"Kamu rasa? Semua ini gara-gara Tirta si berengsek itu! Kalau nggak ada dia, aku nggak bakal jadi begini! Mana kakak sepupumu dan bajingan itu?" tanya Resnu.Ketika melihat Pasha, Resnu baru teringat bahwa mereka pernah bertemu. Dulu, mereka bahkan pernah melakukan threesome.Ekspresi Pasha berubah drastis mendengar Resnu mencari Bella dan Tirta. Tindakannya tidak boleh diketahui siapa pun.Jadi, Pasha menghela napas dan berkata, "Kemarin, Kak Bella dan Tirta pergi ke pedalaman gunung untuk mandi. Sampai sekarang, mereka belum kembali. Aku sudah menyuruh orang mencari, tapi nggak menemukan apa pun.""Berengsek! Maksudmu mereka pergi mandi bersama dan masih belum pulang sampai sekarang? Sialan!" Ekspresi Resnu menjadi ganas. Dia mengira Bella dan Tirta berhubungan intim sampai lupa pulang."Jangan panik. Sepertinya mereka tersesat di gunung. Ada banyak binatang buas di sana. Lebih baik kita mengutus orang mencari. Jangan sampai terjadi sesuatu pada Bu Bella," hibur Kadir. Dia mengira Re
Akting Pasha bisa dibilang sempurna, apalagi dia dan Bella adalah saudara sepupu. Tidak ada yang menduga bahwa hilangnya Bella berkaitan dengan Pasha."Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri. Kamu jadi kurusan karena terus mencari mereka. Istirahat saja dulu. Aku akan mengirim helikopter untuk mencari di seluruh gunung," ujar Kadir. Dia langsung mengeluarkan ponselnya untuk menelepon seseorang.Bagaimanapun, Bella adalah keturunan resmi Keluarga Purnomo. Jika terjadi sesuatu pada Bella di wilayah kekuasaan Kadir, bukankah Kadir akan dimintai pertanggungjawaban nanti?"Ya, cepat kirim helikopter. Kita harus menemukan Bella!" seru Resnu segera."Mohon bantuannya, Pak Kadir. Aku lelah sekali. Aku mau istirahat dulu," ucap Pasha. Dia mengira sandiwaranya akan membuat Resnu dan Kadir menyerah, tetapi ternyata tidak.Kedua pria ini masih bersikeras mencari. Pasha hanya bisa berpura-pura berterima kasih dan kembali ke kamarnya untuk istirahat."Cari saja sesuka hati kalian. Mereka mungkin su
"Aku baru merasa capek setelah kamu bilang mau memijatku. Boleh, boleh." Tirta pun duduk membelakangi Bella.Sebenarnya Tirta tidak lelah. Namun, beberapa hari ini dia merawat Bella dengan susah payah. Dia juga telah menyelamatkan nyawa Bella. Rugi kalau menolak pijatan Bella."Gimana? Pijatanku sudah cukup kuat?" tanya Bella sambil memijat bahu Tirta. Orang-orang pasti terkejut jika melihat Bella bersikap sepatuh ini.Sentuhan lembut ditambah tenaga Bella yang cukup besar, membuat Tirta merasa sangat puas. Dia menyahut, "Hm, nyaman sekali. Aku nggak nyangka nona besar sepertimu pintar memijat.""Ini karena aku sering dipijat pelayanku dulu. Aku pelan-pelan belajar darinya." Bella merasa senang mendengar pujian Tirta."Setelah aku kaya raya nanti, aku akan membelimu supaya kamu bisa memijatku setiap hari." Tirta mulai bicara omong kosong karena keenakan.Aset Keluarga Purnomo mencapai ratusan triliun. Sebagai keturunan resmi, status Bella tidak ada bedanya dengan tuan putri. Ucapan Tir
Pasha tidak mungkin berbaik hati menolong mereka. Adapun Resnu dan Kadir, mereka juga tidak mungkin. Ketika Tirta masih kebingungan, Bella berseru dengan girang, "Biarkan saja. Pokoknya kita bakal keluar dari sini!"Bella benar-benar trauma dengan kejadian beberapa hari ini. Tanpa Tirta, dia mungkin sudah mati.Saat ini, mereka sudah bisa merasakan angin kencang akibat baling-baling helikopter dan mendengar deru mesin yang memekakkan telinga.Setelah helikopter turun hingga ketinggian tertentu, pintu terbuka. Seseorang menjulurkan kepala keluar, lalu melemparkan tangga darurat."Bu Bella, tolong naik dari tangga itu. Medan di sini nggak rata. Helikopter nggak bisa mendarat!" seru orang itu.Tirta bangkit dan menggendong Bella, lalu meraih tangga itu dan mulai memanjat. "Pegangan yang erat! Kita akan naik bersama!"Setelah naik ke helikopter dan menurunkan Bella, Tirta bertanya, "Siapa yang mengutus kalian kemari?""Pak Kadir dan Pak Resnu yang menyuruh kami mencari kalian di sini," jaw
Hingga sekarang, Resnu belum pernah menggandeng tangan Bella, apalagi meremas bokong Bella seperti itu!Sementara itu, Tirta yang merupakan musuh bebuyutan Resnu justru melakukan tindakan erotis di hadapannya. Bagaimana mungkin Resnu bisa mengendalikan emosinya?"Oh, Pak Resnu. Rupanya kamu belum mati. Tapi, kamu kelihatan sekarat. Seharusnya ajalmu sudah dekat ya?" sindir Tirta. Dia sudah menduga akan bertemu Resnu dan Kadir di sini.Saat berikutnya, Tirta menepuk bokong Bella, seolah-olah untuk menantang Resnu. Kemudian, dia mengangkat alis dan bertanya, "Kamu bisa apa kalau aku menolak melepaskannya?"Resnu tentu berang. Parahnya, Bella tidak marah dengan tindakan Tirta dan malah mengeluarkan erangan menggoda, bahkan membenamkan wajahnya ke pelukan Tirta. Perasaan semacam ini jauh lebih buruk daripada dibunuh!"Tirta, berengsek kamu! Hari ini, aku pasti akan membunuhmu! Kenapa kalian diam saja? Kalau ada yang berhasil membunuhnya, aku akan memberi kalian 1 miliar! Oh, bukan, 10 mili
"Diam! Ini bukan urusanmu! Aku nggak bakal mati semudah itu!" Resnu sedang murka sehingga tidak ingin mendengar nasihat Kadir. Kepalanya memang pusing, tetapi dia mengira ini adalah efek karena diprovokasi Tirta."Hais ...." Kadir hanya bisa mengembuskan napas melihat situasi ini."Bella, kamu sangat mengecewakanku. Aku kira ketulusanku bisa meluluhkanmu, tapi kamu malah mengabaikanku dan memilih kecoa busuk! Aku sedih sekali ...," ucap Resnu dengan mata berkaca-kaca. Hatinya terasa sakit.Sebelum Resnu melanjutkan ucapannya, Bella sontak menyela, "Jaga omonganmu! Tirta bukan kecoa busuk! Dia lebih hebat berkali-kali lipat daripadamu! Kalau kamu bukan anak gubernur, kamu bukan siapa-siapa! Atas dasar apa kamu merendahkan Tirta?"Ketika mendengar ucapan ini, Kadir menyetujuinya dalam hati. Jika memungkinkan, dia pasti sudah bertepuk tangan dan bersorak. Namun, pada akhirnya dia tetap menahan diri."Ya ampun, apa aku sebaik itu?" gumam Tirta yang tidak menyangka Bella akan memujinya samp
"Cepat bawa Pak Resnu istirahat. Aku masih ada urusan lain. Aku pergi dulu." Usai berbicara, Kadir langsung naik ke helikopter dan meninggalkan lokasi tambang. Dia benar-benar lelah dibuat Resnu yang tidak punya otak ini. Tidak masalah jika Resnu mengadu dan jabatannya dicabut nanti. Yang penting, dia tidak tersiksa lagi!Ketika melihat Kadir hendak pergi, Tirta tanpa sadar ingin menghalanginya. Bagaimanapun, mereka termasuk punya perselisihan.Namun, Kadir melakukan semuanya pasti karena perintah Resnu. Kadir bahkan pergi dengan marah. Bisa dilihat bahwa Kadir ingin memutus hubungan dengan Resnu. Jadi, Tirta membiarkannya."Tirta, sialan! Kamu tunggu saja pembalasanku! Besok, aku akan mencarimu untuk berduel lagi! Aku nggak akan menyerah sebelum mengalahkanmu!" pekik Resnu. Saking frustrasinya, dia tidak sempat memedulikan Kadir yang kabur.Ketika Resnu diangkat pergi, pakaiannya sudah merah karena darah. Meskipun demikian, dia masih sibuk memaki Tirta."Kita bicarakan lagi kalau kamu
"Cepat lepaskan aku .... Kita bisa bicara baik-baik ...," pinta Pasha. Kepalanya sangat pusing karena tendangan Tirta. Dia sama sekali tidak bisa melepaskan diri dari Tirta. Meskipun begitu, dia tetap bersikeras mengatakan dirinya tidak tahu apa-apa."Aku nggak pernah memberitahumu soal ular piton. Kok kamu bisa tahu? Kamu berniat mencelakai kami ya?" Tirta terkekeh-kekeh dan mengerahkan tenaga yang makin besar. "Ya, lanjutkan aktingmu! Aku mau lihat kamu akan pura-pura bodoh sampai kapan."Pasha benar-benar ketakutan sekarang. Dia tahu Tirta sudah mengetahui kebenarannya. Penjelasan tidak akan berguna di saat seperti ini.Namun, para bawahan Pasha tidak tahu apa-apa. Ketika melihat Pasha sesak napas, mereka segera berkerumun dan membentak Tirta."Dasar nggak tahu terima kasih! Cepat turunkan Pak Pasha!""Pak Pasha mencari kalian selama 3 hari 3 malam! Kalian seharusnya berterima kasih, bukan malah membalas kebaikan dengan kejahatan!""Orang sepertimu nggak pantas hidup!""Kalau kamu n
"Hehe, jadi kamu Tirta ya? Masih muda dan cuma rakyat jelata, tapi berani menyuruhku masuk untuk menemuimu? Benar-benar nggak tahu diri!" Setelah memasuki klinik, Pinot menatap Tirta dengan tatapan tajam. Sikapnya terlihat seperti pejabat tinggi yang penuh wibawa."Ayah Angkat, dia Tirta. Jangan lepaskan dia begitu saja! Tirta, ayah angkatku sudah datang. Kamu akan berakhir tragis. Setahun lagi akan menjadi hari peringatan kematianmu!" Karsa yang dibawa masuk langsung dipenuhi api kebencian setelah melihat Tirta. Setelah berbicara kepada Pinot, dia berteriak dengan marah kepada Tirta."Kamu ayah angkat Karsa? Huh, sudah tua dan mau mati, tapi masih saja bodoh. Pendiri negara, Pak Saba, ada di sini. Kamu malah berani sesombong ini?" Tirta sama sekali tidak peduli dengan Karsa, melainkan menatap Pinot dan tersenyum dingin."Pak Saba? Saba Dinata? Hahaha, kenapa nggak bilang dia raja saja? Kamu ini cuma orang kampung yang picik. Atas dasar apa kamu mengenal orang sehebat Pak Saba?" Pinot
"Bu ... buset! Me ... mereka punya pistol!" Begitu melihat perubahan situasi yang mendadak, orang-orang itu pun terkesiap.Apalagi, aura yang dipancarkan oleh para pengawal Nagamas itu dipenuhi niat membunuh. Mereka ketakutan hingga memucat dan sekujur tubuh gemetar. Seketika, tidak ada yang berani bergerak.Saat ini, terdengar suara santai seseorang. "Aku Tirta. Beri tahu bos kalian, kalau mau menemuiku, suruh dia masuk sendiri. Mau aku yang keluar? Dia nggak pantas!"Tirta menyesap tehnya, lalu menyunggingkan senyuman meremehkan."Ya, cuma wali kota rendahan. Atas dasar apa dia menyuruh Kak Tirta keluar menemuinya? Dia saja yang merangkak masuk!" ucap Shinta yang memeluk anak harimau."Kita keluar!" Para bawahan itu tidak berani membantah karena mereka dibidik dengan pistol. Mereka berlari keluar dengan ketakutan."Hm? Aku suruh kalian bawa Tirta keluar. Kenapa kalian malah keluar secepat ini?" tanya Pinot dengan kesal saat melihat bawahannya keluar dengan tangan kosong."Ayah Angkat
Semua orang mengikuti arah pandang Pinot. Begitu melihatnya, mereka semua terkejut. Bagaimana bisa mobil dengan plat nomor ibu kota muncul di tempat terpencil seperti ini?Bahkan, mobil yang berada di paling depan punya plat nomor yang begitu istimewa, A99999! Jelas, pemilik mobil ini bukan orang biasa!"Pak Pinot, aku rasa kamu berlebihan. Orang-orang di ibu kota itu nggak mungkin datang ke tempat jelek seperti ini. Ini nggak masuk akal. Mungkin saja, ini rekayasa Tirta. Jangan menakuti diri sendiri," ucap Ladim sambil tersenyum tipis setelah terpikir akan kemungkinan ini."Masuk akal. Kalau Tirta kenal tokoh besar di ibu kota, mana mungkin dia masih tinggal di tempat bobrok seperti ini?""Ayah Angkat, dia mungkin tahu kita bakal kemari untuk balas dendam. Dia takut, makanya ingin menakuti kita dengan cara seperti ini. Kamu jangan tertipu," ujar Karsa yang ingin sekali membalas dendam."Seharusnya begitu. Huh! Bocah ini licik juga! Kalian semua, masuk dan tangkap dia!" Setelah menghel
"Pak Ladim, kalau kamu suka, kita bisa pindahkan dia ke Kota Lais supaya lebih dekat. Setelah kamu menundukkannya, jangan lupa kirim ke tempatku.""Ya, aku memang punya rencana seperti itu." Ladim tertawa terbahak-bahak.Saat ini, tenaga Karsa telah pulih banyak. Tatapannya dipenuhi kebencian. Dia mengertakkan gigi sambil berkata dengan susah payah, "Ayah Angkat, akhirnya kamu datang. Aku jadi cacat gara-gara mereka. Gimana aku bisa berbakti padamu di kemudian hari?""Kamu harus membantuku membalas dendam! Kalau nggak, aku nggak bakal bisa tenang seumur hidup!""Sebenarnya siapa yang membuatmu jadi begini? Kejam sekali." Pinot baru memperhatikan penampilan tragis Karsa. Bukan hanya patah tangan dan kaki, tetapi kelima jari di tangan kiri juga putus.Pinot tak kuasa menarik napas dalam-dalam saking terkejutnya. Kondisi Harto juga sama tragisnya."Nama bocah itu Tirta! Kami bertemu di kota kecil sekitar. Bukan cuma aku, tapi adikku juga! Ayah Angkat, Pak Ladim, kalian harus membalaskan d
Di sisi lain, di dalam kantor polisi.Wali Kota Hamza, Pinot, bersama dengan kepala kepolisian, Ladim, duduk dengan santai di aula utama. Mereka mulai bertanya kepala polisi yang berjaga di depan, Niko."Kapan atasan kalian keluar? Cuma menyerahkan penjahat, sepertinya nggak perlu terlalu lama, 'kan?" Yang berbicara adalah Ladim. Dia menerima banyak hadiah dari Karsa. Ketika ada masalah, dia tentu harus turun tangan."Huh, Bu Susanti sedang sibuk dan nggak punya waktu untuk bertemu dengan kalian. Kalian bisa kembali saja. Lagian, para penjahat itu ditangkap di wilayah kami. Tanpa izin dari Bu Susanti, aku nggak akan melepaskan mereka!"Niko jelas bisa merasakan bahwa mereka datang dengan niat buruk. Makanya, dia mendengus dan berkata dengan kesal."Hehe, memang benar kalian yang tangkap, tapi mereka semua berasal dari Kota Hamza. Jadi, sudah seharusnya diserahkan ke Kepolisian Kota Hamza untuk diproses. Kalian nggak punya hak untuk bernegosiasi denganku. Suruh atasan kalian keluar dan
"Kak Tirta, yang kamu tulis ini benar? Benaran ada efek seperti itu?" Setelah melihat resep untuk pembesaran bokong dengan teliti, ekspresi Shinta penuh kegembiraan.Dengan resep pembesaran payudara dan bokong ini, dia akan menjadi wanita sempurna di masa depan!"Tentu saja benar, untuk apa aku menipumu?" sahut Tirta mengangguk."Tirta, aku tentu percaya dengan keahlian medismu, bahkan kamu bisa dibilang setara dengan dewa. Tapi, apa benaran khasiatnya sebagus itu? Orang mati bisa dibangkitkan kembali?" tanya Saba yang semakin terkejut setelah melihat resep itu."Itu juga benar. Selama nggak ada kerusakan otak, jantung hancur, atau berusia lebih dari 100 tahun, resep ini bisa menyelamatkan mereka. Kalau kamu nggak butuh, keluarga atau temanmu juga bisa menggunakannya. Cukup ikuti resep di atas untuk membuatnya," jelas Tirta."Oke, ini baru namanya kebal dari apa pun! Kalau digunakan di kemiliteran, ini akan sangat berguna! Tirta, terima kasih!" Ini pertama kalinya Saba menunjukkan eksp
"Kak Saba, hadiah ini terlalu berharga. Aku nggak bisa menerimanya!" Mendengar itu, tangan Tirta sampai gemetaran. Dia hendak mengembalikan kotak hitam kecil itu.Meskipun belum pernah mendengar tentang Nagamas, dari namanya saja, Tirta bisa menebak bahwa yang tinggal di sana pasti orang-orang besar seperti Saba!Tirta merasa, sebagai orang biasa yang tidak memiliki jabatan atau kekuasaan, dirinya tidak layak tinggal di tempat seperti itu.Sementara itu, buku kecil biru itu seperti semacam surat pengampunan yang sangat berharga!Tirta merasa dirinya hanya mengobati penyakit orang, secara logika, dia tidak pantas menerima hadiah sebesar ini."Tirta, kenapa sungkan begitu sama aku? Vila itu sudah terdaftar atas namamu. Terima saja. Lagi pula, kalau aku mengundangmu untuk jalan-jalan ke ibu kota, kamu butuh tempat untuk tinggal, 'kan?" Saba melambaikan tangan dan tersenyum."Benar, barang-barang ini nggak ada artinya bagi kakek. Kak Tirta, terima saja. Kalau nggak, kamu nggak boleh mencar
Tirta tersenyum dan berkata, "Ya sudah, besok kamu temani aku beli sayuran."Dengan mata yang berkilat, Tirta langsung menyetujui dengan cepat. Melihat Tirta setuju, Ayu merasa senang. Dia mulai memikirkan, apa yang harus dikenakan besok.....Setelah makan, sekitar setengah jam kemudian, Ayu membawa para wanita menyiram tanaman di kebun.Tirta dengan beberapa anak harimau di pelukannya, sedang duduk santai di depan pintu menikmati sinar matahari.Tiba-tiba, beberapa mobil jeep hitam berhenti perlahan di depan klinik. Pintu mobil terbuka. Shinta adalah yang pertama keluar dari mobil.Gadis itu berkata dengan girang kepada seorang pria tua di dalam mobil, "Kakek, ini tempat tinggal Tirta. Namanya Desa Persik. Ada gunung dan ada air, pemandangannya sangat indah.""Desa Persik ... bagus, bagus. Benar-benar tempat yang bagus untuk menenangkan diri. Pantas saja orang sehebat Tirta tinggal di sini." Saba turun dari mobil dan memandang sekitar.Di depan matanya, ada pegunungan hijau dan air y
"Bi Ayu, aku sudah bawa Tirta kembali! Waktu aku sampai, dia sedang makan nasi kotak di vila!" Setelah kembali ke klinik, Arum melepaskan Tirta dan menepuk tangannya sambil berkata dengan tidak puas."Tirta, Arum sudah masak banyak makanan bergizi untukmu. Kenapa nggak dimakan dan malah pergi ke vila untuk makan nasi kotak?" tanya Ayu dengan bingung."Kenapa lagi?" Agatha tertawa dan menyela, "Karena dia nggak ingin makan kemaluan sapi!"Di sudut meja makan, Nia yang mendengar ini merasa agak malu."Tirta, terakhir kali kamu menghabiskan sepiring penuh kemaluan sapi dalam dua hingga tiga menit. Kenapa kali ini kamu nggak mau makan?" tanya Arum dengan kesal. "Aku kira kamu suka makan itu, jadi aku masak dua batang kali ini!""Ya, Tirta, kenapa kali ini kamu nggak mau makan?" tanya Melati dengan bingung."Aku ... hais, aku sebenarnya nggak butuh makan itu. Tubuhku sehat-sehat saja, makanan seperti itu berlebihan untukku," timpal Tirta dengan lesu."Kenapa berlebihan? Makanan itu sangat b