai. ...............Gaiyyun Bai membuka pintu kamarnya dengan hati berdebar. Namun, ia terkejut melihat Da Suan duduk di kasurnya, vape menyala di tangan, dan mata tajam menembus kegelapan."Apa yang terjadi, Da Suan?" Gaiyyun Bai bertanya dengan nada bergetar.Da Suan membuang asap vape, matanya tetap menatap. "Kamu tahu, aku mulai merasakan s
Salju rintik-rintik membalut bumi, menciptakan lanskap putih yang magis. Di dalam mobil, Da Suan mengemudikan dengan hati-hati, sementara Gaiyyun Bai menyanjungkan kepala di bahunya, menciptakan kehangatan cinta di tengah kesepian musim dingin.Di sebuah hunian mewah bergaya Eropa yang membentang di tanah seluas 2 hektar, Gaiyyun Bai terlihat gugup, namun berusaha untuk tetap santai. Ia meyakinkan dirinya bahwa tidak ada yang akan melihatnya malam itu."Selamat datang, cantik," sambut Nyonya Sanani, ibu Zaiyyen, dengan senyum hangat. "Apa kabar? Aku mendengar banyak tentangmu dari Su Arra.""Hallo, Tante. Senang bertemu dengan Anda," jawab Gaiyyun Bai ramah.Nyonya Sanani memandang Gaiyyun Bai dengan mata penuh kagum. "Kamu cantik sekali. Aku jadi iri, kapan putraku mendapatkan wanita secantik dirimu?"Su Arra tersenyum. "Sanani, putramu memang harus belajar dari Da Suan."Da Suan berkelakar, "Tidak, Mah. Aku tidak mau mengajari Zaiyyen. Tapi, jika ada persenan, bisa dipertimbangkan!"
Zaiyyen mendekati supirnya dengan langkah pelan, ingin melihat wajahnya yang selalu tersembunyi di balik masker. "Siapa kamu sebenarnya? Mengapa dia memanggil kamu 'Bos'?" tanyanya dengan rasa penasaran.Xing Leo langsung bereaksi cepat, memberi isyarat kepada anak buahnya. Anak buah itu langsung mendekati Xing Leo, berusaha menutupi kesalahan. "Maaf, saya salah orang!" ucapnya.Zaiyyen terhenti sejenak, merasa bingung. Xing Leo berpura-pura marah. "Lain kali perhatikan dengan teliti!"Anak buah itu meminta maaf, tidak berani menatap Zaiyyen. "Maaf, Bos. Biasanya Anda memakai masker hitam, jadi saya salah paham."Zaiyyen terus menatapnya dengan curiga, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Kalian adalah organisasi besar dan terpercaya. Apakah kesalahan seperti ini sering terjadi?" tanya Zaiyyen dengan keraguan.Xing Leo tersenyum, menyembunyikan kecanggungannya. "Dia baru bergabung dengan kami. Kami tidak pernah melakukan kesalahan selama ini. Jadi, Anda tenang saja."Zai
Langkah kaki diam-diam mendekati dari belakang. Da Suan, yang terus berbicara dengan Gaiyyun Bai melalui video call, tidak menyadari kehadiran tersebut.Gaiyyun Bai tiba-tiba berbicara dengan nada serius. "Sayang, sepertinya ada seseorang di belakangmu?"Da Suan memperingati, "Sayang, jangan takut-takuti aku lagi!"Tiba-tiba, Gaiyyun Bai mematikan panggilan. Da Suan terkejut dan segera mencoba menghubungi kembali.Saat itu, Da Suan merasakan sesuatu yang bergerak di belakangnya. Dia perlahan menoleh dan melihat Zaiyyen berdiri dengan senyum licik."HUA!" teriak Da Suan kaget.Zaiyyen tertawa. "Hahaha... Kau!"Da Suan melempar bantal ke arah Zaiyyen. "Kamu!"Zaiyyen bertanya, "Hayo, kamu sedang bicara dengan siapa? Apa dia kekasihmu?"Da Suan membuang muka. "Bukan siapa-siapa!"Zaiyyen mencari laptopnya. "Aku ke sini karena ingin mengambil laptopku. Mana?"Da Suan hanya melirik ke meja tanpa berkata.Zaiyyen berdecak kesal. "Dasar, sudah meminjam bukannya berterima kasih malah buang mu
Tuan Domani terpaku melihat sosok misterius membasmi musuh dengan dua pistol dan pisau, tanpa meninggalkan jejak luka pada dirinya sendiri.Da Suan turun dari dalam mobil berlari mendekati ayahnya, wajahnya pucat. "Pah, kamu baik-baik saja?"Tuan Domani menatap Da Suan, masih terkejut. "Dia... dia yang menyelamatkan kita."Sosok itu menghilang ke dalam hutan, meninggalkan keheningan dan mayat berceceran.Keluarga besar turun dari mobil, terkejut melihat pemandangan mengerikan.Kakek Zi Dai mendekati Tuan Domani. "Domani, apakah kamu yang menghabisi mereka?"Tuan Domani menggelengkan kepala, masih mencari sosok misterius. "Bukan, Kakek. Dia... dia yang melakukannya."Semua mata terfokus pada hutan, mencari bayangan penyelamat misterius. Tuan Domani bersemangat, "Dia ada di sini! Seorang wanita misterius dengan rambut bergelombang dan masker hitam. Dia sangat lihai dan menyelamatkan kita dari maut!"Zaiyyen matanya terbuka lebar, penasaran. "Siapa dia? Mengapa dia membantu kita tanpa s
Pria sipit gemetar, mengangkat tangan ke atas kepala, ketika pistol Gateram Gaiyyun Bai menempel di dadanya. "Gaiyyun Bai, dengarkan aku!" katanya, berusaha menenangkan.Gaiyyun Bai menatapnya dengan mata dingin. "Aku datang jauh-jauh dari Asia ke Amerika untuk misi sebuah yang tidak jelas seperti ini. Apakah kamu tidak tahu organisasi kami adalah pembela kebenaran?"Suara Gaiyyun Bai dipenuhi kemarahan. "Siapa pun yang meminta bantuan kami harus tahu tujuan kami. Tapi kamu, berani bermain api dengan kami!"Pria sipit bergetar, melihat mata Gaiyyun Bai yang tajam. "Maaf... Maafkan aku. Aku terdesak, tidak tahu harus meminta bantuan siapa. Tidak ada yang berani menyusup ke sarang Keluarga 7 Naga. Hanya kamu yang mau membantu. Aku tak punya pilihan lain."Gaiyyun Bai menarik pistolnya, mata tajam memandang pria sipit. "Sekarang sudah jelas. Aku tidak bisa membantumu, karena giok itu milik Kakek Zaiyyen. Jika kamu ingin, minta secara hormat. Aku akan kembali ke Asia sekarang juga jika ka
Da Suan menatap punggung wanita misterius itu dengan rasa penasaran. "Siapa kamu?" tanyanya dengan nada keras.Gaiyyun Bai meremas piyamanya, menahan gugup. "Aku... tamu Zaiyyen," jawabnya berusaha menyamarkan suaranya.Da Suan menghela nafas lega, namun matanya tetap curiga. "Lagi-lagi Zaiyyen membawa perempuan asing ke rumah," gumamnya pada dirinya sendiri.Gaiyyun Bai mencoba melarikan diri, menutupi wajahnya dengan rambut panjang. "Maaf, tuan. Saya ingin kembali ke kamar."Da Suan melangkah mendekat, suaranya penuh peringatan. "Malam-malam begini, kamu dari mana? Jangan berbohong!"Gaiyyun Bai terhenti, degup jantungnya mempercepat. "Aku... mencari kamar Zaiyyen."Da Suan menatapnya dengan tajam. "Hai, dengarkan! Zaiyyen pemain wanita. Jangan terlalu percaya pada gombalannya. Dia tidak akan bertanggung jawab atasmu setelah mendapatkan apa yang dia inginkan!"Gaiyyun Bai menahan nafasnya, "Baik, Tuan. Terima kasih atas sarannya. Saya benar-benar hanya teman Zaiyyen, bukan wanita pa
Gaiyyun Bai tersenyum dingin. Sebagai mafia terbesar di Asia, dia tahu banyak rahasia orang-orang penting. "Mudah bagiku untuk mengetahuinya, tapi sebelum merebut giok itu kembali, aku ingin tahu silsilahnya. Aku tidak ingin merebut barang tak jelas asal-usulnya," tegasnya.Pria mata sipit itu menunjukkan foto giok milik keluarganya yang turun-temurun, dari buyut hingga orang tua. "Ini bukti giok ini milik kami."Gaiyyun Bai memperhatikan foto tersebut. "Baiklah, aku terima misi ini!"Si mata sipit memperingatkan, "Gaiyyun, ingat, mereka bukan orang biasa. Mereka adalah keluarga 7 Naga."Gaiyyun Bai terdiam. Meskipun dia mengenal banyak rahasia, pengetahuannya tentang 7 Naga Asia masih minim. Desas-desus tentang 7 Naga masih misterius."Aku akan berhati-hati," janji Gaiyyun Bai...........Mobil sport hitam mewah yang dikemudikan Gaiyyun Bai berhenti di depan pintu masuk pesta kalangan atas. Ia turun dengan anggun, mengenakan gaun merah yang mempesona dan menonjolkan keindahan tubuhny