Batu mentah itu memang tidak kosong. Namun, berdasarkan kemampuan Tirta, dia tidak mungkin membuat kesalahan sefatal ini.Sandy, Putro, dan lainnya tampak meremehkan Tirta saat melihat situasi ini. Aina bahkan tertawa terbahak-bahak dan mengejek, "Hahaha. Seperti ini ahli yang kalian pilih? Hebat sekali. Batu yang dipilihnya punya kualitas terburuk. Amatiran sekalipun bisa memilih batu yang lebih bagus dari ini, 'kan?"Putro mengira dirinya sudah pasti menang. Dia melambaikan tangannya sambil berkata, "Hehe. Giok ungu hijau dan giok transparan kami sudah cukup untuk mengalahkan giok tiga warna kalian.""Kalian nggak mungkin bisa mengalahkan kami dengan batu lainnya lagi. Afrian sebaiknya mengaku kalah supaya kamu nggak mempermalukan dirimu sendiri. Cantik, ayo kemarilah. Hahaha ...."Putro sampai melambaikan tangannya kepada Irene, menyuruhnya untuk segera mendekat agar bisa dinikmati olehnya.Irene yang berdiri di samping tampak putus asa. Mereka membuat taruhan di hadapan begitu bany
"Sepertinya bocah itu cuma beruntung sebelumnya, makanya bisa mendapat giok tiga warna. Aku kira dari ekspo kali ini, akan bertemu ahli giok yang luar biasa. Sepertinya harapanku terlalu tinggi," ujar wanita itu sambil berbalik dan hendak pergi.Begitu wanita itu melangkahkan kakinya, pria tua di bawahnya tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"Tiba-tiba, terdengar seruan takjub kerumunan. Wanita misterius itu sontak mengedarkan pandangannya ke arah sana. Telah terjadi perubahan mendadak.Ekspresi staf tampak ngeri. Dia bertanya dengan terkejut, "Apa? Ternyata ada zamrud di dalamnya? Gimana mungkin? Gimana bisa ada 2 macam batu di dalamnya? Apalagi, zamrud ini sangat diminati oleh khalayak ramai dan merupakan yang paling mahal!"Seperti yang dikatakan staf itu, semua orang melihat zamrud yang berkilauan di bagian dalam batu mentah.Berdasarkan tingkat kejernihan dan transparansinya, tidak ada kata yang mampu mendeskripsikannya. Ini adalah salah satu dari 4 batu giok termahal yang diakui
Staf menyeka telapak tangannya yang basah karena keringat. Kemudian, dia lanjut memotong batu mentah itu hingga kandas.Seperti yang dikatakan Tirta, sebagian isi batu mentah itu adalah zamrud. Kilauan hijau yang indah itu membuat semua orang terpana.Di bawah sinar matahari, zamrud yang belum dipoles itu memancarkan cahaya yang lebih memikat daripada giok.Setelah staf memeriksa dengan senter, dia tak kuasa berseru takjub, "Ajaib sekali! Ini adalah keajaiban! Umumnya, zamrud memiliki beberapa noda dan retakan alami. Tapi, zamrud ini sangat jernih dan tidak terdapat noda ataupun retakan.""Ini adalah zamrud dengan kualitas sempurna. Harganya bahkan bisa melampaui berlian dengan kualitas yang sama."Tangan staf itu sampai gemetaran. Bagaimanapun, dia jarang berkesempatan melihat dan memegang zamrud.Zamrud sempurna yang dipegangnya ini setara dengan berlian alami. Harganya sungguh tak ternilai. Jika terjadi kecelakaan, staf itu tidak mungkin bisa ganti rugi.Orang-orang di sekitar tentu
Ini hanya taruhan batu, tetapi membuat semua orang merasa diri sendiri seperti sedang naik kereta luncur. Terkadang mereka seperti berada di neraka, terkadang seperti berada di surga. Jika raja neraka melihat mereka bolak-balik dari gerbang kematian, mungkin dia akan merasa bingung.Afrian tersenyum lega sambil berkata, "Aku sudah lama berkecimpung di bisnis batu giok, tapi baru kali ini aku merasa begitu bersemangat. Jantungku sampai hampir copot." Gilang sependapat. Dia menyahut, "Pak, bukan cuma kamu, aku juga sama. Kita harus bertahan sampai akhir. Kita punya harapan besar."Ketika melihat zamrud yang begitu indah, Irene tidak sempat mempertahankan citranya lagi. Dia sontak mengepalkan tangan, lalu berkata dengan antusias, "Tirta, kamu hebat sekali! Matamu memang ajaib."Irene memeluk Tirta yang berekspresi datar, lalu mengambil inisiatif untuk menciumnya. Ciuman ini bukan mendarat di pipi Tirta melainkan di bibirnya.Tirta pun tidak sungkan-sungkan. Dia langsung merangkul pinggang
"Kalau ada masalah dengan otak kalian, nggak usah mengadakan ekspo! Jangan-jangan kalian menaruh semua batu mentah berkualitas tinggi di zona kelas rendah? Pokoknya, aku mau bertemu dengan pihak penyelenggara ekspo ini! Aku mau minta penjelasan!" pekik Putro.Putro mengira dirinya sudah pasti menang, tetapi malah diinjak-injak oleh Tirta. Jika bukan karena tidak ada air minum, Putro pasti sudah memakan obat perangsang sejak tadi. Begitu efek obat bekerja, dia akan langsung memberi Irene pelajaran. Untungnya, dia belum memakan obat itu sampai sekarang.Gania menatap sikap Putro yang tidak masuk akal dengan ekspresi datar. Berani sekali pria ini mempermalukan pihak penyelenggara. Dia langsung memberi peringatan, "Pak Putro, tolong jaga sikapmu. Jangan mengacaukan ketertiban ekspo ini. Kalau kamu melanggar aturan, kami berhak untuk mengusirmu."Putro sedang naik pitam. Dia memelototi Gania dan menyahut, "Kalau begitu, kamu saja yang memberiku penjelasan. Gimana cara pihak penyelenggara me
Aina memaki, "Dasar wanita penggoda, apa yang kamu katakan? Siapa kamu? Beraninya kamu membentak Kak Putro! Kamu sudah bosan hidup ya? Kalau nggak mau mati, cepat pergi dari sini! Kalau nggak, aku akan menyuruh orang-orang menidurimu!"Tebersit kilatan tajam pada tatapan wanita misterius itu. Plak! Staf di samping sontak menampar Aina. Saking kuatnya tamparan itu, Aina pun terjatuh.Staf menegur dengan ekspresi dingin dan marah, "Jaga omonganmu atau kamu mungkin nggak bisa keluar dari sini hari ini!"Aina memegang pipinya yang memerah karena ditampar. Dia tahu dirinya bukan lawan mereka. Dia menghampiri Putro sambil menggoyangkan lengan Putro dengan wajah berlinang air mata."Kak Putro, lihat, aku ditindas mereka. Mereka memukul wanita. Kamu harus memberiku keadilan. Habisi wanita itu atau jual dia ke luar negeri. Biar dia tahu gimana rasanya dinodai ramai-ramai," pinta AinaAina hendak membalas dendam kepada wanita misterius itu. Dia pun menatap wanita itu dengan tatapan penuh kebenci
Putro tidak lagi terlihat meremehkan lawannya. Asalkan bisa menang dalam ronde ketiga, dia sudah merasa sangat puas.Putro menghibur diri sendiri dalam hati, 'Baguslah kalau begitu. Karena Pak Sandy begitu yakin, seharusnya semuanya akan baik2 saja.'Di sisi lain, Aina yang ditampar 2 kali hanya bisa berdiri di samping Putro dengan ekspresi masam tanpa melontarkan apa pun.Aina tidak bisa bersikap arogan seperti sebelumnya lagi. Meskipun demikian, dia yang masih kesal dan mencoba untuk melampiaskan amarahnya kepada staf di samping."Hei, kamu tuli ya? Kamu nggak dengar omongan Kak Putro? Cepat belah batunya! Jangan buang-buang waktu!"Staf pun mengerlingkan matanya dengan kesal. Meskipun demikian, dia tetap membelah batu itu. Tatapan semua orang tertuju pada batu terakhir yang dipilih oleh Sandy.Begitu dibelah, terlihat kilauan ungu di dalamnya. Staf berseru takjub, "Ada isinya! Warnanya ungu!"Sandy seketika merasa bersemangat. Dia membelalakkan matanya sambil mendesak, "Cepat belah!"
Afrian dan dua orang lainnya mulai merasa agak gugup. Dengan wajah kesal, Gilang berkata, "Dia berhasil buka batu yang mengandung giok violet, ini benar-benar merepotkan. Peluang untuk ngalahin mereka sangat tipis."Irene mengepalkan tangan dan meletakkannya di depan dada sambil menatap Tirta dengan cemas. Dengan ekspresi bingung, Tirta bertanya pada Irene, "Memangnya giok violet lebih berharga daripada zamrud?"Sebelum Irene sempat menjawab, seorang wanita misterius di antara penonton membuka suara dan menjelaskan, "Giok violet memang sedikit lebih rendah daripada zamrud, tapi hanya sedikit sekali perbedaannya.""Zamrud yang kamu dapatkan sebelumnya memang berkualitas sangat baik, tapi ukurannya nggak terlalu besar. Jadi secara keseluruhan, nilainya masih kalah sedikit dibandingkan dengan giok violet yang luar biasa ini."Mendengar penjelasan wanita misterius itu, wajah Afrian, Irene, dan Gilang menjadi semakin pucat. Mereka menyadari bahwa peluang untuk menang sangatlah kecil. Mereka
Kimmy tidak berharap kepada Azhar lagi. Dia memohon kepada Tirta hanya karena tidak ingin melihat Azhar mati dibunuh Tirta.Kurnia melihat Tirta sekilas, lalu menggeleng kepada Azhar dan menjelaskan, "Azhar, kamu nggak bisa menyinggung Pak Tirta. Jangankan merebut Kimmy darimu dan melumpuhkanmu, biarpun Pak Tirta membunuhmu di depanku, aku hanya bisa mengabaikannya."Tirta mengingatkan, "Kalau kamu mau hidup, sebaiknya kamu dengar saran Kimmy untuk minta maaf pada Pak Tirta."Nyawa Kurnia dan Kimmy dikendalikan oleh Tirta. Jadi, Kurnia tidak berani melawan Tirta. Berdasarkan ucapan Azhar tadi, Kurnia sudah cukup menghormati ayah dan kakek Azhar karena tidak langsung membunuh Azhar dan memutuskan hubungan dengannya.Hanya saja, Azhar tidak memahami tindakan Kurnia. Dia meninju tanah dan berkata dengan geram, "Apa? Kakek Kurnia, kamu itu temannya kakekku. Ayahku juga sangat menghormatimu!"Azhar meneruskan, "Sekte Aswad dan Sekte Delapan Cakrawala beraliansi. Sekarang kamu malah suruh ak
Selesai bicara, Azhar langsung mendorong Kimmy dengan kuat karena terbawa emosi. Alhasil, Kimmy jatuh ke tanah.Hanya saja, sebelum Azhar melancarkan serangan, Tirta sudah menendangnya hingga terpental. Kemudian, Tirta menghampiri Azhar dan mencekiknya seraya menegur, "Kamu bilang mau bunuh aku? Apa nyawa orang lain nggak berharga bagimu?"Tirta meneruskan, "Kamu mau melawanku dengan satu tangan? Apa anak dari pemimpin Sekte Aswad begitu hebat?"Tadi Tirta menggunakan Teknik Pengendali Angin sehingga dia bisa bergerak dengan cepat. Sebelum Azhar sempat merespons, Tirta sudah membuatnya tidak bisa berkutik.Kimmy segera bangkit, lalu berlutut kepada Tirta dan memelas, "Pak Tirta, tolong lepaskan dia. Aku mohon, dia nggak sengaja lawan kamu."Azhar yang dicekik Tirta kehilangan akal sehatnya saat melihat kekasihnya tunduk pada Tirta. Dia marah-marah, "Sialan! Aku dilahirkan dengan status yang tinggi. Aku juga pesilat kuno energi internal tahap puncak, nggak ada yang berani menyinggungku.
"Oke," sahut Tirta seraya mengangguk. Dia tidak bertanya lagi. Tirta menggunakan Janji Darah untuk mengendalikan nyawa Kurnia dan Kimmy, seharusnya Kimmy tidak berani berbohong.Tiba-tiba, Tirta mendengar suara orang asing yang membentaknya, "Hei, apa hubunganmu dengan Kimmy? Kenapa dia kelihatan takut padamu? Apa kamu melakukan hal yang keterlaluan padanya?"Azhar mencengkeram bahu Tirta dan memandangnya dengan ekspresi garang. Tirta merasa kesal saat melihat sikap Azhar yang buruk.Tirta memukul tangan Azhar dan membalas sambil mengernyit, "Memangnya apa hubungannya denganmu? Siapa kamu? Cepat minggir! Kalau nggak, jangan salahkan aku bertindak kejam!"Azhar sudah mencapai energi internal tahap puncak. Dia tidak menyangka Tirta masih baik-baik saja setelah dirinya mencengkeram bahu Tirta dengan kuat. Bahkan, Tirta bisa memukul tangan Azhar.Azhar juga tahu Tirta merupakan seorang pesilat kuno energi internal tahap puncak. Dia menanggapi, "Aku ini tunangannya Kimmy dan anak dari pemim
Sesudah Kurnia masuk ke hotel, Azhar bertanya kepada Kimmy, "Kimmy, sikap Kakek Kurnia sangat serius. Apa identitas orang yang kalian tunggu? Kamu bisa beri tahu aku?"Kimmy tidak berani melihat Azhar. Dia memandang ke tempat lain sambil menggigit bibirnya. Kimmy mendesah dan menyahut, "Kak Azhar, aku ... juga nggak tahu bagaimana caranya beri tahu kamu. Sebaiknya kamu jangan tanya lagi, ya?"Bagaimanapun, Kimmy tidak tahu bagaimana caranya memberi tahu Azhar bahwa dirinya dan Kurnia menjadi budak Tirta. Dia juga takut Azhar akan meremehkan dan mencampakkannya setelah mengetahui hal ini.Bahkan Kimmy takut Azhar yang marah akan membalas Tirta. Dia tahu Azhar tidak mungkin mampu melawan Tirta.Sebagai tunangan yang tulus menyukai Kimmy, Azhar tentu bisa merasakan sekarang Kimmy sangat terpuruk. Azhar mengernyit, dia mengira Kimmy ditindas.Azhar meraih tangan Kimmy dan bertanya dengan ekspresi khawatir, "Kimmy, sebenarnya apa yang terjadi? Apa kamu ditindas? Kamu harus bicara jujur pada
Bella merapikan rambutnya, lalu buru-buru keluar. Sementara itu, Tirta melihat jam. Sekarang hampir pukul 9 pagi. Masih ada 1 jam lagi sebelum turnamen bela diri dimulai.Tirta segera mandi dan memakai baju. Dia menggunakan alasan yang sama, yaitu membantu Mauri mengurus kasus. Setelah berpamitan dengan Ayu, Tirta keluar dari vila Keluarga Purnomo.Kemarin Tirta sudah berpesan kepada Yusril dan Chiko untuk melindungi Bella dan Ayu. Dengan begitu, Tirta bisa mengikuti turnamen bela diri dengan tenang.Kala ini, Yasmin juga berada di kamar Ayu. Dia mengusap matanya dan menguap. Yasmin bertanya kepada Ayu yang sedang melihat ke luar, "Bibi, apa semalam aku mimpi buruk?"Mendengar ucapan Yasmin, Ayu segera menutup pintu kamar. Jantungnya berdegup kencang. Dia menggigit bibir dan bertanya balik, "Nggak, Yasmin. Apa semalam kamu mendengar sesuatu?"Yasmin memandang Ayu dengan ekspresi polos sembari menjelaskan, "Iya, semalam aku dengar Bibi terus memanggil nama Kakak Guru waktu tidur. Kamu j
Di tengah tidurnya, Ayu merasakan sepasang tangan besar yang panas menjamah tubuhnya. Teknik tangan yang familier itu sontak membangunkannya, membuatnya terus menginginkannya."Tirta, Yasmin ada di sini ...." Karena gelap, Ayu tidak bisa melihat Tirta. Namun, dia bisa merasakan Tirta berada di atasnya.Suhu yang panas membuat napas Ayu memburu. Kedua tangannya memeluk Tirta, menyuruhnya berhenti dengan tidak berdaya.Ayu mengira Tirta tidak akan menginginkannya lagi karena telah melakukannya di siang hari. Siapa sangka, Tirta masih kemari malam-malam begini. Energinya sungguh tak ada habisnya!"Nggak apa-apa, Bi. Dia sudah tidur. Aku akan lebih pelan. Kamu sudah basah lho. Aku tahu kamu menginginkannya, biar aku memuaskanmu." Tirta terkekeh-kekeh, menjulurkan tangan untuk melepaskan pakaian Ayu.Meskipun gelap gulita, di mata Tirta, dia bisa melihat semuanya dengan jelas. Wajah Ayu merah, tatapannya tidak fokus. Wanita ini seperti terkena obat perangsang, membuat Tirta ingin sekali men
Mereka ingin menggali lebih banyak rahasia tentang dunia misterius dari para pesilat tersebut.Sementara itu, perempuan yang memimpin kelompok ini adalah seorang praktisi ilmu mistis yang paling dihormati di seluruh Negara Yumai, baik oleh pejabat tinggi maupun rakyat biasa.Dia adalah Yara dari Keluarga Gomies, seorang wanita dengan kedudukan tinggi yang mampu mengendalikan kekuatan roh!"Meskipun tubuhnya sudah mengalami kerusakan, kebenciannya sangat mendalam. Dia memang bahan yang sangat cocok untuk dijadikan boneka mayat. Kalian berdua bawa dia ke sini."Mendengar perkataan pria di belakangnya, Yara menyipitkan matanya yang panjang dan indah. Suaranya terdengar menggoda tanpa dibuat-buat sedikit pun."Baik, Master!" Segera, dua pria berbaju hitam maju, mengangkat tubuh Bryan dari dalam kolam, membawanya ke hadapan Yara.Yara berjongkok, mengamati tubuh Bryan tanpa merasa takut atau jijik sedikit pun. Sepertinya, dia sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini. Tanpa mendongak, d
"Karena Paman yang memintanya, mana mungkin aku berani menolak? Apa yang membuatmu gelisah? Mungkin kalau diceritakan, aku bisa membantu meringankan beban di hatimu."Saat ini, Bryan masih bergantung pada Kurnia karena dia masih membutuhkan bantuannya untuk kembali ke dunia misterius. Tentu saja, dia tidak berani menolak ajakan Kurnia.Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Kita bicara setelah keluar dari hotel. Di sini terlalu banyak orang, pasti nggak nyaman bicara di sini."Kurnia tidak berbasa-basi, hanya berbalik dan berjalan di depan untuk memimpin jalan. Bryan mengikuti Kurnia keluar dari hotel hingga sampai di kaki Gunung Tisatun, lalu berhenti di depan sebuah kolam dalam yang tak terlihat dasarnya."Paman, bukannya kamu menyuruh Kak Fasahat dan Kak Lior membelikan obat untukku? Tapi, kenapa dua hari ini aku nggak melihat mereka. Ke mana mereka?" tanya Bryan penasaran."Oh, dua bocah itu memang nggak berguna. Entah ke mana mereka pergi. Hari ini aku juga pergi mencari mereka,
"Memangnya apa yang bisa terjadi padaku, Bella? Jangan pikir yang aneh-aneh. Kamu sudah bekerja seharian. Pasti capek, 'kan? Mau aku pijat bahumu atau kakimu?"Merasa diperhatikan oleh Bella, Tirta tidak bisa menahan senyuman. Dia menarik Bella duduk di atas tempat tidur, menunjukkan sikap manisnya."Hah, seharian ke sana ke sini, bahkan makan pun nggak tenang. Menurutmu, aku capek nggak? Untung kamu masih punya hati, bisa peduli padaku. Pijatnya yang pelan ya. Aku takut kamu meremukkan bahuku." Bella bercanda sambil membalikkan badan membelakangi Tirta."Hehehe, tenang saja. Aku janji bakal pelan-pelan!" Tirta berlari ke kamar mandi untuk mencuci tangan, lalu segera kembali.Tangannya diletakkan di atas bahu Bella, lalu perlahan-lahan turun ke kerah bajunya. Merasakan kulitnya begitu lembut, Tirta langsung menyelinapkan tangannya masuk, memijat, meremas, dan menggoda dengan nakal.Bella sampai mengeluarkan erangan manja. "Mmmh ... dasar kamu ini! Aku sudah capek setengah mati, tapi ka