Paula tidak dikelilingi oleh orang-orang yang penasaran. Beberapa orang yang pulang lebih larut melihat ke arahnya dengan penasaran. Namun, mereka segera mengalihkan pandangan karena ditatap dingin oleh Darwin.Begitu sampai di kantor, Darwin langsung fokus dengan pekerjaannya. Dia hanya memberi tahu Paula, "Ruang istirahatnya ada di sana."Dengan mengikuti arah tunjuk Darwin, Paula mendapati sebuah pintu hitam. Hanya saja, diperlukan kata sandi untuk masuk ke dalam sana.Paula mendongak ke arahnya. Pria itu sepertinya sedang mengadakan konferensi video dan terlihat sangat serius. Sementara di luar, ada orang yang membawa berkas menuju kantornya.Paula langsung panik. Darwin memintanya masuk ke ruang istirahat mungkin karena tidak ingin terlalu banyak orang tahu tentang keberadaannya. Itu sebabnya, dia harus segera masuk. Hanya saja, apa kata sandi pintunya? Mungkin dia bisa mencoba tanggal ulang tahun Darwin.Paula pun memasukkan ulang tahun Darwin dan pintu segera terbuka. Ketika dia
Paula berdiri di depan Darwin dengan wajah memerah. Dia sama sekali tidak berani mengangkat kepalanya untuk melihat pria itu.Hanya saja, Darwin memaksa dia untuk menjawab. Pria itu mendekatinya selangkah demi selangkah hingga mendesaknya ke sudut dinding. Kini, tidak ada tempat bagi Paula untuk mundur lagi. Dengan satu tangan menopang dinding, Darwin menahannya di sana. Pria itu menunduk dengan dingin dan mengulangi pertanyaan dengan tegas, "Hmm? Kamu menganggapku siapa?"Paula merasa seolah-olah jika dia berani menyebut nama orang lain, dia akan langsung dihabisi. Dia pun menjawab dengan suara pelan, "Tadi aku habis mimpi, jadi nggak sadar."Darwin malah mendengus dingin, lalu bertanya lagi, "Mimpi apa? Coba ceritakan."Wajah Paula makin memerah. Mungkin karena ruangan ini penuh dengan bau Darwin, dia pun bermimpi tentang sesuatu yang memalukan barusan. Pria dalam mimpinya memang tidak terlalu jelas, tetapi dia tahu bahwa itu adalah Darwin.Di dalam mimpi, mereka adalah pasangan suam
Paula mengangguk, "Aku mengerti."Sejak hari itu, keduanya seakan-akan benar-benar membatasi interaksi satu sama lain.Meskipun atas permintaan Terry, Darwin harus pulang setiap hari untuk makan malam bersama keluarga, mereka tidak lagi memiliki interaksi apa pun selain bertemu di meja makan. Bahkan saat makan malam bersama, tidak peduli seberapa kerasnya usaha Terry untuk memediasi, Darwin tidak pernah lagi mengucapkan sepatah kata pun kepada Paula.Secara perlahan, Paula juga meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak lagi memperhatikan Darwin. Hubungan yang tidak begitu dalam itu, kini telah diputuskan oleh keduanya."Nona Paula, penyelidikan menunjukkan bahwa ibu Anda memang mengidap penyakit kanker hati dan saat ini sedang dirawat di ICU." Wilson membawakan hasil laporan penyelidikan yang diperintahkan Paula sebelumnya.Suasana hati Paula sangat rumit. Dua hari belakangan ini dia menerima banyak sekali pesan dari Yuni sekeluarga. Semua orang mendesaknya untuk prig menjenguk Yuni untuk
Kamil dan Avan tampak panik, tapi kemudian langsung menenangkan diri dan menjawab, "Apanya yang mau buat pingsan? Kami nggak mengerti apa maksudmu! Kalau kamu takut kami memaksamu membayar biaya pengobatan, kamu bisa saja nggak usah datang lagi. Nggak usah fitnah kami seperti itu!""Fitnah atau bukan, aku tinggal suruh orang untuk memeriksa kandungan gelas itu saja." Paula menatap pengawal di sampingnya dan pengawal itu langsung memungut pecahan gelas di lantai. Wajah Kamil langsung tampak cemas dan terus melihat ke luar kamar.Apa yang sedang ditunggunya? Jangan-jangan, Aurel masih punya rencana lainnya? Paula merasa sangat tidak tenang, dia langsung berkata pada Kamil, "Aku akan datang lagi setelah hasil pemeriksaan keluar.""Nggak boleh, kamu nggak boleh pergi!" teriak Avan yang ingin menarik tangan Paula, tapi langsung disingkirkan oleh pengawal.Paula benar-benar frustrasi, mereka pasti telah merencanakan sesuatu sebelum memancing Paula datang ke sini."Ayo pergi." Paula membawa s
Sekelompok wanita dari desa itu mendorong Paula keluar hingga Paula tidak bisa bergerak sama sekali. Para pengawal Paula juga tidak bisa melepaskan diri karena menghadapi pemuda dari desa itu. Mereka hanya bisa menyaksikan Paula dibawa keluar dari kamar pasien."Tolong! Tolong aku!" teriak Paula ke luar kamar pasien.Namun, para wanita desa itu berbondong-bondong berseru, "Nak, kami sudah membelikanmu mobil dan rumah. Sekarang ini masih ada dua anak yang sedang menunggumu di rumah. Kamu nggak boleh sekejam itu lari dengan pria lain! Kalau kamu melarikan diri, anak dan cucuku nggak bisa hidup lagi!"Beberapa orang yang lewat awalnya merasa iba terhadap Paula, tetapi mereka langsung berbalik dan pura-pura tidak melihatnya setelah mendengar perkataan ini. Untungnya, ada salah satu pengawal yang berhasil kabur dari perkelahian itu. Dia langsung menyerbu ke arah para wanita desa dan mengadang di depan Paula.Semua wanita Keluarga Wongso langsung melemparkan fitnah pada pengawal ini, seolah-
Alasan Paula datang hari ini adalah untuk melihat apakah Yuni benar-benar telah menyesali perbuatannya. Jika Yuni benar-benar sudah bertobat, dia tidak keberatan untuk memulai kembali hubungan mereka. Selain itu, Paula juga ingin memastikan apakah kedua orang ini memang benar-benar orang tua kandungnya.Selama beberapa waktu ini, Paula terus menatap fotonya dan Yuni sekeluarga. Namun, dia sama sekali tidak bisa melihat persamaan apa pun dari tampang mereka. Lantaran keputusan yang diambilnya kali ini sangat berisiko, Paula telah menghubungi perusahaan pengawal sebelumnya. Dia meminta gajinya lebih awal dan mempekerjakan belasan tentara veteran untuk melindunginya.Kalaupun Darwin tidak datang tadi, Paula akan menyuruh tentara bayarannya ini untuk datang menolongnya. Hanya saja, Paula benar-benar tidak menyangka Keluarga Wongso akan membawa orang sebanyak ini."Pegangan yang kuat!" Darwin mengeratkan pelukan di pinggangnya dan membuat Paula tersadar kembali. Dia melihat Darwin menendang
Paula tersenyum tipis dan berkata, "Aku nggak akan menempatkan diriku dalam bahaya lagi kelak.""Haeh!" Terry menghela napas berat melihat Paula yang tidak mendengar nasihatnya. Setelah kembali ke kamarnya, Paula membuka ponselnya dan melihat Harry telah mengirimkan banyak sekali pesan padanya.[ Apa yang terjadi padamu? Kamu di mana? Aku susul ya? ][ Kenapa nggak balas pesanku? ][ Kamu nggak apa-apa, 'kan? Kalau nggak balas pesanku lagi, aku lapor polisi ya! ]....Paula baru menyadari bahwa Harry adalah orang terakhir yang dihubunginya sebelum berangkat ke rumah sakit tadi. Dalam kondisi panik, Paula menekan nomor teleponnya dengan asal-asalan. Sebelum Paula sempat membalas pesannya, Harry telah meneleponnya terlebih dahulu."Kamu baik-baik saja? Tadinya aku mau mencarimu di rumah sakit, tapi aku ketemu Pak Darwin saat di pintu depan rumah sakit. Dia menyuruh orang untuk mengepung seluruh tempat itu dan tidak membiarkan seorang pun masuk atau keluar dari sana. Sungguh menakutkan. A
"Yuk, Kakek bawa kamu untuk lihat sesuatu yang menarik," ajak Terry sambil menarik tangan Rhea.Rhea berbalik dan berkata sambil tersenyum, "Paula, yuk ikutan!"Paula menggelengkan kepalanya. "Aku istirahat dulu di kamar, kamu pergi saja sama Kakek." Paula bisa melihat bahwa Terry ingin mengatakan sesuatu pada Rhea. Jadi, dia tidak ingin merusak kebersamaan kedua orang itu."Baiklah, kalau begitu kamu tunggu aku kembali. Aku akan tunjukkan foto kakakku." Rhea mengedipkan matanya pada Paula, lalu pergi mengikuti Terry.Paula akhirnya merasa lega. Kepala pelayan yang selalu melayani Terry, hanya berdiri di tempatnya sambil tersenyum lembut kepada Paula, "Kepribadian Nona Rhea memang blak-blakan dan sangat polos. Kalau dia sampai tahu hubunganmu dengan Pak Darwin, kemungkinan besar dia bakal buat keributan. Karena itulah, Tuan Terry selalu merahasiakannya.""Aku mengerti," jawab Paula sambil mengangguk. Dinilai dari sifat Rhea, kemungkinan besar dia akan menyuruh Darwin untuk menikahi Pau
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang