Situasi macam apa ini. Di hari duka seseorang dengan bodoh melamar dengan serius. Gaiyyun Bai, dia tidak tahu harus larut dalam kesedihannya atau berbahagia hati karena mendapatkan keseriusan dari prianya. Gaiyyun Bai tidak dapat mengekspresikan wajahnya dengan benar. Ia hanya bisa mematung tidak tahu harus bagaimana dan merespon seperti apa. Da Suan mengerti apa yang menjadi kebimbangan kekasih hatinya. Da Suan berdiri dan meraih ke dua tangan yang terlihat kotor oleh tanah basah kuburan ibunya. Dokter Da Suan tidak langsung mengutarakan isi hatinya. Dia beralih merangkul pundak Gaiyyun Bai dan menatap kuburan sang ibu yang masih basah. "Ibu, aku di sini sebagai Da Suan, ingin meminta restu untuk membahagiakan dan memberikan kehidupan yang baik untuk kekasih hatiku, Gaiyyun Bai. Dengan cincin ini aku berikan bukti keseriusan kepada Gaiyyun Bai. Ibu, aku mohon restu darimu. Maaf, karena aku sedikit terlambat, aku benar-benar minta maaf." Dokter Da Suan langsung melirihkan suaranya
Sebuah pipi memerah bekas tamparan keras yang mendarat ke pipinya. Gaiyyun Bai menoleh ke arah lawan yang sangat berani memprovokasinya di depan umum. "Ni Lian! Apa yang kamu lakukan?" Da Suan menahan amarahnya. Wanita bernama Ni Lian kembali muncul dengan versi yang lebih tidak masuk akal. "Nona, apa masalahmu denganku?" tanya Gaiyyun Bai. Ni Lian masih terdiam dan menatap Gaiyyun Bai dengan tatapan penuh dengan kebencian. "Kamu!" Ni Lian mendekatkan wajahnya ke Gaiyyun Bai. "Adalah seorang perebut!" bisiknya. Da Suan tidak dapat mendengar apa yang dibicarakan. Tapi Da Suan sangat tahu jika yang dikatakan pasti bukanlah kata-kata yang baik. Ni Lian tersenyum kepada Da Suan. "Sayang." Ni Lian memegang tangan Da Suan. "Kakek sudah menentukan tanggal untuk pernikahan kita. Aku harap kamu bisa menjaga dirimu sebaik mungkin. Aku tidak ingin melihatmu sakit ketika hari pernikahan kita tiba." Da Suan langsung menatap Gaiyyun Bai yang menahan nafas setelah mendengar keseriusan hubun
Kaki jenjang Gaiyyun Bai dengan kuat menerjang dada sang preman sampai tubuhnya menghantam kursi kayu. Wajah kesakitan tidak bisa preman itu tahan dan sembunyikan. Seketika dadanya terasa nyeri dan ia pun kesulitan bernafas. Tidak menunggu respon dari lawan, Gaiyyun Bai langsung berlari dan melakukan gerakan lompat untuk menerjang satu preman lainnya yang terlihat sangat ketakutan.BUGH! Sebuah gigi dengan mudah lepas dari cengkeramannya. Tidak hanya itu, ada yang lebih menyakitkan, sepertinya rahang preman saksi telah berbelok sedikit dari tepat semula. Gaiyyun Bai menatap dua orang preman yang sudah sangat berani memprovokasi dirinya. Sekarang, lihatlah mereka, bahkan Gaiyyun Bai belum mengeluarkan seperempat dari kekuatannya, tapi lawan sudah terlihat loyo dan tidak berkutik. Gaiyyun Bai menyalakan earphone bluetooth di telinganya."Sia-sia aku meminta kalian datang. Sekarang kalian pulanglah, ini hanya seekor kucing yang ingin bermain-main." Beberapa orang yang menunggu di b
Sebuah hunian mewah bernuansa klasik terlihat menjulang tinggi di kawasan komplek Hometeen, sebuah kawasan yang hanya memiliki 150 rumah dengan segala aspek kehidupan yang sangat terjamin kenyamanan, kebersihan dan juga kemewahan. Mobil Da Suan masuk ke dalam hunian dengan perasaan malas bersama dengan ibunya yang baru pulang dari rumah sakit. Da Suan dan Nyona Su Arra masuk ke dalam rumah dan bayangan mereka di sambut baik oleh kakek yang sudah lama menunggu mereka. "Da Suan, akhirnya, kamu datang juga!" Kakek menyambut cucunya yang sudah beberapa akhir ini tidak mau pulang ke rumah dan memilih untuk tinggal di apartemen dengan alasan lebih dekat dengan rumah sakit. Da Suan hanya memberi hormat dan tidak mengatakan apapun. Kakek melihat wajah putrinya yang lembab di bagian pelipis. "Arra! Wajahmu?" Kakek langsung memeriksa dengan teliti. "Ayah, aku tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil. Aku tadi dijambret, dan jambret itu memukul aku." Nyonya Su Arra terlihat masih enggan mengung
Pergulatan dengan segala perasaan yang berkecamuk, mencabik-cabik keinginan yang telah di pupuk dengan segala rasa. Tapi apa daya, sebesar apapun perasaannya, akan terhalang oleh ilalang yang selalu tumbuh di mana bunga ditanam. Da Suan, terus menggedor-gedor pintu rumah Gaiyyun Bai yang terlihat tertutup rapat. "Gaiyyun Bai, dengarkan aku. Aku sungguh benar-benar sungguh tidak ada hubungan apapun dengan Ni Lian. Dia adalah wanita pilihan kakek. Aku akan meminta kakek untuk menikahinya saja. Aku mohon dengarkan aku!" Da Suan terus berceloteh di depan pintu yang tertutup rapat. Suara geluduk terdengar menyambar beberapa di bagian bumi, termasuk di mana kaki Da Suan berpijak. "Baiklah, jika ini yang kamu inginkan, aku akan berdiri di depan sini meskipun hujan turun membasahi tubuhku. Aku tidak perduli aku sakit atau mati, yang aku mau adalah kamu mau memaafkan aku!" Da Suan bersimpuh di bawah guyuran hujan yang benar-benar ingin menguji keberanian Da Suan. DHOAR!Tiba-tiba saja sua
Gaiyyun Bai yang sudah siap dengan gaun hitamnya menatap Da Suan dengan tatapan curiga karena Da Suan memegang ponselnya. "Da Suan?" Gaiyyun Bai menegurnya.Da Suan spontan langsung meletakan ponsel Gaiyyun Bai ke atas meja. Gaiyyun Bai meliriknya. "Hai!" Da Suan langsung mematung menatap betapa cantik wanitanya. Gaiyyun Bai mengambil ponselnya dan bertanya pada Da Suan. "Apa yang kamu lakukan dengan ponselku?" tanyanya. "Oh, itu penipu yang menelpon. Nomor asing, mengatakan tentang kecelakaan, namun itu hanya penipuan yang ingin memeras kita!" jelas Da Suan sangat percaya diri dengan kesimpulannya. "Kamu tahu dari mana kalo itu adalah penipuan?" tanya Gaiyyun Bai memasukan ponselnya ke dalam tas.Namun sebenarnya Gaiyyun Bai sedang menahan nafas dan kepanikannya. Ia takut jika anak buahnya berkata sesuatu yang membuat Da Suan curiga padanya. "Aku pernah menerima telepon dari nomor tidak dikenal. Dia mengatakan jika ayahku kecelakaan dan meminta uang untuk proses ini dan itu. T
Langkah kaki Gaiyyun Bai langsung berhenti ketika telinganya mendengar sebutan yang sangat istimewa baginya.Nyonya Su Arra berjalan ke arah Gaiyyun Bai dan tersenyum. Terlihat sangat bahagia sekali. Pembangkangan anaknya ternyata tidak sia-sia. "Aku tidak pernah menduga jika kamu benar-benar akan menjadi calon menantuku. Gaiyyun Bai, aku benar-benar sangat senang sekali!" Nyonya Su Arra jingkrak-jingkrak senang seperti anak kecil yang mendapatkan lolipop. Gaiyyun Bai menahan keterkejutannya menatap Da Suan yang juga terpaku karena kaget karena ibunya mengenal kekasihnya. "Mah, apa mamah yakin dia adalah teman Mamah?" tanya Da Suan memastikan."Kenapa ekspresi wajahmu seperti itu?" Nyonya Su Arra tersinggung dengan ekspresi Da Suan yang terlihat curiga. "Apa kamu berfikir wanita tua seperti Mamah tidak pantas berteman dengan wanita muda seperti Gaiyyun Bai?" lanjutnya kesal."Tidak-tidak! Bukan begitu, Mah. Emm ... Jadi, apa Mamah akan merestui hubungan kita?" Da Suan tidak pernah
Mata Kakek tidak dapat mempercayai apa yang dilihatnya. Di depannya, cucunya yang sudah dijodohkan malah berciuman dengan wanita lain."Da Suan! Apa yang terjadi ini? Apa yang kamu lakukan dengan wanita itu!" Kakek memekik dengan sekuat tenaga yang mulai melemah.Da Suan terkejut dan langsung melepaskan ciumannya dari Gaiyyun Bai."Kakek?" katanya dengan terkejut.Nyonya Su Arra, yang baru mengetahui ayahnya sudah mendengar tentang wanita yang dibawa Da Suan, langsung berlari ke arah mereka."Pah, aku sudah mengambil keputusan: Da Suan akan membatalkan perjodohannya dengan Ni Lian. Wanita yang Da Suan bawa, aku mengenalnya dan sangat menyukainya. Dia adalah temanku yang menyelamatkanku!" Nyonya Su Arra mencoba membujuk ayahnya.Kakek melotot mendengar putrinya membela pembelot dalam keluarga mereka. Membatalkan perjodohan adalah hal yang sangat memalukan baginya. Sebagai orang tertua, ia merasa tertampar dengan pembangkangan ini."Langkahi dulu mayatku jika kalian ingin membatalkan pe
Pagi yang cerah, jam 10 pagan, kuburan keluarga besar leluhur Da Suan di Homeone, berdiri megah di atas perbukitan yang menghadap langsung ke tebing pantai yang biru.Pemberkatan berlangsung dengan khidmat dan penuh makna. Gaiyun Bai menundukkan kepalanya, sesekali melirik ke sekitarnya dengan rasa ingin tahu. Dia mengamati lingkungan sekitar makam dengan seksama, menikmati keindahan alam dan kesucian suasana.Semua anggota keluarga terlihat sangat khusyuk, menyatukan kedua tangan dan memejamkan mata mereka, membiarkan keheningan dan ketenangan mengisi hati mereka. Suasana yang tenang dan sakral ini memperkuat ikatan keluarga dan menghormati leluhur mereka.Gaiyyun Bai memandang giok naga di atas meja persembahan dengan mata penuh kekhawatiran. Pikirannya terus berputar, mencari cara menghentikan niat buruk Kakek Zi Dai.Tanpa kehadiran Zaiyyen, Gaiyyun Bai menyadari bahwa Kakek Zi Dai telah mengincar Da Suan sebagai ketua 7 naga berikutnya. Ia khawatir Da Suan akan terjebak dalam kek
Langkah kaki Kakek Zi Dai berhenti di depan pintu, matanya menyapu ruangan dengan curiga. Ia membuka pintu perlahan, memindai setiap sudut dengan seksama. Keningnya mengerut, keheranan mencuat di wajahnya."Ada siapa, Zi Dai?" tanya Kakek Zu Gai dengan nada khawatir."Tidak ada siapa-siapa," jawab Kakek Zi Dai pelan. "Mungkin hanya firasatku saja."Sementara itu, Gaiyyun Bai bersembunyi di balik lemari, napasnya terhenti. Detak jantungnya berdegup kencang. Ia menunggu beberapa detik, memastikan keamanan. Lalu, dengan gerakan pelan dan hati-hati, ia merambat keluar dari ruangan rahasia, menghindari perhatian Kakek Zi Dai. ...............Gaiyyun Bai membuka pintu kamarnya dengan hati berdebar. Namun, ia terkejut melihat Da Suan duduk di kasurnya, vape menyala di tangan, dan mata tajam menembus kegelapan."Apa yang terjadi, Da Suan?" Gaiyyun Bai bertanya dengan nada bergetar.Da Suan membuang asap vape, matanya tetap menatap. "Kamu tahu, aku mulai merasakan s
Salju rintik-rintik membalut bumi, menciptakan lanskap putih yang magis. Di dalam mobil, Da Suan mengemudikan dengan hati-hati, sementara Gaiyyun Bai menyanjungkan kepala di bahunya, menciptakan kehangatan cinta di tengah kesepian musim dingin.Di sebuah hunian mewah bergaya Eropa yang membentang di tanah seluas 2 hektar, Gaiyyun Bai terlihat gugup, namun berusaha untuk tetap santai. Ia meyakinkan dirinya bahwa tidak ada yang akan melihatnya malam itu."Selamat datang, cantik," sambut Nyonya Sanani, ibu Zaiyyen, dengan senyum hangat. "Apa kabar? Aku mendengar banyak tentangmu dari Su Arra.""Hallo, Tante. Senang bertemu dengan Anda," jawab Gaiyyun Bai ramah.Nyonya Sanani memandang Gaiyyun Bai dengan mata penuh kagum. "Kamu cantik sekali. Aku jadi iri, kapan putraku mendapatkan wanita secantik dirimu?"Su Arra tersenyum. "Sanani, putramu memang harus belajar dari Da Suan."Da Suan berkelakar, "Tidak, Mah. Aku tidak mau mengajari Zaiyyen. Tapi, jika ada persenan, bisa dipertimbangkan!"
Zaiyyen mendekati supirnya dengan langkah pelan, ingin melihat wajahnya yang selalu tersembunyi di balik masker. "Siapa kamu sebenarnya? Mengapa dia memanggil kamu 'Bos'?" tanyanya dengan rasa penasaran.Xing Leo langsung bereaksi cepat, memberi isyarat kepada anak buahnya. Anak buah itu langsung mendekati Xing Leo, berusaha menutupi kesalahan. "Maaf, saya salah orang!" ucapnya.Zaiyyen terhenti sejenak, merasa bingung. Xing Leo berpura-pura marah. "Lain kali perhatikan dengan teliti!"Anak buah itu meminta maaf, tidak berani menatap Zaiyyen. "Maaf, Bos. Biasanya Anda memakai masker hitam, jadi saya salah paham."Zaiyyen terus menatapnya dengan curiga, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Kalian adalah organisasi besar dan terpercaya. Apakah kesalahan seperti ini sering terjadi?" tanya Zaiyyen dengan keraguan.Xing Leo tersenyum, menyembunyikan kecanggungannya. "Dia baru bergabung dengan kami. Kami tidak pernah melakukan kesalahan selama ini. Jadi, Anda tenang saja."Zai
Langkah kaki diam-diam mendekati dari belakang. Da Suan, yang terus berbicara dengan Gaiyyun Bai melalui video call, tidak menyadari kehadiran tersebut.Gaiyyun Bai tiba-tiba berbicara dengan nada serius. "Sayang, sepertinya ada seseorang di belakangmu?"Da Suan memperingati, "Sayang, jangan takut-takuti aku lagi!"Tiba-tiba, Gaiyyun Bai mematikan panggilan. Da Suan terkejut dan segera mencoba menghubungi kembali.Saat itu, Da Suan merasakan sesuatu yang bergerak di belakangnya. Dia perlahan menoleh dan melihat Zaiyyen berdiri dengan senyum licik."HUA!" teriak Da Suan kaget.Zaiyyen tertawa. "Hahaha... Kau!"Da Suan melempar bantal ke arah Zaiyyen. "Kamu!"Zaiyyen bertanya, "Hayo, kamu sedang bicara dengan siapa? Apa dia kekasihmu?"Da Suan membuang muka. "Bukan siapa-siapa!"Zaiyyen mencari laptopnya. "Aku ke sini karena ingin mengambil laptopku. Mana?"Da Suan hanya melirik ke meja tanpa berkata.Zaiyyen berdecak kesal. "Dasar, sudah meminjam bukannya berterima kasih malah buang mu
Tuan Domani terpaku melihat sosok misterius membasmi musuh dengan dua pistol dan pisau, tanpa meninggalkan jejak luka pada dirinya sendiri.Da Suan turun dari dalam mobil berlari mendekati ayahnya, wajahnya pucat. "Pah, kamu baik-baik saja?"Tuan Domani menatap Da Suan, masih terkejut. "Dia... dia yang menyelamatkan kita."Sosok itu menghilang ke dalam hutan, meninggalkan keheningan dan mayat berceceran.Keluarga besar turun dari mobil, terkejut melihat pemandangan mengerikan.Kakek Zi Dai mendekati Tuan Domani. "Domani, apakah kamu yang menghabisi mereka?"Tuan Domani menggelengkan kepala, masih mencari sosok misterius. "Bukan, Kakek. Dia... dia yang melakukannya."Semua mata terfokus pada hutan, mencari bayangan penyelamat misterius. Tuan Domani bersemangat, "Dia ada di sini! Seorang wanita misterius dengan rambut bergelombang dan masker hitam. Dia sangat lihai dan menyelamatkan kita dari maut!"Zaiyyen matanya terbuka lebar, penasaran. "Siapa dia? Mengapa dia membantu kita tanpa s
Pria sipit gemetar, mengangkat tangan ke atas kepala, ketika pistol Gateram Gaiyyun Bai menempel di dadanya. "Gaiyyun Bai, dengarkan aku!" katanya, berusaha menenangkan.Gaiyyun Bai menatapnya dengan mata dingin. "Aku datang jauh-jauh dari Asia ke Amerika untuk misi sebuah yang tidak jelas seperti ini. Apakah kamu tidak tahu organisasi kami adalah pembela kebenaran?"Suara Gaiyyun Bai dipenuhi kemarahan. "Siapa pun yang meminta bantuan kami harus tahu tujuan kami. Tapi kamu, berani bermain api dengan kami!"Pria sipit bergetar, melihat mata Gaiyyun Bai yang tajam. "Maaf... Maafkan aku. Aku terdesak, tidak tahu harus meminta bantuan siapa. Tidak ada yang berani menyusup ke sarang Keluarga 7 Naga. Hanya kamu yang mau membantu. Aku tak punya pilihan lain."Gaiyyun Bai menarik pistolnya, mata tajam memandang pria sipit. "Sekarang sudah jelas. Aku tidak bisa membantumu, karena giok itu milik Kakek Zaiyyen. Jika kamu ingin, minta secara hormat. Aku akan kembali ke Asia sekarang juga jika ka
Da Suan menatap punggung wanita misterius itu dengan rasa penasaran. "Siapa kamu?" tanyanya dengan nada keras.Gaiyyun Bai meremas piyamanya, menahan gugup. "Aku... tamu Zaiyyen," jawabnya berusaha menyamarkan suaranya.Da Suan menghela nafas lega, namun matanya tetap curiga. "Lagi-lagi Zaiyyen membawa perempuan asing ke rumah," gumamnya pada dirinya sendiri.Gaiyyun Bai mencoba melarikan diri, menutupi wajahnya dengan rambut panjang. "Maaf, tuan. Saya ingin kembali ke kamar."Da Suan melangkah mendekat, suaranya penuh peringatan. "Malam-malam begini, kamu dari mana? Jangan berbohong!"Gaiyyun Bai terhenti, degup jantungnya mempercepat. "Aku... mencari kamar Zaiyyen."Da Suan menatapnya dengan tajam. "Hai, dengarkan! Zaiyyen pemain wanita. Jangan terlalu percaya pada gombalannya. Dia tidak akan bertanggung jawab atasmu setelah mendapatkan apa yang dia inginkan!"Gaiyyun Bai menahan nafasnya, "Baik, Tuan. Terima kasih atas sarannya. Saya benar-benar hanya teman Zaiyyen, bukan wanita pa
Gaiyyun Bai tersenyum dingin. Sebagai mafia terbesar di Asia, dia tahu banyak rahasia orang-orang penting. "Mudah bagiku untuk mengetahuinya, tapi sebelum merebut giok itu kembali, aku ingin tahu silsilahnya. Aku tidak ingin merebut barang tak jelas asal-usulnya," tegasnya.Pria mata sipit itu menunjukkan foto giok milik keluarganya yang turun-temurun, dari buyut hingga orang tua. "Ini bukti giok ini milik kami."Gaiyyun Bai memperhatikan foto tersebut. "Baiklah, aku terima misi ini!"Si mata sipit memperingatkan, "Gaiyyun, ingat, mereka bukan orang biasa. Mereka adalah keluarga 7 Naga."Gaiyyun Bai terdiam. Meskipun dia mengenal banyak rahasia, pengetahuannya tentang 7 Naga Asia masih minim. Desas-desus tentang 7 Naga masih misterius."Aku akan berhati-hati," janji Gaiyyun Bai...........Mobil sport hitam mewah yang dikemudikan Gaiyyun Bai berhenti di depan pintu masuk pesta kalangan atas. Ia turun dengan anggun, mengenakan gaun merah yang mempesona dan menonjolkan keindahan tubuhny