Saat Paula sedang asyik membaca komentar warganet, tiba-tiba dia menerima sebuah telepon dari nomor asing. Paula mengernyit sekilas, lalu memutuskan untuk menjawab telepon itu."Paula, ini Ibu. Ibu rindu padamu. Pulang untuk kunjungi Ibu ya?" Ternyata ibu angkatnya, Erlin, yang meneleponnya."Aku sudah putus hubungan dengan Keluarga Ignasius," jawab Paula dengan tenang.Ucapan itu dituturkan dengan napas yang agak berat, tetapi kemudian ditahan, lalu dilanjutkan dengan suara lembut, "Sebelumnya ayahmu hanya terlalu kesal, kenapa kamu malah menganggapnya serius? Kita sudah jadi sekeluarga selama 20-an tahun, perasaan ini nggak bisa dipungkiri. Kamu pulang untuk jenguk Ibu ya?""Tapi, Ibu sudah menemukan putri kandungmu sendiri, aku malah masih nggak tahu di mana orang tua kandungku. Kadang-kadang aku juga merindukan mereka ....""Kamu nggak punya orang tua kandung, kamu itu di ...." Ucapannya terhenti tiba-tiba, jelas sekali ada yang memaksanya untuk diam. Hati Paula langsung tersentak,
"Kamu berani menyentuhnya? Kamu sudah bosan hidup, ya?" pekik Paula dengan emosional."Berkat Keluarga Sasongko, Ayah divonis hukuman mati dan kami terlilit utang yang besar. Kamu rasa aku masih ingin hidup?" balas Aurel. Setelah mengetahui hasil ini, Aurel hampir menggila.Panggilan berakhir. Paula menangis sambil melakukan panggilan video dengan Rhea. Sesaat kemudian, panggilan baru tersambung. Terlihat Rhea yang tatapannya agak linglung karena mabuk."Paula, ayo kemari, temani aku minum. Aku benar-benar kesal dibuat Charlie!" ucap Rhea."Apa yang terjadi?" Darwin mengetuk pintu sejak tadi, tetapi Paula tidak membukanya. Karena cemas, dia langsung menerobos masuk. Ketika melihat Paula berlinang air mata, dia pun panik."Kenapa aku seperti mendengar suara pamanku?" tanya Rhea sambil beserdawa. Saat berikutnya, seorang pria mendekati Rhea dan mengajaknya minum.Rhea langsung mengambilnya tanpa berwaspada sedikit pun. Dia hendak meminumnya, tetapi Paula buru-buru menghentikan. "Jangan m
"Aku nggak tahu. Area itu sudah dibongkar, jadi sangat sulit dicari. Bar itu juga sangat terpencil. Tanpa bantuanku, kamu nggak akan bisa menemukannya. Ayo cepat. Kumohon!" pinta Paula dengan wajah berlinang air mata sambil menggenggam baju Darwin. Dia merasakan firasat bahwa sesuatu telah terjadi pada Rhea.Darwin memijat keningnya dengan gusar. Dia memang tidak menduga akan terjadi situasi seperti ini, lebih tidak menduga lagi bahwa Charlie akan begitu tidak berguna. Menjaga Rhea saja tidak bisa."Ayolah, yang cepat sedikit." Paula langsung membuka pintu dan menarik Darwin keluar. Darwin pun pasrah. Dia hanya bisa menyuruh Paula memakai masker dan topi."Cepat, cepat." Begitu mobil keluar dari bagasi, tiba-tiba ada banyak reporter yang bermunculan."Pak Darwin, apa kamu terus berada di apartemen ini tadi?""Pak Darwin, apa wanita ini yang hamil anakmu?""Kudengar kalian akan mengusir wanita ini setelah anak itu lahir. Apa itu benar?""Kalau kamu nggak punya keturunan lagi, berarti an
Sebelumnya, Darwin masih ingin bermain dengan orang-orang yang berkomplot untuk melawan dirinya dan Grup Sasongko. Dia ingin menyingkirkan orang-orang itu tanpa pertumpahan darah apa pun. Siapa sangka, nyali orang-orang itu ternyata begitu besar. Kalau begitu, jangan salahkan dirinya bertindak kejam.Sepertinya, Keluarga Sasongko terlalu rendah hati belakangan ini, sampai-sampai orang-orang rendahan itu berani bersekongkol untuk mengincar Grup Sasongko.Tiba-tiba, beberapa mobil mengejar dan mengapit mobil Darwin. Darwin melirik Paula sekilas, lalu berseru, "Telungkup!"Paula buru-buru menelungkup. Pada saat yang sama, ada tongkat besi yang memecahkan jendela mobil. Sebelum Paula bereaksi, mobil sudah berbelok tajam dan sepertinya menabrak sesuatu."Jangan takut," ujar Darwin sambil mengernyit dan memandang ke depan tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun. Suaranya terdengar lembut, membuat Paula merasa jauh lebih tenang.Saat ini, Paula akhirnya memahami sesuatu. Darwin terlihat sa
"Beri tahu aku jalannya," ujar Darwin dengan suara rendah. Dia tidak terdengar lembut seperti sebelumnya lagi, melainkan terlihat seperti serigala ganas.Paula menarik napas dalam-dalam, lalu mulai memandu jalan. Namun, jalan menuju bar itu benar-benar diblokir."Aku tahu jalan lain, kita ke sana," ucap Paula. Dia bisa melihat Darwin makin gusar sehingga ikut merasa gelisah. Apa mungkin sesuatu telah terjadi pada Rhea?Darwin tidak menanggapi. Dia terus menginjak pedal gas hingga kandas. Namun, setiap kali ada sesuatu yang menghalangi jalan mereka, dia akan memastikan mobilnya bisa lewat tanpa melukai Paula sedikit pun.Setibanya di sebuah gang, Darwin dan Paula terpaksa turun karena gang itu terlalu sempit. Darwin memapah Paula sepanjang perjalanan."Kamu yakin ini tempatnya?" tanya Darwin sambil melirik ke sekeliling. Dia tidak yakin ada bar di tempat seperti ini.Paula hanya pernah mendengar Rhea mengungkitnya. Rhea menyuruh Paula menuliskan kisahnya dengan Charlie. Demi terlihat ny
"Bartender itu melirik ruang privat di sana tadi. Saat pramusaji mendekati ruang privat, mereka terlihat panik dan gugup. Kemungkinan besar, Rhea memang di dalam sana," jelas Darwin sambil membawa Paula ke area ruang privat.Jantung Paula masih berdetak kencang. Menurut analisis Darwin, Rhea kemungkinan besar berada dalam bahaya.Tepat ketika Darwin hendak mendorong pintu ruang privat pertama, tiba-tiba terdengar suara perkelahian dari ruang privat paling dalam. Saat berikutnya, terlihat Charlie yang bersimbah darah menggendong Rhea yang tidak sadarkan diri sambil berlari ke luar.Sebelum sempat berlari jauh, seseorang sontak memukul kaki Charlie. Pria itu terjatuh, tetapi tidak lupa melindungi Rhea di pelukannya."Rhea!" Paula bergegas berlari menghampiri. Kemudian, dia langsung melepaskan jaketnya untuk menutupi pakaian Rhea yang robek."Eh, datang lagi wanita cantik." Para preman yang mengejar bergegas keluar. Mereka mengepung Charlie, Darwin, Paula, dan Rhea sambil melontarkan kata
Terdengar suara tembakan dari lantai atas. Begitu mendengarnya, Rhea yang masih linglung pun menjadi tersadar sepenuhnya. Dia menggandeng Charlie dan Paula, lalu menarik mereka ke ruang bawah tanah.Orang lainnya berlari ke pintu keluar sehingga jalan ke ruang bawah tanah tidak terlalu padat. Akan tetapi, suara tembakan makin banyak dan makin dekat. Paula bahkan melihat seorang gadis terkena peluru nyasar dan tergeletak di lantai.Paula merasa makin gelisah. Dalang di balik semua ini benar-benar mengerikan. Mereka berkali-kali mencoba membunuh Darwin.Serangan kejam ini tidak seperti untuk merebut pasar, melainkan seperti ada dendam kesumat. Bisa dibilang, musuh cerdas yang berkuasa dan mengintai di tengah kegelapan sangatlah menakutkan."Cepat, masuk ke ruang bawah tanah. Kita bisa masuk dari asrama grup musik," ujar Rhea sambil menarik Paula untuk masuk. Namun, Paula terus menatap Darwin yang berdiri di depan pintu dan bergeming. Paula tahu apa yang ingin dilakukan Darwin."Paman, ce
Rhea seperti telah memahami semuanya. Dia tidak meminta untuk kembali dan menolong Darwin lagi, melainkan hanya memandang ke arah bar sambil meneteskan air mata. Semua ini salahnya. Darwin terjebak karena dirinya. Rhea bisa menilai bahwa ini bukan suatu kebetulan, melainkan rencana yang telah disusun dengan rinci sejak awal."Kamu sudah tahu ini sejak awal, 'kan? Kamu, Paman Darwin, dan Kakek Buyut tahu semuanya, jadi mereka mengirimku ke tempatmu?" tanya Rhea kepada Charlie.Charlie mengangguk dan membalas, "Kak Darwin yang menyadarinya. Begitu pulang dari luar negeri, seseorang sudah memberinya obat. Kami menemukan beberapa petunjuk dari kejadian itu. Tapi, musuh terlalu berwaspada sehingga kami hanya mengetahui identitas orang-orang nggak penting. Makanya, Kak Darwin mengambil tindakan untuk memaksa musuh menunjukkan diri."Paula terkejut mendengarnya. Jadi, dulu Darwin memintanya untuk tinggal di rumah lama Keluarga Sasongko demi melindunginya?"Gimana dengan Kakek Buyut? Apa dia b