Pagi harinya, seperti biasa ... morning sickness yang dirasakan Steve terasa sangat mengganggu, bahkan membuatnya semakin tersiksa.
CEO tampan itu terus memuntahkan isi perut hingga membuat kondisi tubuh melemah. Namun ia harus tetap beraktivitas seperti biasa.Steve berjalan gontai keluar kamar, pemandangan tak biasa itu disaksikan langsung oleh sang ibu."Kamu kenapa, Bara?" tanya ibunya yang melihat wajah Steve pucat pasi."Aku agak mual dan pusing," jawab Steve sambil memegang kening."Mau ke Dokter? Kita periksakan kondisimu ya. Akhir-akhir ini Mama lihat kamu kok kayak orang sakit parah. Sebenarnya kamu kenapa? Salah makan? Atau kamu sering minum minuman beralkohol?" selidik Yohana menatap anaknya lekat."Aku baik baik saja, Ma, hanya sedikit kelelahan. Maybe. Nanti juga semua keluhan ini hilang." Steve menarik kursi lalu duduk di depan meja makan."Makan dulu sarapanmu. Jangan terlalu lelah bekerja. Tubuh jugSteve mengalami morning sickness, sementara itu hal yang tidak jauh berbeda dengan yang dirasakan Steve juga dialami oleh Laura, karena kehamilannya itu memang menyiksa.Yona mendatangi Laura di hotel tempat wanita cantik itu menginap karena dia merasa khawatir dengan keadaan bosnya."Sepertinya hari ini aku tidak bisa bekerja. Badanku tidak enak, dan tidak bisa dipaksakan untuk bergerak. Bahkan untuk ke kamar mandi saja rasanya aku hampir mati," ucap Laura, wajahnya terlihat sangat pucat. "Sebaiknya kita ke rumah sakit, aku khawatir dengan keadaanmu. Kasihan janin di dalam perutmu." Yona dengan setia mendampingi bos yang sudah dianggap adiknya sendiri. "Aku takut ada yang tahu kalau aku sedang mengandung." Laura memalingkan wajahnya lalu menunduk."Tidak mungkin ada yang tahu. Memangnya di setiap rumah sakit ada wartawan? Atau mata-mata? Kan tidak. Lagi pula kita bisa meminta pihak rumah sakit untuk menjaga privasi pasien, dengan tidak
Seperti biasa, Steve kembali menjalankan aktivitasnya sebagai seorang CEO meski kondisi tubuh masih lemah. Steve datang ke kantornya dan langsung disambut oleh sekretaris yang berdiri di depan ruangan CEO tampan itu."Pagi Pak Steve," sapa sang sekretaris ramah. "Hmm, pagi," sahut Steve, memegang handle pintu keemasan di depannya. "Pak," tahan sang sekretaris."Ada apa?" tanya Steve melirik sekretarisnya. "Maaf Pak, hari ini bintang iklan kita, Bu Laura tidak bisa melakukan pemotretan karena dia masuk rumah sakit." "Masuk rumah sakit? Memangnya di sakit apa?""Kalau itu saya kurang tahu Pak, tapi dia bilang kemungkinan dia akan dirawat selama satu minggu ke depan."Steve mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam ruang kerja. "Katakan di mana alamat rumah sakit tempat dia dirawat. Saya ingin meminta office boy untuk mengantar sesuatu ke sana.""Baik Pak, tunggu sebentar."Tak
Di tempat berbeda, Yeni mulai menjalankan rencananya untuk menyingkirkan Laura dari dunia ini. Pembunuh bayaran profesional sudah disewa oleh wanita paruh baya itu. Namun berbeda dengan pikiran piciknya, sikap Yeni di depan Nikolas sangatlah manis hingga membuat Nikolas semakin menyayangi wanita penggoda di dalam rumah tangganya tersebut. Saat ini di dalam kamar mewah di kediaman Nikolas, lelaki paruh baya itu sedang bersiap untuk berangkat ke toko perhiasan miliknya. "Kamu sudah mau berangkat ke toko perhiasan?" tanya Yeni sambil merapikan kemeja yang dikenakan calon suaminya. Bukannya menjawab, Nikolas justru memberi kecupan panas di jenjang leher wanita yang masih terlihat sangat cantik, seksi dan menggai-rahkan. "Mas, aku bertanya. Kamu sudah mau berangkat ke toko?" ulang Yeni dengan suara manja. Nikolas menatap calon istrinya sangat lekat lalu mengatakan, "Tidak, sebelum kamu memberiku j
Steve besar berdiri di depan pintu kamar perawatan Laura. "Kenapa kalian mengunci pintu ini? Buka pintunya!" Menyadari ada yang tidak beres, Steve terus berteriak meminta agar pintu itu dibuka. "Breng-sek! Kalian semua siapa? Mau apa masuk ke dalam kamar Laura?" pekik Steve sambil terus memutar-mutar handle pintu. Tak ada pilihan lain, setelah mengawasi keadaan aman. Ia melangkah mundur ke belakang lalu mengeluarkan seluruh tenaganya untuk menendang pintu tersebut. BRUK! Pintu berhasil dibuka, kedua mata Steve membulat sempurna saat melihat dua orang perawat sedang memegang lengan Laura yang terus memberontak. Dokter yang terlihat mencurigakan tengah memegang jarum suntik di tangan kanannya. "Apa yang ingin kalian lakukan?" bentak Steve mendekati dokter tersebut. "Kami hanya ingin memberinya vitamin dan obat penguat kandungan," jawab dokter gadungan itu.
Yohana mendapatkan kabar dari rumah sakit, anak lelakinya ditikam oleh seseorang yang tidak dikenal. Ibu satu orang anak itu panik dan langsung bersiap-siap untuk melihat anaknya di rumah sakit tersebut.Wajahnya terlihat pucat, panik dan khawatir memikirkan kondisi Steve. "Pa, cepat kita berangkat ke rumah sakit sekarang," ajak Yohana pada suaminya yang masih merapikan kancing kemeja. "Tunggu sebentar, Ma," balas Kristian masih berusaha mengancing satu persatu kemeja putih yang dikenakan denda tangan gemetar.'Semoga anakku baik-baik saja,' gumam Kristian dalam hati, memikirkan kondisi anak lelaki satu-satunya.Ia memiliki satu orang anak dari pernikahan terdahulu. Anak perempuan bernama Evelyn, yang selalu mengganggu ketenangan Steve karena ingin menguasai salah satu perusahaan miliknya. Selesai memakai pakaian lengkap, Kristian keluar dari dalam kamar bersama istrinya. "Bagaimana keadaan anak kita? Apa k
Evelyn datang membawa kabar mengejutkan. "Apa kalian tahu berita kalian di luar sana sudah menyebar?" Suara lantang Evelyn membuat Steve naik darah, menatap kakaknya dengan tatapan tajam."Maksud Mbak apa, datang ke sini langsung marah marah?" hardik Steve, menegakkan tubuh ke depan, dan menurunkan kedua kaki ke bawah bed rumah sakit. Laura hanya diam sambil menundukkan kepalanya. "Heh! Wanita mu-rahan. Lebih baik kamu keluar dari dalam kamar adikku! Aku ingin bicara dengan Steve!" sarkas Evelyn menunjuk pintu keluar. Laura menganggukkan kepala lalu berdiri dari kursi. "Jangan keluar, tetaplah di sini," tahan Steve memegang lengan wanita cantik itu. "Steve! Untuk apa kamu menahannya? Apa kamu tidak tahu berita di luaran sana tentang hubungan terlarang kalian berdua? Skandal tentang kehamilan wanita ini sudah naik ke publik, bahkan menjadi tranding topik di mana mana. Apa kamu tidak malu? Kamu itu sudah dipermainkan
Setelah Evelyn keluar dari dalam kamar perawatan, sang CEO mencoba menenangkan Laura yang terlihat sangat terpukul. "Untuk sementara waktu, tolong jangan membuka sosial media. Jangan perdulikan komentar nyinyir orang orang. Kamu sedang mengandung, Ibu hamil tidak boleh stress. Serahkan saja semuanya padaku, setelah aku sehat dan diperbolehkan untuk pulang. Aku akan mengatur jadwal konferensi pers, untuk membersihkan nama baikmu." Laura menatap lelaki di depannya lirih. "Terima kasih, banyak, Pak," ucapnya. "Jangan memanggilku, Pak. Aku belum setua itu. Lagi pula sebentar lagi kamu akan menjadi istriku," senyum Steve. Laura menundukkan kepala, menyembunyikan senyuman manis yang terlukis indah di wajah cantiknya. "Apa aku boleh memegang perutmu? Aku ingin berbicara pada anakku, agar dia kuat menjalani semua masalah ini. Dia harus memberi kekuatan juga u
Yohana dan Kristian masih berada di dalam perjalanan menuju rumah sakit, keduanya saling diam di sepanjang jalan, menghindari perdebatan. Deg! Yohana yang tengah menatap layar ponsel terhenyak kaget saat membuka sosial media dan melihat ada berita tentang anaknya yang menjadi tranding topik di mana-mana. Melirik sang suami yang tengah fokus mengendari mobil, ia tidak ingin lelaki itu mengetahui semuanya, karena akan berakibat fatal. Biar bagaimana pun, Yohana ingin anaknya menjadi laki-laki yang bertanggung jawab. Ya, Steve harus menikahi Laura yang tengah mengandung cucunya. Yohana menelan saliva keras, memikirkan berita yang baru saja dia lihat membuat tenggorokannya tercekat. Menyadari istrinya terlihat panik dan kebingungan, Kristian menatap Yohana sesaat lalu bertanya, "Kamu kenapa, Ma?" "Ngga apa apa. Mama hanya merasa lapar, padahal tadi sudah makan. Mungkin maag Mama