Share

Bab 971

Penulis: Hazel
Target pertama Tirta tidak lain adalah Susanti. Ini karena Susanti yang selalu menunjukkan kekesalannya setiap kali Tirta bertemu Agatha.

Di situasi seperti ini, Susanti tentu melawan sekuat tenaga. Namun, tidak peduli bagaimana dia melawan, dia tentu bukan tandingan Tirta.

Setelah diberi pelajaran oleh Tirta selama belasan menit, Susanti akhirnya menangis sambil memohon ampun.

Kemudian, Tirta segera menyerang Agatha. Hanya dalam belasan menit, Agatha juga menyerah. Bagaimanapun, Tirta tidak menahan tenaganya sedikit pun. Tujuannya memang supaya kedua wanita ini tidak bertengkar setiap kali bertemu.

"Sekarang sudah ingat ucapanku tadi? Lain kali ketemu Kak Agatha masih berani berdebat?" tanya Tirta yang memandang Susanti dari atas dengan penuh wibawa.

"Ya, aku nggak akan berani lagi. Maafkan aku .... Kelak Agatha adalah sahabatku. Jangan serang aku lagi ...," pinta Susanti sambil meringkuk di tepi ranjang dengan tubuh bergetar.

"Huh! Bagus kalau sudah tahu kesalahanmu! Kak Agatha, gima
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 972

    Ayu mengantar Arum dan Yanti ke luar klinik. Saat ini, hanya tersisa Ayu, Melati, dan Nia di klinik. Jadi, Nia pun punya tempat untuk tidur."Arum, kulihat kamu agak murung. Apa ada masalah?" tanya Yanti dengan curiga."Nggak kok, aku cuma capek siang tadi. Nggak ada masalah," sahut Arum yang menghela napas.Awalnya, Arum hanya ingin mencoba dengan Tirta. Dia tidak berniat untuk merebut Tirta atau bersaing dengan Ayu dan lainnya.Namun, setelah mereka benar-benar bersama, Ayu malah tidak bisa menahan kecemburuannya melihat Tirta bersama wanita lain."Masa? Aku rasa kamu agak aneh hari ini. Aku pikir kamu ditindas orang. Baguslah kalau nggak ada. Kalau ada yang berani menindasmu, bilang saja padaku. Aku suruh Zoro dan Kuro gigit mereka!" ucapYanti sambil menepuk dadanya. Namun, dia tidak begitu percaya pada ucapan Arum."Terima kasih, Bu Yanti. Oh ya, kamu datang malam-malam untuk cari Tirta karena masalah perban di dada?" Arum langsung mengalihkan topik."Kamu tahu Tirta yang membalut

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 973

    "Bu Yanti, jangan ...." Arum ingin menghentikan, tetapi sudah terlambat. Dia hanya bisa mengikuti Yanti masuk ke vila."Tirta ini kaya sekali ya. Dia bukan cuma mengontrak seluruh lahan di desa untuk menanam bibit pohon buah, tapi juga membangun vila semegah ini.""Dekorasi di dalamnya mewah banget, bahkan rumahku ... ehem, bahkan rumah di kota pun kalah," ucap Yanti yang mengelilingi vila sambil mengagumi isinya."Bu Yanti, sepertinya sudah cukup, 'kan? Aku agak ngantuk, ayo kita pulang." Arum terpaksa menemani Yanti mengelilingi lantai pertama. Dia menarik ujung baju Yanti dengan erat.Untungnya, di lantai pertama tidak terdengar suara aneh. Kalau tidak, Arum benar-benar bingung harus bagaimana menjelaskan kepada Yanti."Arum, ini pertama kalinya aku datang ke sini. Kasih aku keliling sebentar. Kita belum lihat lantai dua dan tiga. Setelah itu, kita langsung pulang." Yanti tampak sangat bersemangat dan sama sekali tidak terlihat ingin pulang."Lagi pula, aku lihat lampu di lantai tig

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1

    "Tirta! Dasar cabul! Kamu mengintipku mandi! Benar-benar nggak tahu malu!"Cuaca di bulan Juli sangat panas. Tirta Hadiraja yang mendaki gunung untuk memetik bahan obat kepanasan sehingga langsung melepaskan pakaiannya dan menyelam di sungai. Begitu muncul ke permukaan, dia malah melihat pemandangan indah di depannya!Nabila Frenaldi, putri kepala desa, tampak memaki Tirta seraya menunjuknya. Dia baru berusia 18 tahun. Melalui air sungai yang bergoyang, samar-samar terlihat sepasang buah dada yang memikat dan ....Tirta yang tidak pernah melihat pemandangan seperti ini sontak terperangah di tempatnya!"Berengsek! Kalau kamu masih menatapku, akan kucungkil bola mata!" maki Nabila dengan wajah memerah sambil menutupi bagian tubuhnya yang penting.Nabila juga kepanasan. Kebetulan, sekarang liburan musim panas. Dia merasa bosan sehingga diam-diam keluar untuk berendam. Tanpa diduga, dia malah diintip oleh Tirta!"A ... aku nggak mengintipmu. Aku juga datang untuk berendam. Apa aku perlu be

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 2

    "Tirta, ada apa denganmu?" tanya Ayu dengan bingung. Dia tidak tahu apa yang membuat Tirta begitu gembira."Oh, bukan apa-apa, Bibi. Ayo, kita pulang dulu," balas Tirta sambil menahan kegembiraannya dan memapah Ayu. Dia akan mencari kesempatan untuk menguji kejantanannya nanti!Ayu mengangguk, lalu berpesan dengan sungguh-sungguh, "Lain kali, kamu harus lebih berhati-hati kalau keluar memetik bahan obat. Kalau nggak ada Nabila, kita mungkin sudah nggak bisa bertemu. Cari waktu ke supermarket besok. Kita beli barang, lalu bertamu ke rumah Nabila untuk berterima kasih. Aku akan menemanimu.""Aku sudah tahu, Bi. Tenang saja." Kemudian, Tirta membatin, 'Kalau bukan karena Nabila, aku juga nggak mungkin berniat bunuh diri.'Lantaran masih merasa enggan, Tirta menggaruk kepala sambil mengeluh dengan kesal, "Bibi, aku boleh nggak pergi nggak? Wanita itu terlalu sombong.""Jangan bicara omong kosong! Dia yang menolongmu lho! Kamu seharusnya bersikap lebih ramah! Pokoknya, besok kamu harus ikut

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 3

    Melati baru berusia 27 atau 28 tahun sehingga tubuhnya masih seksi seperti wanita muda lainnya. Sentuhan hangat dari tubuhnya seketika membuat Tirta merasa makin panas."Kak Melati, jangan bercanda. Gi ... gimana aku bisa membantumu? Kalau mertuamu tahu, aku bisa dihajar sampai setengah mati!" Tirta tidak pernah mengalami hal seperti ini sehingga menggeleng dengan kuat."Tirta, tenang saja. Aku nggak bakal memberi tahu siapa pun tentang ini. Cuma sekali ini. Kalau kamu menolak, aku akan memberi tahu Kak Ayu semuanya," ancam Melati lagi saat melihat Tirta masih belum bisa diajak berkompromi."Jangan ... aku akan memberikannya kepadamu." Tirta yang kebingungan akhirnya mulai melepaskan celananya.Melati tentu senang melihatnya, tetapi dia tetap menghentikan. "Jangan buru-buru, ini pertama kali untukku. Kemaluanmu besar sekali. Aku pasti kesakitan kalau dimasukkan begitu saja. Nanti Kak Ayu mendengar suaraku.""Begini saja, mertuaku lagi pergi 2 hari ini. Malam ini, kamu datang ke rumahku

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 4

    "A ... apa-apaan itu? Cepat singkirkan ...." Mata Nabila tiba-tiba berkaca-kaca. Di luar dugaannya, Tirta sudah sembuh. Nabila tentu panik."Kenapa kamu nggak bertingkah sombong lagi? Coba saja kamu mengejekku lagi. Cepat lepaskan rokmu. Kita lihat, aku bisa menidurimu atau nggak." Tirta menyeringai, mencoba untuk memasang ekspresi garang.Tirta tidak berniat untuk menodai Nabila. Dia sudah merasa puas jika wanita ini ketakutan sampai menangis. Tubuh Nabila benar-benar wangi, apalagi Tirta sedang memeluknya, rasanya benar-benar nyaman. Ketika melihat Nabila menangis, Tirta justru merasa senang."Aku ... huhu .... Tirta, kamu memang berengsek. Cepat lepaskan. Kalau kamu berani menyentuhku, aku akan ...." Nabila hendak mengancam."Kamu bisa apa?" tanya Tirta seperti orang yang sedang mengancam. Sesudah itu, dia mengangkat tangan dan menepuk bokong Nabila.Plak! Suara yang sungguh nyaring. Nabila pun menangis sesenggukan sembari memukul dada Tirta. "Huhuhuhu ... aku sudah kotor ... aku ng

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 5

    Namun, Tirta segera menggeleng dan tersenyum mengejek diri sendiri. Nabila baru saja berkata, jangan mencarinya kalau tidak ada urusan penting. Wanita ini hanya membantunya karena merasa kasihan, bukan karena menyukainya.Malam hari, Melati masih menunggu Tirta, tetapi Tirta sudah kehilangan minatnya. Prioritas utama untuk sekarang adalah mendapatkan sertifikat medis dan mempertahankan kliniknya.Masalahnya, banyak tulisan yang tidak Tirta pahami di buku medis. Meskipun Nabila membantunya membujuk Agus, apakah Tirta bisa mendapatkan sertifikat medis dengan ilmunya itu?Tirta yang merasa gusar akhirnya kembali ke klinik. Ayu yang mendengar suara pun berjalan ke luar dan bertanya, "Tirta, kamu sudah kembali?""Ya, Bi. Ayo, kita pulang untuk makan," sahut Tirta.Tiba-tiba, seorang pria paruh baya berjanggut dan bergigi kuning menghampiri Tirta dan berucap, "Tirta, jangan buru-buru. Aku ingin mengobrol denganmu."Pria ini bernama Raden, dia sangat terkenal di Desa Persik. Lima tahun lalu,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 6

    "Nggak, aku nggak melihatnya ...." Tirta buru-buru mengklarifikasi bahwa dirinya tidak melakukan apa pun."Cih! Tirta, kamu nggak pernah melihat wanita, ya? Kenapa otakmu penuh dengan hal-hal kotor sih? Memalukan sekali!" hardik Nabila."Aku ... aku nggak memikirkan apa pun kok!" bantah Tirta."Hantu pun nggak percaya!" bentak Nabila sambil memelotot dengan waspada.Tirta merasa getir. Dia baru teringat bahwa dirinya menjadi begitu sensitif dengan wanita sejak memakan ular putih itu. Dengan situasi seperti ini, mana mungkin Nabila bersedia mengajarinya lagi! Dilihat dari penampilan Nabila, wanita ini jelas-jelas ingin kabur."Nabila datang, ya? Kenapa aku mendengar suaranya?" Ketika Tirta sibuk memikirkan cara untuk menahan Nabila, tiba-tiba terlihat Ayu berjalan ke luar dengan meraba-raba karena matanya buta."Oh, ya, Bi. Dia datang untuk mengajariku. Aku ingin berterima kasih padanya," sahut Tirta sembari menoleh. Berhubung ada yang lebih senior di sini, Tirta buru-buru menyatakan tu

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 973

    "Bu Yanti, jangan ...." Arum ingin menghentikan, tetapi sudah terlambat. Dia hanya bisa mengikuti Yanti masuk ke vila."Tirta ini kaya sekali ya. Dia bukan cuma mengontrak seluruh lahan di desa untuk menanam bibit pohon buah, tapi juga membangun vila semegah ini.""Dekorasi di dalamnya mewah banget, bahkan rumahku ... ehem, bahkan rumah di kota pun kalah," ucap Yanti yang mengelilingi vila sambil mengagumi isinya."Bu Yanti, sepertinya sudah cukup, 'kan? Aku agak ngantuk, ayo kita pulang." Arum terpaksa menemani Yanti mengelilingi lantai pertama. Dia menarik ujung baju Yanti dengan erat.Untungnya, di lantai pertama tidak terdengar suara aneh. Kalau tidak, Arum benar-benar bingung harus bagaimana menjelaskan kepada Yanti."Arum, ini pertama kalinya aku datang ke sini. Kasih aku keliling sebentar. Kita belum lihat lantai dua dan tiga. Setelah itu, kita langsung pulang." Yanti tampak sangat bersemangat dan sama sekali tidak terlihat ingin pulang."Lagi pula, aku lihat lampu di lantai tig

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 972

    Ayu mengantar Arum dan Yanti ke luar klinik. Saat ini, hanya tersisa Ayu, Melati, dan Nia di klinik. Jadi, Nia pun punya tempat untuk tidur."Arum, kulihat kamu agak murung. Apa ada masalah?" tanya Yanti dengan curiga."Nggak kok, aku cuma capek siang tadi. Nggak ada masalah," sahut Arum yang menghela napas.Awalnya, Arum hanya ingin mencoba dengan Tirta. Dia tidak berniat untuk merebut Tirta atau bersaing dengan Ayu dan lainnya.Namun, setelah mereka benar-benar bersama, Ayu malah tidak bisa menahan kecemburuannya melihat Tirta bersama wanita lain."Masa? Aku rasa kamu agak aneh hari ini. Aku pikir kamu ditindas orang. Baguslah kalau nggak ada. Kalau ada yang berani menindasmu, bilang saja padaku. Aku suruh Zoro dan Kuro gigit mereka!" ucapYanti sambil menepuk dadanya. Namun, dia tidak begitu percaya pada ucapan Arum."Terima kasih, Bu Yanti. Oh ya, kamu datang malam-malam untuk cari Tirta karena masalah perban di dada?" Arum langsung mengalihkan topik."Kamu tahu Tirta yang membalut

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 971

    Target pertama Tirta tidak lain adalah Susanti. Ini karena Susanti yang selalu menunjukkan kekesalannya setiap kali Tirta bertemu Agatha.Di situasi seperti ini, Susanti tentu melawan sekuat tenaga. Namun, tidak peduli bagaimana dia melawan, dia tentu bukan tandingan Tirta.Setelah diberi pelajaran oleh Tirta selama belasan menit, Susanti akhirnya menangis sambil memohon ampun.Kemudian, Tirta segera menyerang Agatha. Hanya dalam belasan menit, Agatha juga menyerah. Bagaimanapun, Tirta tidak menahan tenaganya sedikit pun. Tujuannya memang supaya kedua wanita ini tidak bertengkar setiap kali bertemu."Sekarang sudah ingat ucapanku tadi? Lain kali ketemu Kak Agatha masih berani berdebat?" tanya Tirta yang memandang Susanti dari atas dengan penuh wibawa."Ya, aku nggak akan berani lagi. Maafkan aku .... Kelak Agatha adalah sahabatku. Jangan serang aku lagi ...," pinta Susanti sambil meringkuk di tepi ranjang dengan tubuh bergetar."Huh! Bagus kalau sudah tahu kesalahanmu! Kak Agatha, gima

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 970

    "Ini nggak ada apa-apanya. Tirta punya banyak kekasih," sindir Susanti."Aku ... ini nggak ada hubungannya denganku. Aku pergi ke dapur untuk lihat masakannya," timpal Nia. Dia takut terlibat permasalahan ini, jadi dia segera mencari alasan untuk keluar dari klinik.Sekarang hanya tersisa Tirta, Agatha, dan Susanti di klinik. Suasananya menjadi canggung. Tirta angkat bicara, "Itu ...."Sebelum Tirta menyelesaikan ucapannya, Agatha dan Susanti membentak secara bersamaan."Diam! Ini bukan urusanmu!""Cepat keluar! Aku pusing lihat kamu!""Oh, oke. Aku keluar sebentar," ucap Tirta. Dia mendesah, lalu keluar dari klinik. Sebelum Tirta berjalan sampai ke pintu, Agatha dan Susanti membentak secara bersamaan lagi."Tirta, tunggu dulu! Kenapa kamu menuruti kemauannya? Kenapa kamu begitu patuh?""Cepat kembali! Kamu nggak boleh pergi ke mana pun!"Kemudian, Agatha dan Susanti saling membentak lagi."Kenapa kamu ikut-ikutan aku bicara?""Berhenti!"Melihat perdebatannya makin sengit, Tirta langs

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 969

    Tirta tertawa, lalu berkata, "Tenang saja, Kak Nia. Ke depannya kamu juga akan menjadi orang kaya."Agatha mengepalkan tangannya dan menyemangati, "Benar, Kak Nia. Kamu harus berjuang bersama Tirta untuk mengembangkan kebun buah. Ke depannya kamu akan jadi idolaku!"Nia menimpali dengan wajah memerah, "Terima kasih, Tirta dan Agatha. Aku benar-benar beruntung bisa bertemu kalian. Biarpun ke depannya aku menjadi kaya, aku juga nggak akan melupakan kebaikan kalian."Selain berterima kasih kepada Tirta, Nia juga mengagumi dan menghormatinya. Perasaan minder Nia juga langsung sirna.Tiba-tiba, terdengar suara yang familier dari luar. "Tirta, kenapa Bu Agatha belum pulang? Apa yang kalian bicarakan?"Ternyata, hari ini Susanti menyelesaikan pekerjaannya lebih awal dan segera kembali ke klinik. Saat pagi, Susanti masih bersikap sungkan pada Agatha karena dia harus menyelesaikan kasus.Namun, sekarang Susanti hanya kekasih Tirta. Tentu saja dia merasa tidak senang ketika melihat Agatha.Agath

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 968

    Tirta menyahut seraya mengangguk, "Boleh. Lebih bagus kalau bisa diganti jadi bibit bahan obat. Kak Agatha, kamu sekalian bantu aku beli bahan obat lain lagi ...."Tirta memberi tahu Agatha bahan yang dibutuhkan untuk membuat penawar labirin obat. Agatha berpikir sejenak, lalu menanggapi, "Semua bahan obat ini ada di gudang perusahaanku. Nanti aku suruh bawahanku siapkan semua bahan obat itu. Besok pagi, aku suruh orang antar kemari."Agatha menambahkan, "Selain itu, aku lihat belakangan ini kamu butuh uang tunai. Aku suruh bawahan tarik dana 20 miliar dari rekening perusahaan untukmu."Tirta yang ragu membalas, "Kak Agatha, aku punya uang. Sebaiknya kamu jangan pakai dana perusahaan."Agatha menyanggah, "Dana perusahaan juga uangmu. Kalau bukan karena kamu, mana mungkin perusahaan bisa menghasilkan begitu banyak uang? Kamu pakai saja, nggak ada yang menentang."Mendengar ucapan Agatha, Tirta juga tidak menolak lagi. Nia yang penasaran bertanya, "Agatha, perusahaan kalian bergelut dala

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 967

    "Ucapanmu nggak bisa dipercaya!" komentar Agatha. Kemudian, dia memandang Ayu sembari memohon, "Bibi Ayu, aku nggak bisa mengawasi Tirta setiap hari. Selama aku nggak bersamanya, tolong awasi Tirta. Takutnya dia mendekati wanita lain tanpa sepengetahuanku."Ayu mengangguk dan menyahut, "Tenang saja, Agatha. Aku pasti akan mengawasi Tirta."Melati menimpali, "Agatha, aku juga akan bantu kamu awasi Tirta. Selama ada kami berdua, Tirta nggak akan berani menyentuh wanita lain."Ayu dan Melati juga merupakan kekasih Tirta. Tentu saja mereka akan mengawasi Tirta. Bisa dibilang, itu memang tugas mereka.Agatha membalas dengan ekspresi gembira, "Terima kasih, Bibi Ayu dan Kak Melati. Nanti aku akan bawakan alat rias dan baju waktu kembali dari kota."Tirta merasa tidak berdaya. Dia berujar, "Kalian mengobrol saja. Aku mau buat peta labirin obat."Kemudian, Tirta mencari kertas, pensil, dan buku kuno pengobatan. Dia mengikuti catatan buku kuno untuk menggambar labirin obat berdasarkan kondisi D

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 966

    Sebagian bawahan Farida segera membantu setelah tahu Tirta akan menurunkan bibit pohon buah. Namun, jumlah bibit yang diantar kali ini terlalu banyak. Ditambah dengan belasan sopir truk dan Tirta, semua bibit baru selesai dibereskan dalam waktu hampir 2 jam.Kemudian, Tirta menanyakan nomor rekening sopir truk. Dia hendak meminta bantuan Agatha untuk mentransfer bayaran kepada sopir truk. Masalahnya, para sopir truk tidak bersedia menerima uang Tirta.Tirta terpaksa membatalkan niatnya. Nanti dia baru memberikan uangnya kepada bos penjual bibit. Dengan begitu, bos penjual bibit yang akan menyerahkan uang tersebut kepada para sopir truk.Setelah sopir truk pergi, Tirta berterima kasih kepada bawahan Farida. Para bawahan Farida berkomentar."Tirta, justru kami yang harus berterima kasih padamu.""Kak Farida sudah beri tahu kami bahwa kamu mau beri kami gaji sejuta per hari untuk mengurus kebun buah.""Kami nggak menyangka bisa mendapatkan kerjaan sebagus ini!""Ke depannya kamu panggil k

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 965

    Sopir itu memprotes, "Apa? Kita harus melanjutkan perjalanan lagi dan membantumu merendam bibit di sungai? Kami cuma sopir yang mengantar barang, bukan pembantumu! Kamu kerjakan saja sendiri!"Sopir menambahkan, "Lagi pula, kami sudah dibayar! Kami nggak mau bantu kamu!"Kemudian, sopir itu memberi tahu rekannya tentang permintaan Tirta. Mereka memang gusar karena tadi truk terjerembap. Tentu saja, sekarang mereka tidak ingin memenuhi permintaan Tirta. Bahkan, ada yang menganggap Tirta tidak mempunyai hati nurani.Tirta yang merasa tidak berdaya menjelaskan, "Aku juga nggak bilang kalian nggak dibayar. Kenapa kalian memarahiku?"Sopir truk mengomel, "Biarpun dibayar, kami juga nggak mau! Kami sudah lelah, kami nggak mau kerja lagi! Jangan sok hebat mentang-mentang kamu punya banyak uang!"Ayu dan lainnya mengernyit begitu mendengar ucapan sopir truk. Sebelum mereka angkat bicara, beberapa sopir yang sebelumnya meremehkan Tirta turun dari truk.Salah satu dari mereka berseru, "Yuda, cuk

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status