Putro tidak lagi terlihat meremehkan lawannya. Asalkan bisa menang dalam ronde ketiga, dia sudah merasa sangat puas.Putro menghibur diri sendiri dalam hati, 'Baguslah kalau begitu. Karena Pak Sandy begitu yakin, seharusnya semuanya akan baik2 saja.'Di sisi lain, Aina yang ditampar 2 kali hanya bisa berdiri di samping Putro dengan ekspresi masam tanpa melontarkan apa pun.Aina tidak bisa bersikap arogan seperti sebelumnya lagi. Meskipun demikian, dia yang masih kesal dan mencoba untuk melampiaskan amarahnya kepada staf di samping."Hei, kamu tuli ya? Kamu nggak dengar omongan Kak Putro? Cepat belah batunya! Jangan buang-buang waktu!"Staf pun mengerlingkan matanya dengan kesal. Meskipun demikian, dia tetap membelah batu itu. Tatapan semua orang tertuju pada batu terakhir yang dipilih oleh Sandy.Begitu dibelah, terlihat kilauan ungu di dalamnya. Staf berseru takjub, "Ada isinya! Warnanya ungu!"Sandy seketika merasa bersemangat. Dia membelalakkan matanya sambil mendesak, "Cepat belah!"
Afrian dan dua orang lainnya mulai merasa agak gugup. Dengan wajah kesal, Gilang berkata, "Dia berhasil buka batu yang mengandung giok violet, ini benar-benar merepotkan. Peluang untuk ngalahin mereka sangat tipis."Irene mengepalkan tangan dan meletakkannya di depan dada sambil menatap Tirta dengan cemas. Dengan ekspresi bingung, Tirta bertanya pada Irene, "Memangnya giok violet lebih berharga daripada zamrud?"Sebelum Irene sempat menjawab, seorang wanita misterius di antara penonton membuka suara dan menjelaskan, "Giok violet memang sedikit lebih rendah daripada zamrud, tapi hanya sedikit sekali perbedaannya.""Zamrud yang kamu dapatkan sebelumnya memang berkualitas sangat baik, tapi ukurannya nggak terlalu besar. Jadi secara keseluruhan, nilainya masih kalah sedikit dibandingkan dengan giok violet yang luar biasa ini."Mendengar penjelasan wanita misterius itu, wajah Afrian, Irene, dan Gilang menjadi semakin pucat. Mereka menyadari bahwa peluang untuk menang sangatlah kecil. Mereka
"Pengalamanmu masih belum cukup. Tapi karena kamu berbakat, kalau kamu bersedia mengakuiku sebagai gurumu, aku bisa mohon sama Pak Putro untuk nggak mematahkan tangan dan kakimu. Kamu hanya perlu berlutut dan minta maaf."Untungnya Sandy tidak memiliki janggut. Jika dia punya janggut, saat ini dia pasti sudah berlagak seperti seorang ahli besar yang mengelus-elus janggutnya.Di sampingnya, Putro mengernyit. Dia merasa tidak puas dengan usul Sandy. Setelah mengalahkan Tirta dengan susah payah, dia memang ingin menyiksa Tirta habis-habisan sebagai balas dendam atas penghinaan yang dia terima sebelumnya. Namun, saat ini dia masih bergantung pada Sandy sepenuhnya, jadi dia tidak ingin menyinggung pria itu.Setelah dipikir-pikir, hal yang paling diinginkannya saat ini adalah mendapatkan Irene dan bersenang-senang dengannya. Mengenai Tirta, Putro bisa menerima jika Sandy berhasil mempermalukan dan membuatnya berlutut minta maaf.Akhirnya, Putro menyetujui usul itu dengan terpaksa. "Baiklah k
Wanita misterius itu mengangguk dengan kagum. "Tirta memang kalah dalam pertandingan ini, tapi lawannya adalah Sandy, seorang ahli besar di bidang batu giok. Berhubung usianya masih muda, wajar kalau mentalnya agak goyah.""Tapi dengan kemampuan dan standar seperti ini, dia sudah patut dihormati dalam industri batu giok. Kalah dari seorang ahli seperti Sandy bukanlah hal yang memalukan. Masa depannya sangat cerah. Talenta pemuda ini masih bisa diasah.""Setelah pemilihan batu selesai, mungkin kita bisa menemui Tirta secara pribadi dan coba merekrutnya ke pihak kita." Jelas bahwa wanita misterius itu sangat mengagumi kemampuan Tirta.Dengan suara gemuruh mesin yang beroperasi, batu terakhir milik Tirta mulai dipotong. Sinar yang memukau terlihat samar-samar di celah batu itu. Ahli pemilih batu di antara penonton memperhatikan batu tersebut dengan penuh konsentrasi.Tiba-tiba, dia menjadi sangat bersemangat. Pria itu bahkan sampai berdiri dan berteriak dengan suara pecah, "Bukan, ini buk
Hanya dari warnanya yang tiada duanya ini, bahkan tanpa diamati dengan cermat sekalipun, batu ini sudah cukup untuk mengalahkan semua giok di dunia ini. Langkah Sandy sontak terhuyung dan wajahnya menjadi merah padam.Sandy berpegangan pada meja di sampingnya untuk menopang tubuhnya. Hampir saja dia jatuh terduduk di lantai. Dengan tangan yang gemetaran, dia menunjuk giok hijau kaisar itu dan berkata, "Giok hijau kaisar yang langka benar-benar muncul di sini?""Aku benar-benar kalah kali ini. Bahkan dengan membuka giok violet sekalipun aku masih kalah? Hahaha .... Kalah? Aku kalah? Memang nasib ...." Seolah-olah kehilangan akal sehatnya, Sandy tertawa dan menangis pada saat bersamaan karena tidak bisa menerima pukulan seperti itu.Dalam pandangan Sandy, langit seolah-olah menurunkan harta langka ke zona kualitas rendah yang dipilih Tirta untuk mengalahkannya. Bahkan, dia kalah dengan selisih yang sangat besar dan kepercayaan dirinya telah hancur sepenuhnya.Tidak peduli seberapa hebatn
"Pak Afrian, kita menang!" Gilang seakan-akan telah kehilangan kendali saking gembiranya. Dia tidak bisa lagi mengendalikan ekspresinya dan menjulurkan lidah sambil menggelengkan kepala dengan keras.Orang-orang bahkan sempat mengira mereka menggunakan teknologi canggih untuk mendeteksi batu. Nilai batu giok hijau kaisar sebesar ini sungguh sulit dibayangkan. Kaki Irene juga bahkan ikut gemetaran hingga hampir pingsan.Jika bukan karena terjatuh dalam pelukan Tirta, Irene mungkin tidak bisa lagi berdiri dengan stabil. Para bos dan orang-orang di sekitar mereka juga tampak sangat terkejut dengan mata yang terbelalak lebar.Tiba-tiba, terdengar suara tubuh jatuh ke lantai. Beberapa penonton yang bermental lemah, langsung pingsan karena terlalu bersemangat. Sementara itu, beberapa penonton yang lebih berpengalaman juga merasa sangat emosional.Sambil berlinang air mata, mereka berkata dengan suara yang tersendat, "Ya Tuhan, aku bisa mati tenang sekarang. Batu giok yang kulihat dalam taruh
Di kursi penonton, wanita misterius itu juga mulai merasa gelisah. Giok hijau kaisar dengan ukuran dan kualitas sebagus ini tentunya sangat langka. Bahkan punya uang sekalipun, belum tentu bisa membeli barang sebagus ini. Ini adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan."Lima triliun!"Wanita misterius itu langsung menaikkan harga dengan tambahan satu triliun. Sebuah angka yang langsung membuat para bos lainnya pupus harapan. Wajah para bos di sekitarnya langsung berubah menjadi pucat karena menyadari mereka tidak akan mampu bersaing dengan nominal sebesar itu.Bahkan tuan rumah dari acara ini saja sudah turun tangan dan harga ini sudah jauh di luar jangkauan mereka. Mereka hanya bisa menyaksikan dengan hati yang perih saat giok hijau kaisar tersebut direbut di depan mata mereka.Akhirnya setelah melewati proses lelang yang sengit, wanita misterius itu berhasil memenangkan giok hijau kaisar yang baru saja ditemukan dengan harga lima triliun yang fantastis.Melihat wanita misterius it
Putro tidak bisa menerima kekalahannya dalam pertaruhan kali ini. "Sialan, kenapa bocah ini beruntung sekali bisa dapat giok hijau kaisar? Nggak bisa, Pak Sandy, bantu aku taruhan sekali lagi. Syaratnya boleh apa saja. Bantu aku sekali lagi."Putro tidak ingin kehilangan satu triliun itu dan Irene. Dia telah bertekad harus mendapatkan wanita cantik itu. Saat ini, tatapan Putro sangat intens. Matanya telah memerah bagaikan seorang penjudi yang telah bangkrut.Putro malah menggelengkan kepalanya dengan putus asa. "Nggak, nggak usah lagi. Aku bukan lawannya. Haeh, memang banyak orang berbakat di dunia ini. Sudah saatnya aku mengaku tua, nggak akan judi lagi."Pertaruhannya dengan Tirta telah menghancurkan semua kepercayaan diri Sandy. Tidak menyerah dan putus asa saja sudah dianggap cukup baik. Namun, kini Sandy mulai meragukan kemampuannya sendiri. Dengan kepala tertunduk, Sandy bersiap-siap untuk pergi.Putro mulai panik. Jika Sandy pergi, dia tidak akan punya kesempatan untuk membalikk
Kimmy tidak berharap kepada Azhar lagi. Dia memohon kepada Tirta hanya karena tidak ingin melihat Azhar mati dibunuh Tirta.Kurnia melihat Tirta sekilas, lalu menggeleng kepada Azhar dan menjelaskan, "Azhar, kamu nggak bisa menyinggung Pak Tirta. Jangankan merebut Kimmy darimu dan melumpuhkanmu, biarpun Pak Tirta membunuhmu di depanku, aku hanya bisa mengabaikannya."Tirta mengingatkan, "Kalau kamu mau hidup, sebaiknya kamu dengar saran Kimmy untuk minta maaf pada Pak Tirta."Nyawa Kurnia dan Kimmy dikendalikan oleh Tirta. Jadi, Kurnia tidak berani melawan Tirta. Berdasarkan ucapan Azhar tadi, Kurnia sudah cukup menghormati ayah dan kakek Azhar karena tidak langsung membunuh Azhar dan memutuskan hubungan dengannya.Hanya saja, Azhar tidak memahami tindakan Kurnia. Dia meninju tanah dan berkata dengan geram, "Apa? Kakek Kurnia, kamu itu temannya kakekku. Ayahku juga sangat menghormatimu!"Azhar meneruskan, "Sekte Aswad dan Sekte Delapan Cakrawala beraliansi. Sekarang kamu malah suruh ak
Selesai bicara, Azhar langsung mendorong Kimmy dengan kuat karena terbawa emosi. Alhasil, Kimmy jatuh ke tanah.Hanya saja, sebelum Azhar melancarkan serangan, Tirta sudah menendangnya hingga terpental. Kemudian, Tirta menghampiri Azhar dan mencekiknya seraya menegur, "Kamu bilang mau bunuh aku? Apa nyawa orang lain nggak berharga bagimu?"Tirta meneruskan, "Kamu mau melawanku dengan satu tangan? Apa anak dari pemimpin Sekte Aswad begitu hebat?"Tadi Tirta menggunakan Teknik Pengendali Angin sehingga dia bisa bergerak dengan cepat. Sebelum Azhar sempat merespons, Tirta sudah membuatnya tidak bisa berkutik.Kimmy segera bangkit, lalu berlutut kepada Tirta dan memelas, "Pak Tirta, tolong lepaskan dia. Aku mohon, dia nggak sengaja lawan kamu."Azhar yang dicekik Tirta kehilangan akal sehatnya saat melihat kekasihnya tunduk pada Tirta. Dia marah-marah, "Sialan! Aku dilahirkan dengan status yang tinggi. Aku juga pesilat kuno energi internal tahap puncak, nggak ada yang berani menyinggungku.
"Oke," sahut Tirta seraya mengangguk. Dia tidak bertanya lagi. Tirta menggunakan Janji Darah untuk mengendalikan nyawa Kurnia dan Kimmy, seharusnya Kimmy tidak berani berbohong.Tiba-tiba, Tirta mendengar suara orang asing yang membentaknya, "Hei, apa hubunganmu dengan Kimmy? Kenapa dia kelihatan takut padamu? Apa kamu melakukan hal yang keterlaluan padanya?"Azhar mencengkeram bahu Tirta dan memandangnya dengan ekspresi garang. Tirta merasa kesal saat melihat sikap Azhar yang buruk.Tirta memukul tangan Azhar dan membalas sambil mengernyit, "Memangnya apa hubungannya denganmu? Siapa kamu? Cepat minggir! Kalau nggak, jangan salahkan aku bertindak kejam!"Azhar sudah mencapai energi internal tahap puncak. Dia tidak menyangka Tirta masih baik-baik saja setelah dirinya mencengkeram bahu Tirta dengan kuat. Bahkan, Tirta bisa memukul tangan Azhar.Azhar juga tahu Tirta merupakan seorang pesilat kuno energi internal tahap puncak. Dia menanggapi, "Aku ini tunangannya Kimmy dan anak dari pemim
Sesudah Kurnia masuk ke hotel, Azhar bertanya kepada Kimmy, "Kimmy, sikap Kakek Kurnia sangat serius. Apa identitas orang yang kalian tunggu? Kamu bisa beri tahu aku?"Kimmy tidak berani melihat Azhar. Dia memandang ke tempat lain sambil menggigit bibirnya. Kimmy mendesah dan menyahut, "Kak Azhar, aku ... juga nggak tahu bagaimana caranya beri tahu kamu. Sebaiknya kamu jangan tanya lagi, ya?"Bagaimanapun, Kimmy tidak tahu bagaimana caranya memberi tahu Azhar bahwa dirinya dan Kurnia menjadi budak Tirta. Dia juga takut Azhar akan meremehkan dan mencampakkannya setelah mengetahui hal ini.Bahkan Kimmy takut Azhar yang marah akan membalas Tirta. Dia tahu Azhar tidak mungkin mampu melawan Tirta.Sebagai tunangan yang tulus menyukai Kimmy, Azhar tentu bisa merasakan sekarang Kimmy sangat terpuruk. Azhar mengernyit, dia mengira Kimmy ditindas.Azhar meraih tangan Kimmy dan bertanya dengan ekspresi khawatir, "Kimmy, sebenarnya apa yang terjadi? Apa kamu ditindas? Kamu harus bicara jujur pada
Bella merapikan rambutnya, lalu buru-buru keluar. Sementara itu, Tirta melihat jam. Sekarang hampir pukul 9 pagi. Masih ada 1 jam lagi sebelum turnamen bela diri dimulai.Tirta segera mandi dan memakai baju. Dia menggunakan alasan yang sama, yaitu membantu Mauri mengurus kasus. Setelah berpamitan dengan Ayu, Tirta keluar dari vila Keluarga Purnomo.Kemarin Tirta sudah berpesan kepada Yusril dan Chiko untuk melindungi Bella dan Ayu. Dengan begitu, Tirta bisa mengikuti turnamen bela diri dengan tenang.Kala ini, Yasmin juga berada di kamar Ayu. Dia mengusap matanya dan menguap. Yasmin bertanya kepada Ayu yang sedang melihat ke luar, "Bibi, apa semalam aku mimpi buruk?"Mendengar ucapan Yasmin, Ayu segera menutup pintu kamar. Jantungnya berdegup kencang. Dia menggigit bibir dan bertanya balik, "Nggak, Yasmin. Apa semalam kamu mendengar sesuatu?"Yasmin memandang Ayu dengan ekspresi polos sembari menjelaskan, "Iya, semalam aku dengar Bibi terus memanggil nama Kakak Guru waktu tidur. Kamu j
Di tengah tidurnya, Ayu merasakan sepasang tangan besar yang panas menjamah tubuhnya. Teknik tangan yang familier itu sontak membangunkannya, membuatnya terus menginginkannya."Tirta, Yasmin ada di sini ...." Karena gelap, Ayu tidak bisa melihat Tirta. Namun, dia bisa merasakan Tirta berada di atasnya.Suhu yang panas membuat napas Ayu memburu. Kedua tangannya memeluk Tirta, menyuruhnya berhenti dengan tidak berdaya.Ayu mengira Tirta tidak akan menginginkannya lagi karena telah melakukannya di siang hari. Siapa sangka, Tirta masih kemari malam-malam begini. Energinya sungguh tak ada habisnya!"Nggak apa-apa, Bi. Dia sudah tidur. Aku akan lebih pelan. Kamu sudah basah lho. Aku tahu kamu menginginkannya, biar aku memuaskanmu." Tirta terkekeh-kekeh, menjulurkan tangan untuk melepaskan pakaian Ayu.Meskipun gelap gulita, di mata Tirta, dia bisa melihat semuanya dengan jelas. Wajah Ayu merah, tatapannya tidak fokus. Wanita ini seperti terkena obat perangsang, membuat Tirta ingin sekali men
Mereka ingin menggali lebih banyak rahasia tentang dunia misterius dari para pesilat tersebut.Sementara itu, perempuan yang memimpin kelompok ini adalah seorang praktisi ilmu mistis yang paling dihormati di seluruh Negara Yumai, baik oleh pejabat tinggi maupun rakyat biasa.Dia adalah Yara dari Keluarga Gomies, seorang wanita dengan kedudukan tinggi yang mampu mengendalikan kekuatan roh!"Meskipun tubuhnya sudah mengalami kerusakan, kebenciannya sangat mendalam. Dia memang bahan yang sangat cocok untuk dijadikan boneka mayat. Kalian berdua bawa dia ke sini."Mendengar perkataan pria di belakangnya, Yara menyipitkan matanya yang panjang dan indah. Suaranya terdengar menggoda tanpa dibuat-buat sedikit pun."Baik, Master!" Segera, dua pria berbaju hitam maju, mengangkat tubuh Bryan dari dalam kolam, membawanya ke hadapan Yara.Yara berjongkok, mengamati tubuh Bryan tanpa merasa takut atau jijik sedikit pun. Sepertinya, dia sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini. Tanpa mendongak, d
"Karena Paman yang memintanya, mana mungkin aku berani menolak? Apa yang membuatmu gelisah? Mungkin kalau diceritakan, aku bisa membantu meringankan beban di hatimu."Saat ini, Bryan masih bergantung pada Kurnia karena dia masih membutuhkan bantuannya untuk kembali ke dunia misterius. Tentu saja, dia tidak berani menolak ajakan Kurnia.Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Kita bicara setelah keluar dari hotel. Di sini terlalu banyak orang, pasti nggak nyaman bicara di sini."Kurnia tidak berbasa-basi, hanya berbalik dan berjalan di depan untuk memimpin jalan. Bryan mengikuti Kurnia keluar dari hotel hingga sampai di kaki Gunung Tisatun, lalu berhenti di depan sebuah kolam dalam yang tak terlihat dasarnya."Paman, bukannya kamu menyuruh Kak Fasahat dan Kak Lior membelikan obat untukku? Tapi, kenapa dua hari ini aku nggak melihat mereka. Ke mana mereka?" tanya Bryan penasaran."Oh, dua bocah itu memang nggak berguna. Entah ke mana mereka pergi. Hari ini aku juga pergi mencari mereka,
"Memangnya apa yang bisa terjadi padaku, Bella? Jangan pikir yang aneh-aneh. Kamu sudah bekerja seharian. Pasti capek, 'kan? Mau aku pijat bahumu atau kakimu?"Merasa diperhatikan oleh Bella, Tirta tidak bisa menahan senyuman. Dia menarik Bella duduk di atas tempat tidur, menunjukkan sikap manisnya."Hah, seharian ke sana ke sini, bahkan makan pun nggak tenang. Menurutmu, aku capek nggak? Untung kamu masih punya hati, bisa peduli padaku. Pijatnya yang pelan ya. Aku takut kamu meremukkan bahuku." Bella bercanda sambil membalikkan badan membelakangi Tirta."Hehehe, tenang saja. Aku janji bakal pelan-pelan!" Tirta berlari ke kamar mandi untuk mencuci tangan, lalu segera kembali.Tangannya diletakkan di atas bahu Bella, lalu perlahan-lahan turun ke kerah bajunya. Merasakan kulitnya begitu lembut, Tirta langsung menyelinapkan tangannya masuk, memijat, meremas, dan menggoda dengan nakal.Bella sampai mengeluarkan erangan manja. "Mmmh ... dasar kamu ini! Aku sudah capek setengah mati, tapi ka