Home / Romansa / Diuber Janda / 38. Ada yang tidak rela

Share

38. Ada yang tidak rela

last update Last Updated: 2021-06-14 12:13:51

Malam pertama mereka lalui dengan tidur saja, tanpa aktifitas apa pun. Karena Ririn terlelap lebih dulu, saat Amin sibuk dengan tisu air galonnya. Suara gerimis di luar, menambah sahdu malam yang seharusnya panjang, tetapi menjadi malam hening.

Pukul empat pagi, jam weker Amin berdering sangat keras. Ririn tersentak dan lansung mematikan dering alarm itu. Matanya menoleh ke samping dan mendapati sang suami tidur begitu pulas tanpa mengenakan kaus dalam, hanya tersisa sarungnya saja. Kemudian, ia mengucek kedua mata sembari menguap, karena masih terasa ngantuk.

Ririn berjongkong memungut tisu galon dua bungkus yang tergeletak mengenaskan di lantai kontrakan Amin. Lalu membuangnya ke dalam tempat sampah. Ririn tidak mandi, hanya cuci muka, sikat gigi, dan sekalian berwudhu. Ia memutuskan untuk sholat dua rokaat terlebih dahulu, sebelum masuk waktu subuh yang setengah jam lagi akan tiba.

Setelah salam dan berdoa sejenak, Ririn bangun dari duduknya, lalu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Diuber Janda   39. Honeymoon

    Ririn menaikkan tali spagetti bajunya dengan kasar, lalu memakai kembali baju gamis kaus dan juga jilbab panjangnya. Dengan masam, ia mendekat pada suaminya yang masih memakai kaus dalam serta sarung saja, tengah membukakan pintu untuk tiga orang wanita tamu tak diundang."Abang masuk! Jangan pake kaus dalam begitu saja terima tamu," titah Ririn sewot, sambil memberi kode pada suaminya dengan gerakan kepala. Ketiga tamunya hanya bisa menyeringai melihat Amin yang berlaku sangat menurut pada istrinya."Ada apa Mbak-mbak ke rumah saya? Eh, sampai lupa. Ayo, masuk," ajak Ririn berbasa-basi. Padahal, jauh di dalam hatinya, ingin sekali tamunya ini menolak, sehingga ia tak perlu beramah tamah dengan tamu suaminya. Namun sayang, ketiga wanita itu masuk ke dalam rumah kontrakan Amin dengan tangan membawa masing-masing kado yang bungkus kertas motif yang sama, yaitu motif hati."Ada apa nih? Tumben?" tanya Amin duduk di tangan kursi di samping istrinya

    Last Updated : 2021-06-14
  • Diuber Janda   40. Hidup Sederhana

    Pagi ini, Ririn menyiapkan sarapan untuk suaminya. Sepiring omelet dan segelas teh tawar hangat. Asap mengepul di atas piring saji yang baru saja ditumpahkan gulungan omelet di atasnya. Dengan begitu cekatan, Ririn menyiapkan sendiri sarapan suaminya. Ia juga mengerjakan semua pekerjaan rumah, kecuali menyetrika. Ia masih tak sanggup duduk terlalu lama karena kakinya memang sakit dan Amin memaklumi itu. Aminlah yang menyetrika pakaian di rumah.Pada awalnya Ririn menolak. Ia ingin semua pakaian yang telah dicuci, dibawa ke laundri saja untuk disetrika. Namun, Amin tidak setuju dan ia yang mengambil alih tugas itu. Tentunya dengan satu sarat, yaitu Amin minta dilayani dengan begitu spesial. Pernah, Amin mengerjai istrinya. Ia menyetrika tiga kali dalam sehari dan Ririn dengan begitu terpaksa patuh pada aturan suami. Hingga keesokan harinya, mereka berdua tak mampu menggerakkan kaki."Melamun apa?" tegur Amin memeluk pinggang Ririn dari belakang. Dagunya se

    Last Updated : 2021-06-14
  • Diuber Janda   41. Imron dan Teh Minah

    Delapan bulan kemudian.Perut Ririn yang semakin besar, membuatnya cukup susah untuk bergerak ke sana-kemari. Ditambah lagi Dira yang semakin lincah. Maka dari itu, Ririn membayar seorang pembantu rumah tangga yang dipekerjakan mulai pukul enam pagi, sampai dengan pukul lima sore.Sempat suaminya menyarankan agar membayar pembantu untuk menginap saja, agar Ririn bisa lebih banyak istirahat. Namun, Ririn menolak. Seumur hidupnya, tidak akan pernah membiarkan wanita lain berada satu atap dengannya. Kenangan lampau itu tak mudah hilang dari kepalanya, walau kini ia sudah memiliki kebahagiaan sendiri.Suaminya baru saja keluar dari kamar mandi. Ririn yang masih berbaring santai di balik selimut, memilih menikmati pemandangan atletis di depannya, sambil mengusap perutnya tanpa pelan. Suaminya semakin hari semakin tampan, bersih, dan juga terlihat lebih berisi. Setiap hari juga Amin selalu membuat hatinya bahagia.Se

    Last Updated : 2021-06-14
  • Diuber Janda   42. Akhir Kisah

    Jantungnya berdetak begitu cepat. Peluh membanjiri kening dan juga sekujur tubuhnya, saat melihat Ririn berjuang melahirkan buah cinta mereka yang ternyata terlilit tali pusar. Susah payah Ririn berusaha mengedan dibantu oleh dokter dan juga ada bidan di sampingnya.Kaki Amin begitu lemas, air mata tak kunjung berhenti saat melihat kesakitan istrinya yang belum usai."Maafkan saya, Bun. Gara-gara saya jadi begini. Tolong kuat demi saya dan anak-anak. Allahu Akbar, Allahu Akbar." Sambil menggenggam kuat tangan Ririn, Amin trus saja membisikkan kalimat menguatkan untuk istrinya. Ririn menoleh pada suaminya, lalu mencium tangan itu dengan kuat."Maafkan semua kesalahan Bunda ya, Bang."Amin melotot, ia melenggelengkan kuat kepalanya. Berusaha menghalau pikiran buruk yang tiba-tiba saja bersliweran di kepala."Bunda pasti bisa. Jangan bicara aneh!" Amin mengusap kasar air mata yang daritadi terus saja membasahi pipinya.

    Last Updated : 2021-06-14
  • Diuber Janda   43. SEASON 2(Janda lagi, lagi-lagi janda)

    "Abang yang bener dong. Jangan begini sama gue. Abangkan kemari buat ngelamar Minah untuk jadi istri gue, Bang. Kenapa lu tiba-tiba begini, Bang?" isak Imron meratapi sang abang yang sudah terkulai lemah di atas kasur busa miliknya. Di belakangnya terdengar mengalun merdu ayat-ayat suci yang dilantunkan oleh kakak iparnya;Elok. Dengan derai air mata dan sambil menggendong bayinya, wanita itu membacakan ayat-ayat indah agar tertangkap oleh telinga suaminya yang sedang berada di titik akhir hidupnya."Maafin gue ya, Im. Gue gak bisa bantu lu. Dada gue sakit, Im. G-gue m-minta tolong, jaga Gayatri dan ibunya. Mereka tak punya siapa-siapa lagi nanti. Im, maaf. Menikahlah dengan Elok. J-jaga keduanya dengan baik.""Bang, Abang gak akan ke mana-mana. Abang akan sehat kembali. Jangan tinggalkan Elok dan Gayatri, Bang. Jangan begini!" raung wanita yang menjadi istri dari Indra.Semua orang sudah berkumpul di rumah kontrakan Imron. Lelaki itu meregang nyawa dengan

    Last Updated : 2021-07-05
  • Diuber Janda   44. Menikahi Janda

    Dengan langkah malas, Imron masuk ke dalam rumah kontrakannya yang juga ditinggali oleh Elok dan juga keponakannnya. Hanya saja, saat malam Imron terpaksa tidur di musholla dengan beralaskan karpet dan juga selimut tebal yang dipinjamkan Amin padanya. Siang hari juga ia tidak ada di rumah, memilih mencari penumpang hingga malam. Hanya untuk mandi dan berganti pakaian di dalam kamar mandilah ia berada di rumah kontrakannya itu. Sambil sesekali bermain dengan Aya;panggilan untuk keponakannya yang cantik.Kenapa Imron tidak mengontrak lagi saja? Darimana ia mendapatkan uang untuk membayarnya? Apalagi hanya bekerja sebagai ojek pangkalan dan panggilan. Hanya cukup untuk makannya sehari-hari dan juga sebungkus rokok untuk dua hari."Assalamualaykum," ucapnya saat memasuki rumah. Aya sedang tertidur pulas di kursi sofa bekas yang ia beli dari tetangga."Wa'alaykumussalam," jawab Elok yang baru saja keluar dari kamar mandi. Pakaiannya masih lengkap dan sangat tertutup.

    Last Updated : 2021-07-05
  • Diuber Janda   45. Malam Pertama

    Hal yang paling dinantikan sepasang pengantin yang baru saja melaksanakan pernikahan adalah malam pertama. Malam keduanya memadu kasih mesra, penuh canda dan tawa renyah yang terselip sedikit rayuan mesum. Apalagi suasana di luar tiba-tiba saja turun hujan sangat deras. Tentulah menambah sahdu malam panjang dengan lantunan lirih nikmat sepasang insan dalam hubungan yang halal.Itulah yang biasanya terjadi pada pernikahan pada umumnya, tetapi tidak dengan pernikahan seorang Imron dan Elok. Sehabis salat Isya, memutuskan untuk berkumpul bersama Pak RT, tempat ia biasa berkumpul setelah lelah seharian mengojek. Namun malam ini, begitu keluar dari musolah, hujan turun dengan deras. Imron terpaks berlari sampai di rumah dengan keadaan sedikit basah, terutama sarung yang sudah ia angkat tinggi sampai pinggang.Kalian jangan berpikir yang tidak-tidak. Di balik sarung itu, tentulah ia memakai celana boxer seperti biasa.KrekDibukanya pintu rumah. Sudah ada Elok

    Last Updated : 2021-07-06
  • Diuber Janda   46. Lowongan Pekerjaan

    Suara azan mengalum merdu dari musalla terdekat. Imron yang memutuskan tidur di ruang tengah beralaskan tikar dan selembar sarung, ikut tersentak bangun. Dipandanginya langit ruang depan yang masih gelap, karena lampu belum ia nyalakan, dan juga subuh baru saja tiba.Ekor matanya melirik ke ruang tengah. Tak ada suara apapun di sana, pertanda bahwa Elok dan Gayatri belum bangun. Waktu yang tepat baginya untuk mandi dan langsung salat Subuh. Imron merapikan tikar, sekaligus kain sarung yang ia gunakan sebagai alas. Ia berjalan membuka kain pembatas antara ruang tengah dan ruang depan.Elok masih terlelap sambil memeluk Gayatri. Tubuh wanita itu masih tertutup rapat gamis dan juga kerudung lebarnya. Imron tersenyum miris, lalu kembali berjalan menuju kamar mandi."Apa dia terlihat seperti penjahat, sehingga wanita itu seperti ketakutan padanya?" gumam Imron saat berdiri di depan cermin yang ada di kamar mandi. Dimiringkannya

    Last Updated : 2021-07-06

Latest chapter

  • Diuber Janda   74. Ekstrapart 3

    Elok terus saja memandang suaminya yang kini sedang duduk di kursi teras rumah mereka. Lelaki itu akan berangkat bekerja di sebuah mal sebagai petugas parkir. Sepuluh sudah suaminya bekerja di sana dan terlihat lelaki itu sangat menikmatinya. Wajahnya lebih bersih dan bersinar, saat ada istri yang benar-benar mengurusnya. Elok terus saja mengulum senyum. Menikmati debaran di dadanya saat bisa memandang suaminya dengan intens seperti ini. “Udah, jangan lihatin melulu! Nanti saya gak jadi berangkat nih,” celetuk Imron saat dia menyadadri pandangan sang istri tak putus darinya. Elok tergelak dengan wajah memerah. Sisa semalam saja masih membuatnya susah berjalan, masa mau diulang lagi? “Jangan dong, Mas. Mau jalan aja susah nih,” sahut Elok dengan wajah bersemu merah. Imron yang duduk di seberang kursi sang istri;berjalan mendekat, lalu berjongkok di hadapan istrinya. Lelaki itu mengmabil kedua tangan Elok, lalu mengecupnya

  • Diuber Janda   73. Ekstra part2

    "Lok, ada hal yang ingin saya katakan," ujar Imron dengan suara pelan. Elok tengah menyusui Aya. Balita itu sungguh merindukan asi ibunya yang dua hari tidak ia dapat secara langsung. Selama Elok dan Imron bulan madu di hotel, Aya diberikan ASI yang disiapkan Elok di dalam botol khusus penyimpanan ASI."Apa itu, Mas? Bukan minta jatah lagi'kan?" goda Elok sambil tergelak. Imron pun ikut menyeringai sambil mengusap pipi sang istri."Besok, kita bawa Aya ke rumah sakit. Kita tes DNA bersama Pak Rudi.""Mas, tapi ...." Elok mendadak pucat dan memelas. Imron sangat tahu keresahan yang melanda istrinya. Justru langkah ini harus ia ambil, agar Pak Rudi tidak terus-terusan mengganggu dirinya dan juga Elok. Lelaki itu takkan berhenti sampai keinginannya tercapai."Ada saya. Kamu jangan khawatir. Saya yakin, Aya adalah anak dari Indra, bukan lelaki itu. Kita harus melakukanny

  • Diuber Janda   72. Ekstrapart 1

    Imron terbangun dari tidur nyenyaknya. Pelan ia membuka mata dan berusaha menggerakkan tangan, tetapi tidak bisa. Ada Elok yang kini tidur sambil memeluk dirinya. Tubuh keduanya polos, hanya tertutup selimut tebal. Beberapa jam lalu, untuk kelima kalinya mereka mengulangi aktifitas yang sama.Sudah dua malam mereka menginap di hotel yang difasilitasi oleh Desta. Seharusnya, lelaki itulah yang bersama dengan Elok malam ini. Sungguh rejeki, maut, jodoh, takkan pernah ada yang mengetahui. Pelan Imron mengusap kening sang istri. Menyingkirkan beberapa helai rambut yang berserakan menutupi kening wanitanya.Senyumnya kembali mengembang, lalu bibir itu kembali mendaratkan ciuman di keningnya. Sungguh luar biasa efek permen yang diberikan oleh Amin. Temannya itu rela menyusul ke hotel hanya untuk memberikan dua buah permen yang katanya sangat berguna untuk stamina. Untung permen, bukan tisu!Imron tergelak dalam hati saat menging

  • Diuber Janda   71. Malam Pertama

    "Bangunlah, Elok. Aku'kan udah bilang, aku memaafkanmu. Ayo, bangun!" Imron meraih pundak sang istri, lalu membawanya duduk kembali ke atas ranjang. Wanita itu masih terus terisak, membuat Imron kebingungan sendiri."Udah, jangan nangis ya. Nanti kalau kita kebanjiran gimana? Sekarang, kamu mandi, ganti baju. Di dalam lemari ada baju yang sudah disiapkan hotel katanya. Setelah mandi, nanti kita bicara lagi," pinta Imron dengan lembut. Lelaki itu kembali mengancingkan baju piyamanya dengan wajah merona malu. Ia yang tadi saling berhadapan dengan istrinya, kini sudah menggeser tubuhnya ke samping. Sangat malu melakukan aktifitas seperti ini sambil diperhatikan wanita."Kenapa dikancing lagi bajunya?" tanya Elok sambil menyembunyikan wajahnya yang juga merona."Gak papa, nanti juga kamu buka lagi'kan?" jawab Imron sambil terbahak. Tawa yang tak pernah dilihat Elok sebelumnya. Wajah suaminya malam ini sungguh tampan tiga ratus

  • Diuber Janda   70. Pengantin Baru

    "Saya di sini, Bu Ririn. Saya baik-baik saja," ucap suara Imron yang tiba-tiba saja berdiri dari balik kerumunan orang yang tengah duduk di kursi. Elok dan Desta terkejut dengan suara lelaki itu, begitu juga dengan Ririn yang memandang iba wajah teman suaminya yang sudah ia anggap teman sendiri. Ditambah lagi, ia tahu betul perjuangan Imron bersabar terhadap sikap Elok."Mas Imron," gumam Elok dari tempat ia berdiri saat ini. Kakinya gemetar dan tak kuat melangkah untuk menghampiri mantan suaminya itu. Tangannya berpegangan pada meja yang sudah dihias sedemikian cantiknya untuk acara pernikahan sederhananya hari ini. Agar tidak limbung, karena yang ia rasakan saat ini adalah seluruh persendiannya melemah.Air matanya membasahi pipi. Lidahnya kelu tak mampu berucap kata maaf pada Imron. Padahal sudah dari lama ia ingin meminta maaf pada lelaki itu atas semua kesalahannya. Namun, di depan sana, seorang Imron tengah tersenyum

  • Diuber Janda   69. Pernikahan Elok

    Istri Wasiat 31Hari minggu pagi yang sangat sejuk. Pukul setengah enam pagi, Desta memutuskan untuk berolah raga dengan berlari di sekitaran komplek tempat ia tinggal. Elok masih sibuk di dapur, membereskan barang-barang sekaligus memasak sarapan untuk mereka.“Lok, sepatu lari saya yang warna merah kamu simpan di mana?” tanya Desta saat menghampiri Elok di dapur. Wanita itu menoleh, lalu tersenyum tipis. Tanpa menjawab pertanyaan Desta, Elok berjalan ke arah lemari yang masih berada di area dapur. Pintu lemari itu ia buka, lalu mengmabilkan sepasang sepatu yang ditanyakan oleh Desta.“yang ini bukan?” tanya Elok memastikan. Tangannya terulur untuk memberikan sepatu sneaker itu pada Desta.“Wah, baru kamu cuci ya? Duh, ini mah calon istri terbaik,” puji Desta tulus. Elok menegang. Sekelebat bayangan Imron muncul di kepalanya. Tidak! Dia bukan

  • Diuber Janda   68. Bercerai

    Kalian mungkin bertanya-tanya ada di mana Imron saat ini? Lelaki itu tengah berada di sebuah kos-kosan kecil di tengah kota. Keadaannya serba pas-pasan dengan kondisi hati yang masih diliputi rasa sedih sekaligus rindu. Ya, dia merindukan Aya dan juga Elok. Bagaimanapun ia kesal terhadap wanita itu, tetap saja Imron tak bisa membohongi dirinya sendiri. Ia sendiri tidak tahu, sejak kapan rasa cinta ini begitu dalam ia rasakan pada istrinya. Mungkinkah sudah dari awal sejak ijab qabul itu ia ucapkan, atau mungkin karena sikap keras istrinya yang membuatnya mencintai wanita itu?Waktu berputar terasa sangat lambat. Setiap hari sepulang bekerja saat langit berubah gelap, hanya kamar, bantal, dan guling yang menemaninya meratapi nasib. Jika cinta harus sesakit ini, lebih baik ia tidak menikahi Elok saja. Lebih baik ia cukup mengurus kakak iparnya serta keponakannya, tanpa harus mengambil tanggung jawab yang sah di mata Tuhan.

  • Diuber Janda   67. Elok dan Desta

    Elok menangis semalaman. Berkali-kali ia menelepon suaminya, tetapi nomor itu tidak aktif. Elok juga menelepon Amin, teman suaminya itu. Barangkali tahu di mana keberadaan suaminya. Namun sungguh sayang, Amin tidak tahu di mana Imron kini.Lelaki itu hilang bak ditelan bumi. Kontrakan lama juga sudah dikunjungi Elok pagi ini. Ia tidak mengatakan langsung bahwa mencari keberadaan suaminya, tetapi ia berbasa-basi menanyakan apakah suaminya ada mampir ke sana. Jawaban yang sangat ia sesalkan adalah, mereka tidak tahu di mana keberadaan Imron. Ditambah celetukan Bu Husna yang membuatnya semakin tak enak hati."Kenapa tanya-tanya Imron? Emang kabur lagi?" pertanyaan yang membuat Elok segera pamit pergi dari kontrakan. Ia takkan sanggup mendengar celetukan lain dari para tetangga. Sempat ia tangkap di telinganya, bahwa kedatangan Desta saat Imron tak ada di rumah, menjadi bahan gunjingan para tetangga. Padahal lelaki itu duduk di teras dan para

  • Diuber Janda   66. Surat dari Imron

    Imron sampai di rumah pukul sebelas malam. Ia sengaja pulang larut karena tak siap untuk bertemu Elok. Lebih tepatnya ia bingung harus bersikap bagaimana pada istrinya itu. Tawaran yang diajukan Desta bukanlah hal yang buruk untuknya dan juga Elok. Mungkin nanti saat semua sudah dlam kehidupan masing-masing, keduanya bisa sadar arti hubungan saat ini. Imron hanya menginginkan yang terbaik untuk Elok dan juga Aya. Ia rasa, ia tak bisa menjaga dan bertanggung jawab dengan wanita itu lebih lama. Elok dan Aya harus segera diselamatkan dari Rudi, karena cepat atau lambat, lelaki itu pasti akan menemukan mereka.Imron mengunci pintu dengan pelan. Lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Rumah sudah dalam keadaan bersih dan rapi. Hanya ada dua buah mainan Aya yang tergeletak di dekat meja dapur. Sepertinya bayi itu semakin lincah untuk merangkak hingga ke dapur. Imron tersenyum getir, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Suara pintu kamar Elok te

DMCA.com Protection Status