Share

Bab 0671

Penulis: Hazel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-09 18:00:00
Selain marah pada Resnu, hati Chandra juga diliputi kebencian pada Tirta. Bagaimanapun, Chandra adalah seorang gubernur. Di bawahnya ada lebih dari 70 juta penduduk. Dia jelas adalah pejabat tinggi.

Apalagi, kinerja Chandra sangat bagus selama beberapa tahun ini. Perkembangan ekonomi dari wilayah yang berada di bawah yurisdiksinya sangat pesat. Banyak perusahaan bermunculan. Rakyat hidup dengan damai.

Jelas, hasil ini menarik perhatian orang-orang di pemerintahan pusat. Jika Chandra terus bekerja keras, dia mungkin akan mendapat promosi besar dan menjadi tokoh teratas.

Lantas, bagaimana mungkin ada seseorang yang begitu tidak tahu diri dengan melukai putranya dan mengancam nyawa putranya? Jika tidak diberi pelajaran, bukankah orang-orang akan mengira dirinya mudah ditindas?

Setelah memutuskan untuk memberi Tirta pelajaran, Chandra menelepon Joshua. Joshua bertanya, "Pak Chandra, apa ada yang bisa kubantu? Kami pasti akan membantumu sebisa mungkin."

Joshua dan lainnya sangat yakin bahwa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 672

    Ketika Joshua dan lainnya sedang menunggu kedatangan Budi dan Amal, Tirta telah membawa Saba ke rumah barunya untuk beristirahat. Mereka tinggal menunggu obat dari Naura untuk mengobati Saba dan Bima.Banyak pengawal Saba yang ikut, tetapi mereka hanya menunggu di luar. Tirta mempersilakan mereka masuk, tetapi mereka menolak."Aku nggak nyangka. Kamu masih muda tapi keterampilan medismu jauh lebih hebat dari banyak orang. Bahkan, ilmu bela dirimu juga luar biasa. Panji dan Karta bukan lawanmu. Generasi muda jaman sekarang memang keren," puji Saba yang duduk di sofa sambil menatap Tirta dengan tersenyum.Saba memang sudah tua dan rambutnya beruban, tetapi matanya masih dipenuhi antusiasme. Semangatnya tidak pernah padam."Pujian Pak Saba sudah berlebihan. Ilmu medis ini diwariskan keluargaku. Aku belajar ilmu medis dari ayahku. Ngga bisa dibilang hebat. Kalau soal ilmu bela diri, sebenarnya aku nggak pernah belajar. Cuma kekuatanku saja yang besar," sahut Tirta sambil tersenyum.Kapan p

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 673

    "Haha. Kelak aku bakal menjadi murid ahli bela diri terhebat!" seru Bima. Dia merasa bangga dan terhormat mendengar orang-orang memuji Tirta."Kamu benar. Sekarang Tirta cuma perlu mempelajari teknik." Lutfi tertawa, lalu meneruskan, "Aku ingin tanya, apa kamu berniat mempelajari ilmu bela diri?""Aku punya buku yang mencatat banyak teknik bela diri dan pengalaman pribadi. Kalau tertarik, aku bisa memberikannya kepadamu. Kamu juga boleh tanya aku kalau ada yang nggak dipahami.""Tentu saja mau. Belajar ilmu bela diri bukan hal yang buruk. Aku bisa menambah wawasan. Terima kasih banyak." Tirta langsung menyetujui saat melihat Lutfi begitu murah hati padanya.Bagaimanapun, Tirta yang sekarang hanya menguasai teknik menekan titik akupunktur. Sisanya dia tidak bisa. Kelak kalau ada kesempatan, dia akan membalas kebaikan Lutfi."Oke, oke. Aku akan suruh orang ambilkan nanti," ucap Lutfi sambil tersenyum. Buku itu ada di ibu kota. Dia tidak membawanya bersamanya."Nggak ada kata terlambat un

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 674

    Agus dan Betari tentu tidak berani membantah. Mereka hanya bisa mengangguk dan menuruti pesan dokter. Untungnya, dokter tidak merepet panjang lebar."Sayang, lain kali jangan merayuku lagi. Dokter bilang kemaluanku bisa rusak kalau melakukannya berkali-kali ...," ucap Agus kepada Betari dengan wajah sedih."Sembarangan! Kapan aku merayumu? Kamu sendiri yang nggak bisa tahan dan terus minta lanjut. Sekarang kamu menyalahkanku? Dasar nggak tahu malu!" timpal Betari dengan kesal.Sekalipun pasangan ini tidak tahu malu, mereka tidak mungkin berani menyuruh Tirta mengobati. Makanya, Betari berbohong saat Nabila meneleponnya tadi.Agus merasa kesal. Dalam hatinya, dia bertekad akan mencari Tirta, menyuruhnya mengembangkan obat kuat yang bisa membuatnya sangat perkasa! Dia akan membuat Betari tidak bisa turun dari ranjang! Jika tidak, dia akan merasa dirinya sangat gagal!...."Tadi Bibi Betari bilang Paman Agus jatuh? Kenapa nggak suruh aku obati saja?" tanya Tirta sambil mengernyit setelah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 675

    Ketika melihat Saba tidak keberatan, Tirta meneruskan, "Ini Pak Saba, ini Nona Shinta."Naura sontak terbelalak kaget. Dia bertanya dengan tidak percaya, "Apa? Ini Pak Saba, pahlawan pendiri negara? Astaga! A ... aku nggak nyangka punya kehormatan bertemu Pak Saba di sini! Aku telepon ayahku suruh dia kemari!"Karena terlalu bersemangat, Naura sampai terbata-bata. Sebagai wali kota, ayahnya tentu harus menyambut kedatangan Saba. Jika tidak, ayahnya bisa dinilai lalai dalam bertugas.Pada saat yang sama, Naura benar-benar terkejut melihat Tirta hendak mengobati Saba. Bukankah artinya Tirta punya hubungan dengan Saba? Ini adalah peluang besar yang tidak bisa didapat orang biasa!Ketika melihat Naura panik, Saba melambaikan tangannya sambil terkekeh-kekeh. "Hehe. Sekarang aku bukan siapa-siapa lagi. Aku cuma orang tua biasa. Nggak usah suruh ayahmu datang.""Oh ... baik, Pak." Naura tentu tidak berani membantah perkataan Saba. Dia menenangkan diri dan mengiakan."Bu Naura, duduklah. Angga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 676

    Ketika mendengar Saba ingin mengangkat Tirta menjadi saudaranya, semua orang tercengang. Jika Saba serius dengan perkataannya, itu artinya status Tirta akan meningkat pesat!Lagi pula, di seluruh negeri, siapa yang pantas membuat Saba berbicara demikian? Kalaupun ada, orang itu tidak mungkin semuda Tirta.Bagaimanapun, selisih usia Saba dan Tirta setidaknya ada 80 tahun! Bukankah hal seperti ini sangat sulit untuk dipercaya?Namun, jika dipikir-pikir, sebenarnya tidak ada yang salah. Tirta telah memperjelas bahwa dirinya bukan hanya bisa memulihkan Saba, tetapi juga membuatnya hidup tujuh sampai delapan tahun lagi.Kekayaan dan kemuliaan sekalipun tidak bisa memberikan Saba waktu selama itu. Saba bisa memilikinya karena bertemu Tirta."Pak Saba, jangan bercanda. Aku cuma pemuda biasa. Mana pantas menjadi saudara angkatmu," timpal Tirta sambil mengangkat alis. Dia sendiri tidak percaya dengan ucapan Saba.Saat ini, Tirta sudah selesai menancapkan semua jarum peraknya. Dia sedang menggun

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 677

    Ketika mengatakan ini, Tirta tidak menyadari hubungan mereka akan bertambah rumit."Oke, sesuai yang dikatakan Kak Tirta saja. Kamu panggil Kakek kakak, aku juga panggil kamu kakak!" Tanpa memberi Saba kesempatan untuk menolak, Shinta langsung menyetujuinya. Hasil ini sesuai dengan keinginan Shinta."Hm ...." Saba merenung sejenak, lalu menggeleng dan menyahut, "Nggak bisa. Kalau begini, berarti kamu dan Kakek jadi segenerasi. Kamu harus panggil Tirta kakek!""Nggak mau! Aku nggak mau dengar omongan Kakek!" Shinta menjulurkan lidahnya dengan nakal."Tirta benaran menjadi adik angkat Pak Saba," gumam Nabila yang belum tersadar dari keterkejutan. Dia merasa senang untuk Tirta.Naura menatap Tirta dengan terkesima. Pemuda ini benar-benar tak tertandingi!"Kalian ngobrol dulu. Aku mau masak obat. Setelah minum obat, kondisimu bakal makin baik," ujar Tirta tersenyum. Kemudian, dia mengambil bahan obat di meja dan menuju ke dapur."Guru, tunggu. Aku punya permintaan. Apa kamu bisa mengajarik

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 678

    "Aku sudah pikirin cara untuk memberi Mauri pelajaran. Tenang saja, Pak Joshua. Tunggu kabar baikku saja." Amal terkekeh-kekeh. Kemudian, dia langsung membawa bawahannya ke kantor polisi.Pada saat yang sama, Joshua mendapat pesan dari Budi. "Haha. Pak Budi bakal tiba 30 menit lagi. Suruh orang cari tahu di mana lokasi Tirta dan Saad sekarang."Toby segera menginstruksi bawahannya, "Kenapa diam saja? Cepat cari tahu lokasi mereka."....Dalam waktu kurang dari setengah jam, Amal membawa orang-orangnya menerobos masuk ke lobi kantor polisi.Faktanya, Mauri sudah menduga Amal akan datang. Itu sebabnya, dia tidak terlalu terkejut melihat kedatangan Amal. Hanya saja, dia terlihat agak kesal.Sementara itu, para petugas polisi merasa gelisah. Mereka merasa Mauri akan rugi besar karena menyinggung Amal demi Tirta. Bahkan, karier Mauri akan terancam!Saat ini, Susanti sedang berpatroli sehingga tidak berada di kantor polisi. Mauri juga tidak mengabari apa pun."Pak Mauri, sombong sekali kamu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 679

    "Dalam waktu tiga tahun, aku sudah menyelesaikan 24 kasus dan menangkap pelakunya. Aku juga sudah mendapat petunjuk dari ketiga kasus yang disebutkan tadi. Asalkan memberiku sedikit waktu, aku pasti bisa menyelesaikannya juga," jelas Mauri."Benar! Kami semua bisa bersaksi untuk Pak Mauri! Asalkan memberi kami waktu, semua kasus itu bakal selesai!" Polisi di belakang Mauri turut bersuara.Setelah mendengar ucapan Mauri, bukan hanya para polisi yang mendukung Mauri, tetapi beberapa bawahan yang dibawa Amal juga merasa kagum padanya.Mereka tanpa sadar memuji Mauri, "Pak Mauri benar-benar polisi baik. Bukan cuma sikapnya yang patut dipuji, tapi kinerjanya juga luar biasa."Begitu mendengarnya, Amal sontak berang dan memaki, "Sialan! Tutup mulut kalian! Aku atau dia yang atasan kalian? Kalian tahu apa tugas kalian? Dasar nggak tahu terima kasih! Kalian mau dipecat ya?"Bagaimana mungkin Amal bisa menerima bawahannya memuji Mauri? Bukankah itu berarti mereka menghinanya tidak bisa membedak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 879

    Aiko mendongak sambil menatap Tirta dengan penuh cinta. Ketika melihat bibir ranum yang menggoda itu, hati Tirta pun bergetar.Tirta sontak merangkul Aiko dan hendak menciumnya. Namun, Naura yang berdiri di samping buru-buru menghentikan, "Hei, kalian jangan keterlaluan! Kalau mau mesra-mesraan, tunggu setelah Pak Mauri pergi. Aku nggak mau jadi nyamuk di sini!"Entah mengapa, ketika mengatakan ini, hati Naura terasa agak getir.Aiko tidak seperti Tirta yang begitu tidak tahu malu. Dia melirik para polisi wanita itu, lalu mendorong Tirta dengan agak kecewa sekaligus manja. "Sudahlah, ada banyak orang di sini. Kalau kamu punya waktu, kita ke vila Naura saja nanti."Untungnya, ada mobil yang menghalangi mereka. Para polisi wanita itu pun tidak bisa melihat apa yang dilakukan Tirta dan Aiko."Tentu saja aku punya waktu," timpal Tirta setelah berpikir sesaat. "Setelah mengantar Pak Mauri, kita sama-sama ke sana. Tapi, sore nanti cucu Pak Saba punya urusan denganku. Aku harus pulang sore na

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 878

    Tirta tidak menyangka para polisi wanita ini akan begitu berani. Mereka bahkan menyindirnya."Hehe. Aku pria baik-baik. Aku nggak ngerti apa yang kalian katakan. Kalau sampai Bu Susanti dengar, kalian bakal dihajar lho! Hati-hati!" ancam Tirta sambil bercanda."Tenang saja. Kami cuma menggodamu karena kamu masih muda.""Kami tahu batasan kok. Kami nggak bakal menyebarkan hal seperti ini kepada orang lain."Para polisi wanita itu tertawa makin gembira. Tatapan mereka saat menatap Tirta pun seperti menatap adik sendiri.Tirta sampai merinding ditatap mereka. Dia curiga apakah wanita-wanita ini juga punya mata tembus pandang? Pada akhirnya, dia beralasan harus menelepon Mauri. Kemudian, dia menunggu di mobil.Tidak berselang lama, sebuah mobil mewah berhenti di depan kantor polisi. Begitu pintu dibuka, terlihat dua orang wanita bertubuh tinggi dan ramping berjalan turun.Yang berdiri di sebelah kiri memakai terusan ketat berwarna hijau muda. Tubuhnya yang seksi itu terlihat sangat sempurn

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 877

    Arum menggigit bibirnya dan mengerlingkan matanya dengan agak kesal."Cih! Aku rasa Bu Yanti punya maksud lain denganmu! Kamu cantik, putih. Kalau dia nggak menyukaimu, mana mungkin setiap hari mencarimu!""Makin kamu melindunginya, makin aku merasa kalian punya hubungan istimewa! Lihat saja kakimu saat jalan. Sini kuperiksa, jangan-jangan kalian melakukan sesuatu yang tak senonoh semalam!" Melati bicara panjang lebar. Usai berbicara, dia mendekati Arum untuk menggodanya."Kak, jangan sembarangan! Kalau nggak, aku nggak bakal sungkan-sungkan lagi ya!" Arum tidak berani membiarkan Melati memeriksanya. Dia buru-buru melindungi diri.Setelah bercanda beberapa saat, Arum berhasil melindungi rahasianya. Selain itu, Melati memberitahunya apa yang terjadi pada Yanti kemarin."Rupanya Bu Yanti nggak sengaja terjatuh dan bajunya robek. Pantas saja, bagian bawah tubuhnya nggak apa-apa. Dia juga pakai baju Tirta. Sepertinya aku berpikir terlalu jauh ....""Sepertinya aku harus mencari kesempatan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 876

    "Arum, kenapa tiba-tiba diam? Pikirin apa?" tanya Yanti sambil menggoyangkan tangannya di depan Arum saat melihat Arum bengong."Oh, bukan apa-apa. Aku harus pulang ke klinik untuk masak. Kalau kamu malas masak, datang saja ke klinik untuk makan," sahut Arum yang tersadar dari lamunannya. Dia turun dari ranjang dan merapikan diri."Langit baru terang lho. Sepertinya kamu nggak tidur nyenyak karena tidur seranjang denganku. Otakmu jadi lemot," ujar Yanti yang merasa bersalah. "Aku nggak pergi ke klinik deh. Nanti aku masak yang simpel saja. Tapi, kalau kamu punya waktu setelah makan, temani aku ke kota untuk beli anjing. Aku mau beli dua.""Kalau nggak punya waktu, ya sudah. Kasih tahu saja aku tempatnya. Aku pergi sendiri nanti. Kamu juga nggak usah sempit-sempitan denganku lagi malam ini.""Bu, seharusnya aku punya waktu. Aku balik ke klinik dulu untuk masak. Setelah itu, aku baru kemari," sahut Arum sambil mengangguk setelah berpikir sejenak. Setelah semuanya beres, dia pun meninggal

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 875

    "Nggak bisa, aku nggak boleh terus mengintip .... Ini nggak bermoral. Aku harus berpura-pura nggak tahu apa-apa dan tidur. Kalau nggak bisa tidur, tetap harus coba!" ucap Farida. Dia merasakan detak jantungnya makin cepat.Farida memaksakan diri untuk menarik pandangan dari vila. Tubuhnya terasa kaku saat dia berbaring di kursi mobil yang sudah disandarkan sepenuhnya.Farida mencoba memejamkan mata dan berharap bisa tertidur. Namun sayangnya, mobilnya diparkir tepat di dekat gerbang vila. Itu hanya sekitar 20 meter dari tempat Tirta dan Susanti bersenang-senang.Di malam yang sunyi senyap, suara apa pun terdengar makin jelas. Saat mereka makin intens, Farida tak lagi mampu menenangkan pikirannya. Dia terus berganti posisi di tempat duduknya, tapi justru makin merasa gelisah.Farida tidak tahu dari mana kegelisahan ini berasal atau kapan perasaan ini akan mereda. Bahkan setelah Tirta dan Susanti meninggalkan vila untuk kembali ke klinik, kegelisahan itu tetap ada.Hingga sekitar pukul 3

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 874

    Di dalam mobil, Farida memandang dengan tatapan penuh arti. Dia berkomentar, "Tirta baru saja satu lawan dua. Sekarang tengah malam begini, masih saja nggak berhenti? Sebenarnya seberapa suka dia melakukan itu dengan wanita?"Saat melihat Tirta dan wanita itu masuk ke vila, napasnya sedikit tidak beraturan. Kemudian dengan sedikit kebingungan, dia bergumam pada dirinya sendiri, "Tapi ... wanita yang dia gendong kali ini, kenapa aku nggak pernah lihat ya sebelumnya?"Meskipun ini adalah kedua kalinya Farida memergoki Tirta malam itu, kali ini karena dia tidak menyalakan mobil dan Tirta sepenuhnya fokus pada Susanti, dia tidak menyadari keberadaan Farida.Saat memasuki vila, Tirta menyadari bahwa bagian dalam vila masih dalam proses renovasi. Barang-barang berantakan di mana-mana sehingga dia langsung mengurungkan niat untuk melanjutkan rencana awalnya di dalam vila."Susanti, tempat ini belum beres. Nggak ada tempat yang nyaman untuk duduk atau tiduran. Lagian, sekarang sudah hampir ten

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 873

    "Susanti, kalau benar-benar nggak sanggup lagi, kenapa nggak berhenti jadi polisi saja? Aku punya begitu banyak uang. Sebagian saja sudah cukup untuk kamu hidup dengan nyaman," ucap Tirta sambil menghela napas."Uangmu ya uangmu. Kalau kamu kasih ke aku, aku juga nggak bakal menerimanya. Lagian masa cuma karena punya uang, aku jadi nggak melakukan apa-apa? Aku nggak bisa diam saja. Selain itu, aku cukup suka pekerjaan sebagai polisi," jawab Susanti tegas tanpa ragu.Susanti melanjutkan, "Kalau nanti aku sudah nggak mau jadi polisi lagi, barulah aku pertimbangkan untuk jadi pajangan di rumah seperti yang kamu bilang.""Aku cuma nggak mau melihat kamu terlalu lelah. Tapi kalau memang kamu ingin terus jadi polisi, ya lanjutkan dulu," ucap Tirta.Sambil mengemudi, Tirta terus mengobrol dengan Susanti. Tak sampai setengah jam kemudian, dia sampai di depan kantor polisi. Pada jam seperti ini, kebanyakan polisi sudah pulang. Hanya tersisa beberapa orang yang bertugas untuk jaga malam.Susanti

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 872

    "Jangan cuma bilang kami nggak kuat. Kamu nggak sadar apa penyebabnya? Kamu terus berkembang, siapa pun juga nggak bakal tahan menghadapi kamu!" Suara Melati terdengar dari dalam kamar mandi, entah sedang mengeluh atau merasa puas.Tirta membalas, "Hehe. Aku sendiri juga nggak ngerti kenapa bisa begini. Bibi, Kak Melati, kalau kalian benar-benar sudah nggak kuat lagi ya sudah. Kita lanjutkan lain kali kalau kalian sudah pulih.""Aku mau ganti baju dulu. Bajuku sudah basah. Setelah itu, aku langsung pergi ke kantor polisi buat jemput Susanti. Kalian istirahat saja, nggak perlu tunggu aku pulang," tambah Tirta. Kemudian, Tirta membuka pintu kamar mandi dengan cepat, menutupnya lagi dari luar, dan berlari ke dalam ruangan klinik. Dia sama sekali tidak menyangka ada seseorang yang sedang mengintipnya dari luar. Kalau tahu, dia pasti tidak akan keluar seenaknya."Astaga ... apa aku nggak salah lihat? Mana mungkin ...," ucap Farida. Sebelum Tirta keluar, dia buru-buru bersembunyi di balik d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 871

    Ayu mengingatkan dengan suara lemah tapi tegas, "Satu jam saja ya. Setelah itu apa pun kondisimu, kamu nggak boleh ganggu kami lagi!"Tirta membalas, "Hehehe. Tenang saja, Bibi. Apa pun kondisiku, aku pasti akan bikin kalian puas kok!"Dengan sekali gerakan, Tirta memelesat masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu kayu itu rapat-rapat. Bagaimanapun, malam ini dia masih punya janji dengan Susanti. Namun sebelumnya, dia memutuskan untuk bersenang-senang bersama Ayu dan Melati dulu.....Tirta sedang asyik bersenang-senang di kamar mandi bersama Ayu dan Melati. Tubuh mereka makin erat dan begitu intens hingga sulit dipisahkan.Dalam kegelapan malam di luar, sesosok tubuh ramping terlihat mendekati klinik dengan bantuan cahaya redup dari layar ponsel. Namun saat melewati kamar mandi, suara-suara aneh terdengar dari dalam. Suara itu membuat langkahnya terhenti."Itu suara Ayu, Melati ... dan Tirta? Astaga ...." Orang itu ternyata adalah Farida. Dia baru saja lembur untuk mempercepat pro

DMCA.com Protection Status