Share

Bab 976

Penulis: Hazel
Tirta menggendong Agatha dan membawanya kembali ke klinik. Saat ini, Arum sudah kembali dari rumah Yanti dan sedang menyiapkan sarapan.

"Tirta, Agatha, kalian pulang tepat waktu. Cepat cuci tangan, kita makan bersama." Arum membawa sarapan dari dapur dan tersenyum kepada mereka berdua.

"Agatha nggak enak badan, biarkan dia istirahat sebentar. Kita makan dulu. Omong-omong, Bibi Ayu dan Kak Nia di mana?" tanya Tirta setelah melihat ke dalam klinik.

"Mereka pergi ke waduk untuk memeriksa bibit pohon buah, mungkin sebentar lagi kembali. Atau kalau kamu mau, aku bisa panggil Bibi Ayu pulang?" sahut Arum.

"Oh, nggak perlu. Kita tunggu sebentar sampai mereka kembali," ujar Tirta sambil mengangguk.

Saat berikutnya, terdengar suara mesin mobil dari luar klinik. Itu adalah beberapa pemegang saham dari Farmasi Santika. Sesuai dengan instruksi Agatha, mereka mengantarkan uang 20 miliar serta bibit tanaman obat yang dibutuhkan Tirta.

Tirta meminta orang untuk menurunkan bibit tanaman obat di depan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 977

    Mendengar suara ceria itu, Tirta langsung bisa menebak siapa wanita itu. Mereka sudah lama tidak bertemu. Sebenarnya Tirta juga merindukan Bella. Namun, ucapan Bella membuatnya merasa agak cemas."Bu Bella, aku agak sibuk belakangan ini. Aku baru mengontrak 2000 hektar tanah di desa untuk menanam pohon buah dan tanaman obat.""Apa kamu bisa tunggu sampai kerjaanku selesai? Setelah itu, aku dan bibiku akan pergi ke ibu kota provinsi." sahut Tirta."Pohon buah dan tanaman obat? Tirta, bukannya ayahku kasih kamu cek senilai 40 triliun waktu itu? Kamu nggak perlu repot-repot bekerja lagi, 'kan?""Lagi pula, dengan kemampuanmu, kamu bisa melakukan sesuatu yang lebih baik daripada menanam pohon buah dan tanaman obat.""Kita sudah lama nggak ketemu. Kamu bahkan nggak pernah meneleponku. Jangan-jangan ini cuma alasanmu untuk menghindar dariku?" tanya Bella dengan agak kesal."Bu Bella, mana mungkin aku nggak mau bertemu denganmu. Aku memimpikanmu setiap malam. Aku ganti ponsel setelah pulang,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 978

    Ayu tentu tidak berharap Tirta pergi. Namun, Tirta telah berhubungan intim dengan Bella. Dia tidak mungkin menyuruh Tirta mencampakkan Bella begitu saja."Besok saja. Aku akan membantu kalian mengurus bibit pohon buah dan tanaman obat hari ini. Tenang saja, kita nggak akan lama-lama di sana. Kita akan pulang secepatnya," sahut Tirta setelah merenung sejenak."Tirta, gimana aku harus menasihatimu? Sebenarnya kamu butuh berapa banyak wanita baru bisa puas?" Ayu menghela napas dengan tidak berdaya."Bibi, aku ... aku janji nggak akan sembarangan mendekati wanita lagi. Jangan marah ya. Sekalipun ada banyak wanita di sekitarku, aku paling peduli padamu," sahut Tirta sambil menepuk tangan Ayu yang lembut."Ya sudah, bukannya kamu mau mencari Kak Farida? Pergi sana. Setelah selesai, aku temani kamu beli bahan makanan." Ayu mengelus kepala Tirta dengan lembut."Bibi, bukannya kamu bilang akan tunggu sampai Agatha dan Susanti pergi?" tanya Tirta dengan kaget."Dasar kamu ini, isi otakmu cuma it

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 979

    "Oke, aku cicipi. Rasanya memang enak," ucap Tirta. Tentu saja dia menghargai pemberian Farida.Farida mengambil kotak makanan berwarna merah muda dengan ekspresi senang, lalu menimpali, "Baguslah kalau kamu suka. Setelah kamu kembali dari ibu kota provinsi, aku bawakan makanan untukmu setiap hari.""Mungkin agak panas. Aku bantu kamu tiup dulu. Nanti kamu baru makan setelah agak dingin," lanjut Farida.Awalnya Farida ingin langsung memberikan kotak makanannya kepada Tirta. Namun, dia melihat makanannya masih panas begitu membuka kotaknya. Jadi, dia meniup makanannya terlebih dahulu.Tirta berkomentar, "Bau mulut Kak Farida wangi sekali.""Jangan bicara sembarangan. Ini aroma makanan," balas Farida dengan wajah memerah. Kemudian, dia memberikan kotak makanan kepada Tirta dan menambahkan, "Sekarang nggak panas lagi. Cepat makan."Tirta mengambil kotak makanan, lalu makan dengan lahap sambil berujar, "Terima kasih, Kak Farida. Apa kamu nggak makan?"Melihat Tirta makan dengan lahap, Fari

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 980

    Ayu membalas, "Oke. Melati dan Arum juga mau ikut. Kita bawa Nia. Kita pergi berlima."Tirta menimpali dengan ekspresi terkejut, "Ha? Bibi, kita cuma beli sayur. Untuk apa semuanya pergi? Kalau kita semua pergi, Kak Agatha istirahat sendirian di klinik."Tirta menambahkan, "Selain itu, ada banyak uang tunai di klinik. Nggak aman kalau nggak ada yang menjaga klinik."Tirta berniat memanfaatkan kesempatan ini untuk bermesraan dengan Ayu. Kemudian, Ayu menanggapi, "Benar juga. Kalau begitu, kamu bawa Arum beli sayur saja. Biar aku dan Melati yang menjaga bibit bahan obat dan Agatha."Mendengar ucapan Ayu, Arum melirik Tirta dengan ekspresi antusias. Tentu saja Tirta memahami maksud Arum. Dia pasti berharap Tirta menyetujuinya."Kak Arum, kamu ikut aku saja," kata Tirta seraya memandang Arum. Dia merasa Ayu seperti menolak untuk berduaan dengannya.Tirta memutuskan untuk menanyakan Ayu alasannya saat dalam perjalanan ke ibu kota provinsi besok.....Dalam perjalanan, Arum yang duduk di kur

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 981

    Tirta berucap, "Iya, aku ingin makan. Kalau di kota ada jual, nanti kita beli sedikit. Tapi, kalau nggak ada, juga nggak apa-apa."Arum tersenyum dan menimpali, "Oke. Nanti aku pasti masak untukmu kalau ada kesempatan. Jadi, kamu bisa cicipi abalone buatanku. Aku berani jamin kamu pasti nggak bisa melupakannya setelah makan."Sekitar setengah jam kemudian, mereka sampai di pasar. Sayangnya, meski ada yang menjual abalone, Tirta datang terlambat. Abalone sudah habis terjual.Tirta pun menemani Arum membeli sayur lain dan minuman beralkohol. Sesudah selesai, mereka langsung kembali ke klinik.Tak lama setelah Tirta dan Arum pulang, bos penjual bibit datang mengantar pupuk. Filda juga ikut datang. Para sopir truk yang datang kemarin mengantar pupuknya. Truk dipenuhi dengan pupuk.Di depan pintu klinik, tidak ada tempat untuk meletakkan pupuk lagi. Tirta terpaksa menyuruh sopir truk mengantar pupuk ke tanah yang dikontraknya.Kemudian, Tirta membantu sopir truk menurunkan pupuk. Mereka sib

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 982

    Farida langsung menolak, "Tirta, bukannya aku sudah bilang padamu? Total gaji pekerja ditambah biaya material itu 3,4 miliar. Aku nggak mau terima uang sebanyak ini."Tirta menjelaskan dengan ekspresi serius, "Kak Farida, uang ini memang kebanyakan, tapi anggap saja ini niat baikku. Kalian sudah bekerja keras membantuku merenovasi vila. Ke depannya pekerjaan mengurus kebun bunga juga cukup melelahkan."Tirta meneruskan, "Kak Farida, kamu terima saja uang ini dan bagikan kepada para pekerja. Anggap saja aku bayar gaji mereka terlebih dulu. Selain itu, nanti gaji Kak Farida dihitung secara terpisah."Tirta menambahkan, "Jangan tolak aku. Kalau nggak, Kak Farida bawa bawahanmu kerja di tempat lain saja.""Tirta, kamu .... Ya, sudah. Aku terima uangnya. Aku benar-benar takut padamu," timpal Farida. Kemudian, dia membagikan uang kepada para pekerja.Semua pekerja tidak pandai menyanjung Tirta, tetapi mereka sudah memutuskan untuk mengurus kebun buah Tirta dengan baik. Setelah beristirahat s

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 983

    Saat mereka sampai di vila, Arum dan lainnya sedang sibuk di dapur. Sementara itu, tubuh Tirta kotor setelah mengurus pupuk.Setelah menyapa Arum dan lainnya, Tirta mencari baju bersih dan mandi. Farida juga membantu Tirta mengurus pupuk. Melihat Tirta hendak mandi, Farida juga ingin membersihkan tubuhnya.Hanya saja, Farida tidak membawa baju ganti. Dia juga merasa malu untuk meminjam baju.Ayu bisa menebak pemikiran Farida. Dia berucap seraya tersenyum, "Kak Farida, kalau kamu nggak keberatan, pakai bajuku dulu. Bajuku sudah dicuci bersih. Postur tubuh kita hampir sama, seharusnya kamu bisa pakai bajuku."Ayu melanjutkan, "Untuk ... pakaian dalam, sebelumnya Tirta membeli banyak pakaian dalam baru. Nanti aku ambilkan untukmu."Farida langsung membalas dengan ekspresi antusias, "Baguslah kalau begitu! Terima kasih, Ayu! Nanti aku belikan beberapa baju baru untukmu kalau ada waktu."Orang yang menyukai kebersihan seperti Farida pasti tidak tahan jika tidak bisa membersihkan tubuhnya ya

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 984

    Ayu dan lainnya memuji secara bergantian."Kak Farida, ternyata kamu begitu cantik.""Kamu sangat menawan.""Sepertinya bergelut di bidang konstruksi kurang cocok untukmu. Dengan kecantikanmu, seharusnya kamu jadi artis. Kamu pasti bisa terkenal!"Farida tersenyum dan menanggapi, "Kalian jangan bercanda. Aku nggak mau jadi artis. Aku sudah cukup puas bisa menemani kalian mengurus kebun buah bersama."Saat bicara, Farida melirik Tirta sekilas. Begitu bertatapan dengan Tirta, Farida langsung mengalihkan pandangannya.Ayu berdiri, lalu berujar, "Benar juga. Ayo, kita makan bersama. Nanti sayurnya dingin."Untung saja, ruang makan di vila cukup besar. Desain meja makan juga sangat mewah. Tirta dan lainnya tidak merasa sempit.Arum menyiapkan semua makanan lezat di meja sepanjang sore. Tirta adalah satu-satunya pria yang duduk di depan meja makan. Enam wanita lainnya juga sangat cantik.Jika semua wanita itu dibandingkan, Nia yang terlihat paling biasa. Namun, sebenarnya penampilannya cukup

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1033

    "Eh? Pak Darwan, aku ... aku juga harus naik?" Ayu gugup hingga menggenggam erat jarinya. Dia secara refleks menoleh ke arah Tirta berada."Tirta adalah anak yatim piatu, sementara kamu telah merawatnya dengan susah payah hingga dia tumbuh dewasa. Siapa lagi yang pantas duduk di kursi itu kalau bukan kamu? Ayo, silakan naik."Darwan menyadari Ayu tampak sangat gugup. Dia mencoba berbicara dengan nada lembut untuk menenangkannya."Bibi, naik saja," ucap Tirta yang berada di atas panggung sambil menatap Ayu dengan penuh perhatian."Jangan gugup, Bibi. Naik dan duduk saja. Gimana bisa kami bertunangan tanpa kehadiranmu sebagai saksi?" Bella tersenyum manis dan turut menyemangati Ayu."Ya sudah, aku akan naik." Meskipun masih merasa gugup, Ayu mengumpulkan keberanian untuk naik ke panggung bersama Darwan. Mereka duduk di kursi yang terbuat dari kayu cendana emas.Saat menyadari detak jantung Ayu yang sangat cepat dan napasnya yang memburu, Tirta berniat memberikan tatapan menenangkan. Namu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1032

    Bella seperti bidadari dari kayangan!"Bu Bella ... apa aku sedang bermimpi? Kita benaran akan tunangan?" Untuk sesaat, Tirta terpana dan menelan ludah, merasa dirinya seperti berada di alam mimpi. Rasanya tidak nyata."Semua orang bilang Bu Bella adalah wanita tercantik di Provinsi Narta. Sekarang, aku percaya itu!""Terlalu sempurna, seperti dewi!""Dengan kecantikan seperti ini, dia pasti mampu memikat para bangsawan di zaman kuno! Bahkan, mereka mungkin akan berperang untuk mendapatkannya!"Para tokoh besar yang hadir serta para pemuda kaya, secara spontan memberikan pujian yang tulus. Bahkan Ayu yang berada di samping Tirta tak kuasa merasa minder.Namun, Ayu segera tersadarkan dan mendorong Tirta sambil berkata, "Tirta, jangan melamun. Ini pesta pertunanganmu dengan Bu Bella! Cepat naik ke panggung, jangan cuma duduk diam!""Oh, oke, oke. Bu Bella, ayo." Tirta akhirnya sadar. Dia bangkit dan menggenggam tangan lembut Bella. Keduanya sama-sama berjalan ke panggung tinggi di tengah

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1031

    Saat ini, Darwan benar-benar bahagia!Ini bukan hanya karena dia bisa menjalin kerja sama jangka panjang dengan para tokoh besar di lingkaran bisnis ibu kota, yang akan membawa keuntungan tak terhitung bagi Keluarga Purnomo, tetapi juga karena koneksi Tirta yang sungguh di luar dugaannya.Mereka baru tidak bertemu selama kurang dari satu bulan, tetapi sudah berkembang sampai sejauh ini. Bahkan, Darwan yang telah bekerja keras selama bertahun-tahun, tidak bisa menandinginya.Apalagi, Tirta masih sangat muda. Prestasi masa depannya pasti sangat gemilang. Sosok yang luar biasa seperti ini akan segera menjadi menantunya, bagaimana mungkin Darwan tidak bahagia?Bahkan saat berbicara tadi, suara Darwan mengandung semangat dan kegembiraan yang belum pernah ada sebelumnya!"Tirta, aku ingin bicara denganmu." Tepat sebelum Darwan berbicara, Ayu yang diam sejak tadi di sudut ruangan tiba-tiba berbicara kepada Tirta yang baru saja kembali di sisinya. Ekspresinya rumit sekaligus lega.Namun, saat

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1030

    "Nggak masalah, Pak Tirta. Kalau mereka nggak mau menyerahkan uang itu, aku akan menangani semuanya dengan baik," jawab Chandra dengan tegas."Um, 40 triliun ....""Pak Tirta, total kekayaan keluarga aku saja cuma sekitar 60 triliun. Kalau kamu minta kami langsung menyerahkan 40 triliun, bukannya itu sama saja dengan membunuh Keluarga Liman?""Pak Tirta, aku mohon tolong beri kelonggaran. Gimana kalau kami cuma kasih 20 triliun sebagai kompensasi?"Mendengar angka 40 triliun, ekspresi Diego dan Sofyan langsung berubah. Mereka jelas merasa sangat keberatan. Apalagi, bagi Wirya dan para pemuda dari keluarga kelas dua lainnya. Satu per satu dari mereka kembali berlutut dan memohon ampun sambil mengetuk kepala mereka ke lantai."Hmph! Tirta minta kalian bayar 40 triliun saja, kalian masih keberatan? Sungguh nggak tahu diri! Apa perlu aku bikin keluarga kalian bangkrut, baru kalian rela bayar uang itu pada Tirta?" Pada saat itu, terdengar suara dingin dari belakang.Simon yang baru selesai

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1029

    Tirta membalas dengan sopan, "Um .... Baiklah, Kak Yahsva. Sebenarnya ini semua cuma kesalahpahaman. Setelah dijelaskan, semuanya beres."Melihat ketulusan Yahsva, Tirta hanya bisa mengangguk setuju. Tak lama, telepon itu kembali diberikan kepada Saba.Saba memberi tahu, "Tirta, aku benar-benar nggak tahu bahwa hari ini adalah pesta pertunanganmu. Waktu yang begitu singkat bikin aku nggak sempat ke ibu kota provinsi. Begini saja, nanti ketika kamu datang ke ibu kota, pastikan untuk membawa tunanganmu juga.""Nantinya, aku akan memberikan kompensasi khusus untuk kalian berdua. Aku harap kalian nggak menyalahkanku karena nggak hadir," ucap Saba dengan nada penuh penyesalan."Kak Saba, aku juga belum sempat memberitahumu soal ini ...." Tirta berbicara beberapa saat lagi dengan Saba sebelum akhirnya menutup telepon dan berjalan menuju aula.Simon mengejar Tirta dengan langkah cepat, lalu berbicara dengan suara pelan di sampingnya, "Kakek Tirta, nanti ketika keluar, aku akan memanggilmu Tir

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1028

    Simon menimpali, "Hubungan senioritas nggak boleh dibolak-balik! Tadi, di luar banyak orang dan suasana nggak mendukung. Jadi, aku merasa nggak enak untuk memanggilmu Kakek. Tolong jangan salahkan aku atas hal ini. Kalau kamu nggak mau memaafkanku, aku nggak akan bangkit!"Meskipun Simon merasa sedikit tertekan dan malu, setelah berpikir dari sudut pandang lain, dia menyadari bahwa sekalipun tidak pernah menyinggung Tirta, berdasarkan senioritas Tirta, dia tetap harus menghormatinya dengan sujud dan memberikan salam.Pikiran ini perlahan meredakan rasa kesalnya. Terlebih lagi, permintaan untuk berlutut dan meminta maaf itu adalah perintah langsung dari kakeknya. Simon tidak berani menolak perintah tersebut.Tirta memberi tahu, "Simon, aku tahu kamu melakukan ini karena menghormati Pak Saba. Sejujurnya, aku nggak punya dendam yang dalam denganmu.""Kalau kamu nggak mempersulitku, aku juga nggak akan mempermasalahkannya. Tapi, tolong perhatikan perilaku pacarmu. Anggap saja urusan ini se

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1027

    "Ayah, ayo kita segera pergi dari sini! Kita nggak mungkin bisa tetap di tempat ini lagi!" Melihat Simon merendahkan diri dan bersikap lunak terhadap Tirta, Camila meninggalkan aula dengan wajah penuh rasa malu.Sementara itu, Wirya, Diego, Sofyan, dan beberapa orang yang sebelumnya paling keras mengejek Tirta, mulai merasakan ketakutan. Mereka coba memanfaatkan keramaian untuk menyelinap keluar melalui kerumunan tanpa menarik perhatian.Hanya saja sebelum mereka sempat melangkah lebih jauh, Joshua yang duduk di kursi utama berdiri dan berbicara dengan nada dingin, "Berhenti di situ. Pak Sofyan, Pak Diego, Pak Wirya, kalian mau pergi ke mana? Apa kalian lupa apa yang sudah aku katakan sebelumnya?"Orang-orang di sekitar mereka segera membuka jalan. Mereka sebisa mungkin menjauh dari ketiga orang itu karena takut terseret dalam masalah. Sofyan, Diego, dan Wirya kini tidak bisa melangkah maju ataupun mundur. Mereka terdiam di tempat, bahkan tubuh mereka kaku seperti patung.Mereka sudah

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1026

    "Pak Simon sudah membungkuk dan minta maaf di depan umum. Itu sudah cukup menghargaimu! Tapi, kamu masih ragu dan enggan pergi ke belakang aula bersamanya!""Kamu kira setelah menjadi saudara angkat Pak Saba, kamu langsung berubah menjadi seorang bangsawan? Padahal sejak awal, kamu cuma orang kampungan yang nggak punya nilai!"Dari kejauhan, Camila memperhatikan semuanya dengan diam-diam. Ketika melihat Tirta ragu, dia mengepalkan tinjunya sambil bergumam demikian dengan gigi terkatup.Camila memang sengaja tidak henti-hentinya menyebut Tirta sebagai orang kampungan. Tujuannya adalah untuk menonjolkan status pacarnya sebagai cucu seorang veteran, sekaligus merendahkan Bella.Namun kini, pacarnya yang begitu dibanggakannya malah membungkuk dan meminta maaf kepada Tirta di depan banyak orang. Bisa dibayangkan betapa tertekan dan geramnya Camila saat ini. Dalam situasi seperti ini, Camila hanya bisa mengutuk Tirta dalam hatinya tanpa bisa berbuat apa-apa.Di saat Tirta masih ragu apakah d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1025

    Camila tidak pernah melihat Simon mengamuk seperti ini. Mungkin karena ucapan Yahsva, Simon yang marah juga terlihat sedikit ketakutan.Camila yang dipaksa untuk menerima kenyataan berusaha menahan emosinya dan menghibur Simon, "Simon, biarpun dia itu adik angkat Kakek Saba, kamu itu cucu kandung Kakek Yahsva. Kamu nggak usah panik cuma karena masalah sepele seperti ini."Camila melanjutkan, "Paling-paling kita minta maaf kepada ... Tirta untuk menghormati Kakek Saba. Bagaimanapun, Kakek Yahsva nggak akan mempersulitmu demi orang luar."Camila takut ditendang Simon lagi, tetapi sebenarnya dia tetap menganggap Tirta sebagai orang kampungan. Camila tidak akan mengubah pandangannya karena Tirta adalah adik angkat Saba.Simon memelototi Camila sambil membentak, "Dasar tolol! Kalau memang segampang itu, aku nggak mungkin begitu marah! Kamu tahu Kakek menyuruhku minta maaf pada Tirta dengan cara apa?"Simon ingin menampar Camila. Sementara itu, Camila mulai ketakutan. Dia mundur, lalu beruca

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status