Share

#Season 2 part 9

Penulis: Hamira Irrier
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aku berlari menghampiri Teo yang keluar begitu saja. Aku harus menemukannya segera.

"Bang, liat Bos Teo?" tanyaku pada bagian kasir.

"Tidak, Bu. Bos tidak mampir."

"Serius, Bang?"

"Serius, Bu. Coba ibu tanya satpam saja."

Aku pun mengangguk seraya pergi meninggalkan area resto. "Makasih, Bang."

Sesampainya di depan aku langsung bertanya pada pak satpam dengan pertanyaan yang sama. Dan beliau menjawab Bos Teo keluar mengendarai mobil. Akhirnya kuputuskan untuk menghubungi nomornya namun tidak aktif.

"Duh, kemana sih?" gerutuku sambil terus memerhatikan ponsel.

Hingga akhirnya aku memikirkan satu tempat yang sangat mungkin akan dikunjungi oleh Bos Teo.

"Bu, Amira pergi dulu," ucapku begitu kembali ke rumah untuk mengambil dompet.

"Kemana, Mir?"

"Urusan sebentar. Nitip Akila, Bu."

"Ya."

"Mar! Aku nitip Akila!" seruku saat melihat Martia turun dari lantai dua.

"Oke, Mir. Kejar terus cintamu!" kelakarnya.

Aku tersenyum kecil. Seisi rumah ini pasti paham atas apa yang kualami. Maka mereka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ditinggal Suami Dinikahi Bos   #Season 2 Part 10

    “Kita mau kemana?” tanyaku setelah sadar mobil Teo sudah meninggalkan wilayah Jakarta.“Puncak.”Seketika mataku membelalak. “Puncak?”Teo mengangguk kecil seraya menoleh ke arahku sebentar. “Betul.”“Aku gak bawa ganti? Kita balik jam berapa dari sana?” tanyaku panik mengingat tidak mempersiapkan apa-apa.“Tinggal ngikut aja gak usah banyak protes.”“Tapi .....”“Ssstttttt ... please ilangin sikap ngeyelnya,” tegas Teo seraya mengembalikan fokusnya untuk mengemudi.Aku pun kembali melihat ke arah lain. Berusaha meyakinkan diri kalau memang ini jalan menuju puncak. Mengabaikan beberapa pertanyaan juga kegelisahan yang sejak semalam bersarang. Mengapa aku? Mengapa kembali terulang kisah yang nyaris sama? Namun, buru-buru kutepis itu semua. Tak baik berprasangka buruk pada sang penentu takdir.“Pegangan,” ujar Teo yang rupanya sudah bisa memprediksi seperti apa kepadatan area puncak. Banyak mobil berusaha melewati tanjakan yang juga berkelok itu. Tak ayal menyebabkan para pengemudi haru

  • Ditinggal Suami Dinikahi Bos   #Season 2 Part 11

    Aku menggeliat saat mendengar dering ponsel yang cukup kencang. Entah berapa lama aku terlelap setelah apa yang terjadi di antara kami. “Ponsel siapa?” gumamku seraya membuka mata. Badan terasa sakit semua. Sudah cukup lama tak melakukannya dan seperti mengulang saat awal dulu. Aku pun meringis. Kembali ponsel itu berdering, membuatku tak bisa mengabaikannya. “Angkat dulu,” ujarku sambil berusaha menyingkirkan lengan Teo yang mendekapku. “Hmmmm.” “Ponsel kamu bunyi terus. Cek dulu siapa tau penting,” ucapku berhasil melepaskan diri. Teo akhirnya mengikuti saranku. Dia mengambil ponsel yang terletak di meja sofa dengan malas. Sejenak Teo berhenti sambil menatap layar ponselnya. “Siapa?” tanyaku. Aku juga penasaran siapa yang menghubungi selarut ini. “Mama Ajeng.” “Mama?” Teo mengangguk. Dia mengambil napas sejenak lalu mengembuskannya. Dia seperti mengumpulkan keberanian tersendi

  • Ditinggal Suami Dinikahi Bos   #Season 2 Part 12

    Monitor di depan raung operasi berubah menjadi Sedang Pemulihan. Pertanda bahwa operasi yang dilakukan Tim Dokter akan segera selesai. Aku masih bersama Mama Ajeng menemaninya dengan sesekali merapal doa sedangkan Teo masih belum kembali. “Maafkan papanya Teo ya, Amira. Maafkan Tante juga yang tidak bisa berbuat banyak untuk kalian.” Di sela tangisnya, Mama Ajeng kembali berbicra.“Tidak ada yang salah, Tante. Amira tidak perlu memaafkan siapa-siapa.”Mama Ajeng menggelang. “Itu salah kami. Kami yang memboikot acara kalian. Kami yang membuat semuanya berantakan.”Demi apa pun itu mendengar penuturan Mama Ajeng tentang malam resepsi pernikahan kami berdua tetaplah menyanyat hati. Bagaimana bisa semua dilakukan dengan begitu mudahnya? Namun, aku tidak harus menanggapi semua itu langsung di tempat ini di saat kondisi Pak Aditama sedang tidak baik-baik saja.“Tidak, Tante. Tante tidak perlu meminta maaf. Amira memahami kenapa Pak Aditama harus melakukannya. Jadi, Tante tidak perlu minta

  • Ditinggal Suami Dinikahi Bos   #Season 2 Part 13

    Teo menepikan mobilnya. Ia berjalan keluar memutari mobil bagian depan kemudian berdiri di tepian jembatan fly over yang kami lewati. Wajahnya tampak gusar. Ia jelas gelisah perihal takdir yang baru saja terjadi di depan mata.Aku melangkah turun. Turut serta merasakan kekacauan yang terjadi meski yang sebenarnya ia rasakan apa aku tak tahu pasti. Kuusap pelan lengannya lagi. Kubiarkan ia menumpahkan semuanya di sini, tanpa menyela sama sekali.“Aku nggak sanggup kalau harus balik urus perusahaan,” ucap Teo setelah merasa jauh lebih tenang.Aku menoleh. Melihat lurus ke arah mata birunya yang kini justru menatap langit yang sama birunya. “Kenapa begitu?”“Pak Rama sudah bilang semua. Beberapa perusahaan penting milik Papa sengaja tidak diberikan aksesnya untuk Raline dan Baja.”Ah, mereka berdua. Lagi-lagi aku harus mendengar dua nama yang tak henti ada di kehidupanku. Sebuah fakta pilu yang tak bisa kubantah keabsahannya. “Lalu?”“Pak Rama bilang Papa menunjukku. Praktis aku harus ke

  • Ditinggal Suami Dinikahi Bos   #Season 2 Part 14

    Suasana malam ini cukup berbeda. Di tengah ketidaknyamanan yang ada aku dan Teo menyempatkan diri untuk makan malam di rumah. Penat dan kantuk kami abaikan demi kebersamaan bersama orang-orang tersayang."Ibu yakin gak mau nambah hari?" tanya Teo di sela menghabiskan makanan di piringnya. Ia tahu bahwa membujuk ibu tidaklah mudah tapi ia tetap mencoba."Ndak, Teo. Ibu mau pulang sama Martia saja. Kalian tidak perlu repot-repot mengantar sampai desa.""Mana ada repot, Bu. Teo tiap hari nyantai kok. Cuma ibu ndak jadi nemenin Akila di sini dulu?" tanya Teo lagi. Ia menikmati obrolan ringan yang tercipta. Sambil berusaha meyakinkan ibu untuk menunda kepulangan."Ada kalian berdua, jadi ndak perlu lah ibu di sini. Ibu biar di kampung saja. Toh, Akila sekolah, kamu kerja, Amira juga sama. Sendirian nanti ibu," kelakar ibu. "Maksudnya biar lebih ramai, Bu.""Kalau mau nambah rame ibu doakan segera datang adiknya Akila. Usahanya dimaksimalkan," pungkas ibu dengan senyum yang dikulum. Tampak

  • Ditinggal Suami Dinikahi Bos   #Season 2 Part 15

    Aku tak berharap banyak pada Teo. Apalagi setelah fajar dia tak kunjung datang. Pasti ada alasan tersendiri sampai-sampai Teo tak sempat kembali memenuhi janjinya atau sekadar membalas pesan yang kukirimkan.[Sudah sampai?]Kembali kubaca pesan itu dan hanya berbalas hampa. Akhirnya kuputuskan menyibak selimut, lalu turun dari ranjang yang besar ini. Aku tak boleh terlihat berantakan apalagi kesepian karena ditinggal suami beberapa jam saja.“Sudah bangun, Mir?” tanya Ibu yang rupanya sudah lebih dulu sibuk di dapur.“Ibu ngapain?”Ibu tersenyum kecil. “Kebiasaan, Mir. Susah hilangnya.”“Tapi ini gak kotor, Bu. Semalem juga sudah Amira gosok,” ucapku seraya berjalan mendekat. Kuraih spot kawat yang ibu gunakan untuk membersihkan sink. Beliau memang memiliki kebiasaan semacam itu sejak dulu.“Biarin aja, Mir. Sebelum ibu pulang seenggaknya ngelakuin apa buat kamu.”Aku menggeleng. Aku tak sependapat dengan ucapan ibu. “Sekarang ibu balik ke kamar istirahat. Biar sarapan Amira yang siap

  • Ditinggal Suami Dinikahi Bos   #Season 2 Part 16

    Aku tak bisa menyembunyikan rona bahagia itu. Terlebih saat Teo menggandeng tanganku."Kenapa nggak bilang?" tanyaku masih setia memandanginya. Sesuatu yang nampak berlebihan."Bilang apa?""Bakal langsung ke stasiun. Aku pikir kamu sibuk banget sampai gak sempet bales WA aku."Teo mengulas senyum. Ia nampak santai menanggapi ucapanku. "Buat ibu masa aku gak sempetin," ucapnya.Aku mengangguk-angguk. Bersyukur Teo memprioritaskan keluargaku layaknya keluarganya. Dia juga tidak membeda-bedakan. Sesuatu yang jelas patut kusyukuri mengingat dulu Mas Baja tidak seperti itu."Tapi maaf aku gak bisa antar ke rumah. Harus langsung balik ke rumah sakit.""Iya. Nggak apa-apa. Toh aku udah perpanjang izin hari ini. Terlambat masuk kantor tidak masalah.""Wah sayang sekali," ucap Teo terdengar sedih."Kenapa?""Harusnya bisa kita habiskan sisa waktumu itu. Setelah ini pasti agenda-agenda kantor menanti.""Ya mau gimana lagi."Tiba-tiba memelekku. Ia menyandarkan dagunya di pundakku. "Tunggu aku

  • Ditinggal Suami Dinikahi Bos   #Season 2 Part 17

    Pertemuan tak terduga itu membuatku tak nyaman. Terlebih setelah malam tiba hingga pagi aku harus kembali beraktivitas ke kantor tak ada pesan dari Teo. Pagiku yang memang sudah selalu sibuk menjadi tambah riuh dengan adanya kecamuk rasa akibat dua hal tersebut.“Nanti ibu jemput tepat waktu kan?” tanya Akila setelah aku mengantarnya ke depan gerbang sekolah.“Pasti. Tidak ada kata terlambat lagi,” jawabku yakin.Akila mengangguk-angguk. Ia menyalami tanganku seperti biasa. Kemudian sebuah senyum cukup lebar aku berikan seraya melambai padanya yang memang sudah ditunggu gurunya. Hari-hariku kembali normal seperti biasa setelah cuti menikahku berakhir. Kutarik napas kuat-kuat lalu mengembuskannya. Kantor yang letaknya tak jauh dari gedung sekolah ini harus kusambangi. Terlebih dahulu kusiapkan mental untuk menghadapi segala macam kemungkinan.Presensi finger print kantor menjadi aktivitas pertamaku. Sebisa mungkin aku memastikan penampilanku sudah oke, tidak ada yang kurang barang sedi

Bab terbaru

  • Ditinggal Suami Dinikahi Bos   #Season 2 Part 72

    Riuh tepuk tangan itu menjadi awal proses akuisisi BaRlie oleh Aditama Group. Tanpa negosiasi yang alot dan terjadi seperti cuma-cuma. Teo yang nampak kebingungan hanya bisa mengikuti arahan Pak Rama saat diminta maju ke depan mendampingi Bu Hana.“Ini pemilik sebenarnya Aditama Group. Pewaris tunggal Almarhum Pak Aditama. Meski dulu, Aditama Group dibangun bersama papa saya, nyatanya dialah yang menikmati hasilnya sampai hari ini. Awalnya saya malas dan ragu melepaskan semua ini bahkan saya ada niat jahat ingin merebutnya dari anak kecil ini. Tapi, ada satu orang yang membuat saya takjub sampai-sampai menghilangkan rasa benci saya pada keluarga Aditama. Dia adalah Amira, istri dari Pak Teo ini yang sekaligus adik saya saat kami bekerja di sebuah lembaga bimbingan belajar. Kegigihannya membuat saya tak sampai hati melukai orang-orang terdekatnya. Pak Teo, anda harus berterima kasih pada istri anda,” ujar Bu Hana pada Teo di atas panggung di depan semua orang. “Baik, Bu.”“Sekarang sud

  • Ditinggal Suami Dinikahi Bos   #Season 2 Part 71

    Ini pertama kalinya aku ke Bali bersama Teo. Meski Teo memiliki resto di sana dan kerap bolak balik Jakarta Bali aku tidak pernah ikut. Sebenarnya aku sedikit berat meninggalkan Akila dan Ibu tapi karena ibu mengizinkan dan tetap akan di Jakarta sampai aku pulang, akhirnya aku pun berangkat."Deg degan?" tanya Teo saat pesawat yang kami tumpangi mulai mengudara."Sedikit," jawabku sambil melirik ke arah jendela di mana aku bisa melihat ke bawah dan memang cukup menakutkan."Santai saja. Nanti juga nyaman kok," balas Teo sambil mengeratkan genggamannya. "Adek aman, kan?""Aman."Dan benar sekali perjalanan Jakarta Bali ini tidak terasa. Aku juga tidak tidur seperti saat melakukan perjalanan darat. Mungkin karena ini pertama kali jadi tidak nyaman untuk tidur di pesawat.Sesampainya di bandara kami disambut oleh manajer dari resto milik Teo. Memang selain datang untuk menghadiri undangan Bu Hanania, Teo berencana melakukan cekhing ke resto juga."Selamat siang, Pak dan Ibu. Selamat data

  • Ditinggal Suami Dinikahi Bos   #Season 2 Part 70

    Aku tidak mengerti mengapa Teo memintaku ikut ke Bali. Penjelasannya pun terasa tak masuk akal. Tapi, Teo bersikeras menyampaikan aku harus ikut."Tapi aku sedang hamil. Apa tidak masalah naik pesawat?""Kita konsul dulu sama Dokter Adara. Atau kamu WA tanya.""Tapi kenapa mendadak sekali? Kenapa harus lusa?""Ini penting, Ra. Sangat penting. Nanti aku jelaskan saat kita udah berangkat."Teo mulai menyiapkan koperku. Dia membuka lemari dan berusaha memilih baju-baju yang akan aku kenakan. Rasanya aneh sekali."Nah, itu sudah datang orangnya," kata Teo setelah mendengar seruan dari Mbak Dewi. "Biar tunggu di bawah, Mbak!" jawab Teo."Kamu manggil siapa emangnya?""Ayo kita turun dulu," ajak Teo seraya menarik tanganku. Aku pun pasrah karena aku sendiri tidak mengerti detail yang akan disampaikan Teo. Aku hanya berusaha percaya. Itu yang bisa kulakukan. Sesampainya di ruang tamu aku jelas terkejut melihat siapa yang duduk di sofa."Dokter," ucapku."Saya jadwalkan cek di rumah sekalian

  • Ditinggal Suami Dinikahi Bos   #Season 2 Part 69

    POV Teo"Kita harus berangkat sekarang jika tidak ingin terlambat, Pak.""Berangkat ke mana? Maksudnya apa, Pak Rama?" Aku masih belum terlalu paham dengan situasi yang baru saja dijelaskan Pak Rama. Bagaimana mungkin Raline menjual perusahaan sementara kondisinya seperti itu?Pak Rama pun menyodorkan beberapa file salinan dari apa saja yang sudah dikerjakan Baja dan Raline akhir-akhir ini. "Ini sebagian kecil, Pak. Sisanya saya ....""Sebentar. Ini benar, Pak?" tanya Arhab tiba-tiba yang mengenali nama pihak kedua dalam perjanjian itu."Benar, Pak Arhab. Ibu Hanania yang akan menjadi kunci dalam akuisisi ini.""Aku bilang apa. Dokter itu aku pernah meihatnya bersama Hana," terang Arhab padaku.Kini aku mengangguk setuju. Pasti ada sesuatu. "Kamu tau dia di mana, Hab?" "Bali, Pak. Bu Hana stay di bali selama ini," jawab Pak Rama seperti sudah memastikan semuanya."Kita berangkat hari ini. Cari tiket terdekat," ujarku yang langsung dijawab dengan anggukan Pak Rama.Tok! Tok! Tok!Ses

  • Ditinggal Suami Dinikahi Bos   #Season 2 Part 68

    POV TeoApa yang belum pernah kudapatkan di dunia ini? Segala macam kemewahan dan kenikmatan hidup bisa dibilang sudah pernah kurasakan. Akan tetapi, tidak ada yang semenggembirakan ini. Mendengar detak jantung makhluk kecil yang masih bersembunyi di rahim mamanya membuatku tak bisa berhenti merasakan euforia yang susah sekali untuk kujabarkan.Aku tidak salah mendengar. Kata Dokter Adara janin atau nanti akan disebut sebagai bayi milik kami sehat tanpa kurang suatu apa. Detak jantungnya normal, pertumbuhannya juga sesuai dengan usia kandungan mamanya. Bahkan tadi dia bergerak-gerak lincah seakan menyapa papa mamanya mengabarkan kalau dia baik-baik saja. Lucu sekali. Ini lebih mengharukan dibandingkan memenangkan tender manapun. Dan lihatlah aku, Teodorus Liem Aditama dalam kurun waktu kurang dari satu tahun akan menjadi seorang papa."Ibu dan kandungannya sehat. Semuanya normal dan berkembang sesuai usianya. Ini hasil print outnya ya," ujar Dokter Adara sambil menyerahkan hasil cetak

  • Ditinggal Suami Dinikahi Bos   #Season 2 Part 67

    Tamu tak diundang itu cukup mengejutkanku. Bagaimana bisa tanpa rasa sungkan dia datang seraya menyapa ibu dengan ramah."Apa-apaan? Kenapa bisa nyamper ke sini?" tanya Teo saat kami sudah bertiga di ruang tamu."Udah ketemu belum sama pemilik saham-saham itu?" Aku pun melirik sekilas ke arah mereka saat meletakkan minum yang dibuatkan Mbak Dewi. Walau awalnya enggan, karena ada ibu di rumah mana bisa kami menolak kedatangan mantan kepala desa itu."Aku bilang mau cuti sehari. Pak Rama aja paham. Lo enggak?" timpal Teo. Mereka nampak akrab tidak seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya."Makasih, Mir," ujar Mas Arhab malah menanggapi sikapku dibanding pertanyaan Teo."Istri gue, Hab!""Iya paham."Aku menggeleng. Mereka berdua benar-benar aneh. Dari cara komunikasi hingga kedekatan mereka tampak lebih akrab."Nih aku bawa nama penting hari ini," ujar Arhab seraya menyodorkan layar ponselnya ke Teo.Aku yang duduk di sebelah Teo praktis bisa membaca dan melihat profil perempuan yang sed

  • Ditinggal Suami Dinikahi Bos   #Season 2 part 66

    Aku bisa merasakan sentuhan itu. Seperti sesuatu yang telah lama kurindu. Rupanya saat aku menoleh, Teo ada di belakangku. Tangannya melingkar di perutku."Kamu udah pulang?" tanyaku meyakinkan.Teo mengangguk. Dia semakin mengeratkan pelukan. Pulang satu kata yang cukup jarang kami gunakan. Seharusnya sejak awal kami memang menjadikan rumah ini sebagai tempat pulang bukan tempat singgah pelepas lelah. Setelah berbalik, kuamati wajahnya yang tampak tak terawat. Seperti foto yang dikirimkan Mas Arhab, Teo tampak berantakan. Kubelai lembut pipinya, dan aku bisa merasakan kulitnya yang kasar."Maaf," ujarnya. Saat aku memandanginya penuh dia berujar maaf."Kenapa?""Maaf karena tak pernah memberimu kabar."Aku tersenyum kecil. Dari mana dia paham perihal kabar? Apa dia sudah menyadari sikapnya yang kadang keterlaluan? Aku pun mengangguk."Maaf sudah membuatku khawatir," imbuhnya. "Aku suami yang tidak tahu diri."Buru-buru aku menggeleng. Tentang suami yang tak tahu diri aku kurang setuj

  • Ditinggal Suami Dinikahi Bos   #Season 2 Part 65

    Pov TeoBerkas-berkas itu terus menumpuk bahkan setelah aku membaca dan menandatanganinya. Pak Rama bilang ini baru di kantor utama belum yang di cabang perusahaan. Banyak sekali pekerjaan rumah yang harus kubereskan dan sialnya si pelaku dari timbulnya masalah besar ini sudah pergi ke neraka. Sesuatu yang sangat amat tidak sesuai dengan harapanku. Seharusnya Baja tidak semudah itu meregang nyawa. Harusnya cecuruk itu membayar semua perbuatannya. Kini berkas-berkas ini serasa tak penting lagi karena aku tidak bisa menghukum pelakunya. Data-data yang kukumpulkan bersama Pak Rama pun menguap begitu saja. Baru aku akan meremas semua berkas ini saking kesalnya pintu kantor terbuka."Maaf, Pak. Ada tamu," ujar sekretaris yang berjaga di luar. Aku masih belum ingat siapa namanya."Saya bilang tidak mau menerima tamu hari ini. Kamu lupa?""Mohon maaf, Pak. Beliau memaksa dan katanya penting.""Lebih penting mana dengan perintah saya!" sentakku. Aku sedang tidak mau diganggu.Lalu muncul satu

  • Ditinggal Suami Dinikahi Bos   #Season 2 Part 64

    “Mama tidak mau ada kekacauan di Aditama group. Mama pengen Aditama group bisa langgeng sampai cucu-cucu mama.” Mata Mama Ajeng berkaca. Beliau memintaku untuk mendekat. “Nanti kalau papanya sudah tua, sudah waktunya istirahat, dia yang bakal gantiin papanya. Kamu sedang mengandung calon pewaris Aditama Group, Mir. Kamu harus kuat dan jangan sampai omongan orang di luar mempengaruhi kamu. Jangan sampai kamu sama Teo goyah. Janji sama Mama, ya.” Kali ini Mama Ajeng tampak bersungguh-sungguh.Aku tidak mungkin menggeleng dengan keadaan Mama Ajeng yang semakin hari semakin memburuk. Selepas kepergian Papa, mau tidak mau Mama Ajeng perlu mengurus banyak hal. Di saat Teo sempat tidak mau bergabung dengan keluarga dan perusahaan, pastilah Mama Ajeng memikirkannya sendirian.“Iya, Ma. Amira janji Amira bakal damping Teo terus.” Hanya itu yang bisa kuucapkan. Meski masih dibalut dengan banyak keraguan. Setidaknya di depan Mama Ajeng aku perlu menjadi istri yang tidak membebani keluarga suami

DMCA.com Protection Status