Alasan Paula datang hari ini adalah untuk melihat apakah Yuni benar-benar telah menyesali perbuatannya. Jika Yuni benar-benar sudah bertobat, dia tidak keberatan untuk memulai kembali hubungan mereka. Selain itu, Paula juga ingin memastikan apakah kedua orang ini memang benar-benar orang tua kandungnya.Selama beberapa waktu ini, Paula terus menatap fotonya dan Yuni sekeluarga. Namun, dia sama sekali tidak bisa melihat persamaan apa pun dari tampang mereka. Lantaran keputusan yang diambilnya kali ini sangat berisiko, Paula telah menghubungi perusahaan pengawal sebelumnya. Dia meminta gajinya lebih awal dan mempekerjakan belasan tentara veteran untuk melindunginya.Kalaupun Darwin tidak datang tadi, Paula akan menyuruh tentara bayarannya ini untuk datang menolongnya. Hanya saja, Paula benar-benar tidak menyangka Keluarga Wongso akan membawa orang sebanyak ini."Pegangan yang kuat!" Darwin mengeratkan pelukan di pinggangnya dan membuat Paula tersadar kembali. Dia melihat Darwin menendang
Paula tersenyum tipis dan berkata, "Aku nggak akan menempatkan diriku dalam bahaya lagi kelak.""Haeh!" Terry menghela napas berat melihat Paula yang tidak mendengar nasihatnya. Setelah kembali ke kamarnya, Paula membuka ponselnya dan melihat Harry telah mengirimkan banyak sekali pesan padanya.[ Apa yang terjadi padamu? Kamu di mana? Aku susul ya? ][ Kenapa nggak balas pesanku? ][ Kamu nggak apa-apa, 'kan? Kalau nggak balas pesanku lagi, aku lapor polisi ya! ]....Paula baru menyadari bahwa Harry adalah orang terakhir yang dihubunginya sebelum berangkat ke rumah sakit tadi. Dalam kondisi panik, Paula menekan nomor teleponnya dengan asal-asalan. Sebelum Paula sempat membalas pesannya, Harry telah meneleponnya terlebih dahulu."Kamu baik-baik saja? Tadinya aku mau mencarimu di rumah sakit, tapi aku ketemu Pak Darwin saat di pintu depan rumah sakit. Dia menyuruh orang untuk mengepung seluruh tempat itu dan tidak membiarkan seorang pun masuk atau keluar dari sana. Sungguh menakutkan. A
"Yuk, Kakek bawa kamu untuk lihat sesuatu yang menarik," ajak Terry sambil menarik tangan Rhea.Rhea berbalik dan berkata sambil tersenyum, "Paula, yuk ikutan!"Paula menggelengkan kepalanya. "Aku istirahat dulu di kamar, kamu pergi saja sama Kakek." Paula bisa melihat bahwa Terry ingin mengatakan sesuatu pada Rhea. Jadi, dia tidak ingin merusak kebersamaan kedua orang itu."Baiklah, kalau begitu kamu tunggu aku kembali. Aku akan tunjukkan foto kakakku." Rhea mengedipkan matanya pada Paula, lalu pergi mengikuti Terry.Paula akhirnya merasa lega. Kepala pelayan yang selalu melayani Terry, hanya berdiri di tempatnya sambil tersenyum lembut kepada Paula, "Kepribadian Nona Rhea memang blak-blakan dan sangat polos. Kalau dia sampai tahu hubunganmu dengan Pak Darwin, kemungkinan besar dia bakal buat keributan. Karena itulah, Tuan Terry selalu merahasiakannya.""Aku mengerti," jawab Paula sambil mengangguk. Dinilai dari sifat Rhea, kemungkinan besar dia akan menyuruh Darwin untuk menikahi Pau
Paula menundukkan kepalanya tanpa merespons. Rhea terus melanjutkan ucapannya, "Mungkin saja Nona Keluarga Fonda, dia sudah dijodohkan dengan Paman sedari kecil. Dia memang ditakdirkan akan menikah ke Keluarga Sasongko ini. Kamu tahu nggak, dia ...."Dada Paula terasa sesak, dia benar-benar tidak ingin mendengar tentang tunangan Darwin. Seketika, Paula langsung berdiri. Rhea yang baru menyadari ekspresi Paula yang buruk, langsung bertanya dengan perhatian, "Kamu kenapa? Kenapa wajahmu sepucat itu?"Paula menggelengkan kepalanya, "Mungkin karena terlalu lelah, nggak apa-apa kok.""Maaf ya, Kakek langsung saja membawamu ke sini tanpa aba-aba sama sekali. Kamu sudah kerja seharian, pasti sudah sangat lelah, 'kan?" Rhea mengeluarkan sebuah gelang giok dan memakaikannya ke pergelangan tangan Paula.Paula terkejut dan buru-buru melepas gelang itu. Untung saja tangannya lebih ramping daripada Rhea, sehingga dia bisa melepas gelang itu dengan mudah."Ini adalah doa dari Kakek untukmu. Nggak bo
[ Ah, aku hampir saja lupa! Kakakku nggak mengizinkanku menunjukkan fotonya, jadi aku nggak jadi tunjukkan padamu semalam. Setelah dia pulang nanti, akan kutunjukkan orangnya langsung padamu. Kujamin kamu pasti akan puas! Aku nggak bisa membayangkan, betapa senangnya nanti kalau kamu benar-benar jadi kakak iparku! ]Setelah itu, Rhea mengirimkan beberapa emotikon lagi kepada Paula.[ Dandan yang bagus, kamu harus jadi pemeran utama yang paling bahagia hari ini. ]Paula membalas pesannya dengan beberapa emotikan tak berdaya.Setelah menyantap sarapan, Paula bertemu dengan pengawal yang selama ini menjaganya di kediaman Sasongko, yaitu Winelli. "Kalau Richie dan Aurel hadir nanti, mohon bantuanmu untuk mengawasi mereka. Jangan sampai mereka menimbulkan masalah.""Tenang saja, Pak Darwin sudah mengatur semuanya. Tapi hari ini aku harus terus berada di sisimu," jawab Winelli tanpa menyetujui permintaan Paula.Ekspresi Paula tampak rumit, "Dia yang bilang sendiri?"Winelli mengangguk, "Ya,
Alasannya mungkin adalah karena "Keluarga Fonda" ini. Paula menarik kembali pandangannya dan teringat bahwa Rhea pernah mengatakan, tunangan Darwin juga bermarga Fonda. Pelayan tua ini menekankan pada Paula untuk terus mengikuti Rhea, mungkin karena takut masalah kehamilannya akan terbongkar dan merusak hubungan pernikahan Darwin dengan Keluarga Fonda."Tenang saja, aku sudah mengerti," jawab Paula sambil tersenyum hangat pada pelayan tua itu. Pelayan tua itu tampak menghela napas lega, lalu buru-buru berjalan ke depan.Paula meredam perasaan aneh di dalam hatinya dan membiarkan para penata rias bekerja di wajahnya. Saat akhirnya hendak berganti pakaian, Paula melihat bahwa gaun yang dipersiapkan ini bahkan lebih mewah daripada yang telah rusak sebelumnya. Seketika, dia merasa agak enggan.Pakaian ini terlalu mahal. Dia tidak akan bisa ganti rugi kalau sampai rusak."Nona Paula, cepat pakai gaunnya. Kami nggak bisa membayangkan seberapa cantiknya kamu kalau memakai gaun ini," desak pen
"Kenapa? Sudah kangen ya?" tanya Richie sambil mengangkat dagu Aurel. Dia menyadari bahwa Aurel benar-benar sangat menggoda dan mampu membuatnya tergila-gila. Sebelumnya, Richie masih merasa sangat jengkel hingga ingin membunuhnya. Namun setelah digoda beberapa kali oleh Aurel, Richie jadi melupakan kekesalannya sebelumnya."Kak Richie, kamu tahu nggak seberapa cintanya aku padamu?" Aurel tersenyum manis. Setiap gerakannya membuat Richie begitu tergoda. Tak lama kemudian, mereka berdua berakhir di atas tempat tidur.Setelah berhubungan intim, Aurel mendekap di dada Richie dan bertanya, "Kamu mau bawa aku ke pesta Keluarga Sasongko nggak?""Kakek bahkan nggak mau membawaku, apalagi kamu." Richie menyalakan sebatang rokok, lalu mengisapnya dengan kesal. Tentu saja dia tidak mau jadi pengiring untuk Tuan Muda Keluarga Sasongko."Kita bisa pergi diam-diam, 'kan? Bukannya kamu paling benci sama tuan muda keluarga itu? Kita bisa mempermalukannya hari ini," ujar Aurel sambil meraba-raba dada
"Ya, Nona Paula sangat cantik hari ini. Dia seharusnya akan keluar sebentar lagi," sahut penata rias itu."Oke." Rhea memberi isyarat tangan, lalu segera menghubungi seseorang, "Kak, kamu di mana? Aku sudah menunggumu sejak tadi."Suara orang di ujung telepon terdengar agak terengah-engah, tetapi tetap lembut. "Aku sudah masuk ke taman, tunggu sebentar lagi.""Cepat sedikit. Kalau terlambat, kamu bakal jomblo seumur hidup!" seru Rhea yang mendengus sinis."Jangan sembarangan bicara. Aku bertemu Paman Darwin di depan. Hebat juga kamu. Cuma ulang tahun, tapi seluruh keluarga datang untukmu," sahut Nicho. Dia ingin bertanya kepada Rhea apakah ingin mengobrol dengan Darwin, tetapi malah mendapati wajah Darwin tiba-tiba menjadi dingin. Apa yang terjadi? Padahal, Darwin terlihat baik-baik saja tadi.Nicho mengakhiri panggilan, lalu bertanya, "Paman, hari ini ulang tahun Rhea. Kalau wajahmu masam begitu, dia pasti bakal merepet.""Kamu masih ingat hari ulang tahunnya? Kukira kamu datang untuk