“Masuklah, bukankah kalian sama-sama butuh uang? Tak ada salahnya kan kalau kalian menyenangkan aku bersamaan?”Bayu tersenyum penuh kemenangan.“Dan kamu sudah tahu kan, kalau anak kesayanganmu ini sebenarnya wanita penghibur?” Bayu kembali memberi ketegasan pada kedua wanita di hadapannya ini.Sebetulnya tadi Bayu memesan wanita malam dari salah satu tempat hiburan malam untuk menemaninya di hotel, lalu dia terkejut saat melihat Rossa yang datang. Penyakit hiperseks yang dideritanya membuat Bayu harus menyalurkan hasrat setiap hari.Dia tak puas bila hanya bermain solo, dia lebih suka dilayani.Jujur saja, Bayu sebenarnya tidak masalah kalau dia bergumul di atas ranjang dengan wanita yang lebih dewasa, Asal wanita itu bisa melayaninya dengan baik, sementara Mayang baginya cukup nikmat dan pandai memuaskannya. Brak Bayu melempar dua buah amplop di atas meja, lalu pria itu pun berucap, “ambil uang ini. Lalu puaskan aku. Jangan munafik lah kalian, aku hanya dipuaskan, karena hatiku s
Bayu menoleh, orang itu adalah wanita yang sama yang melabrak Febby di kantor.“Ngapain kamu di sini? Dengan nenek-nenek pula,” cibirnya lagi.Mayang hendak memukul wanita itu, Bayu berhasil menghalangi.“Nenek-nenek tapi di atas ranjang dia sangat hebat, gak seperti kamu!” hina Bayu.“Kauuu!” geramnya.“Ayo kita pulang, abaikan saja dia. Gak penting,” kata Bayu.Mereka berjalan beriringan menuju ke parkiran hotel, Mayang dan Rossa masuk ke dalam mobil yang sama.Hari ini keduanya bisa full senyum seakan menemukan pohon uang. Mayang tahu harta kekayaan keluarga Bayu tak akan habis hingga tujuh turunan. Itu sebabnya dia sangat ingin Febby menikah dengan Bayu. Karena Mamanya Bayu sangat menyukai Febby. Dan Mayang juga berharap bisa kecipratan uang dari Bayu.“Besok-besok, jangan datang lagi bila Bayu menghubungimu," ucap Mayang dengan tegas pada anaknya. Rossa, yang mendengar permintaan sang mama, merasa kesal. "Mama, aku juga butuh uang, jadi kapan pun dia minta, aku pasti mau. Seharu
"Ya Tuhan!" jerit Febby.Wanita itu segera turun dari dalam mobilnya untuk melihat keadaan di luar, dan ternyata kecelakaan itu berhasil mereka hindari. Febby mengusap dadanya, merasa lega karena terhindar dari masalah di jalan raya.Hampir saja kecelakaan di jalan menimpa Febby, beruntung dia bisa mengendalikan dirinya."Anda tidak apa-apa?" tanya pengemudi lain.Febby menggeleng."Syukurlah," kata pengemudi itu. Untung keduanya cepat menghindar hingga kecelakaan akhirnya terhindarkan.Setelah memastikan tidak ada masalah di sana, lalu lintas pun kembali lancar, dan Febby melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kantor milik Bayu.Sepanjang perjalanan, Febby tak bisa melupakan rasa sakitnya atas ucapan sang mama yang seakan menghinanya."Aku gak mau hidupku terus seperti ini, aku harus pergi dari rumah," kata Febby sambil terus menangis di dalam mobil.Dia merasa sikap mama tirinya tidak adil terhadapnya. Selalu saja diungkit perkara membesarkan Febby, padahal Bibi yang memb
"Dari mana kamu dapatkan video ini?" tanya Febby dengan suara gemetar kepada suaminya, Rangga. Dia tidak bisa menyembunyikan ketakutannya sekaligus keterkejutannya saat melihat rekaman CCTV saat dia menemani atasan ke kota lain. Febby masih ingat di hari terakhir, saat mereka menghadiri sebuah undangan, namun dalam rekaman ini justru tampak juga hadir sang mama tiri dan kakak tirinya, sosok yang seharusnya tak ada di sana, padahal mereka pamit sama Febby untuk berlibur."Seseorang memberitahuku bahwa malam itu sebenarnya kamu yang hendak dijebak, Febby. Makanya Mayang dan Rossa sengaja ada di sana, untuk memuluskan rencana jahat Bayu. Dia sudah terobsesi padamu, lihatlah videonya dengan seksama," Rangga berbicara cepat, nada suaranya mendesak. "Ada lima video yang perlu kamu tonton, agar kamu bisa lebih berhati-hati saat berhadapan dengan Bayu." Jantung Febby berdegup kencang, rasanya ia hampir tercekat. Rasa percaya yang selama ini ia berikan penuh kepada Bayu kini terasa seperti p
“Febby! Apa-apaan ini? Bisa-bisanya kamu berbuat mesum dengan lelaki lain, dan beritamu viral!” Deg! Febby yang baru tiba, melotot saat melihat berita viral di sosial media yang sudah diunggah oleh salah satu akun yang tak dikenalnya. Ia tak menyangka insiden semalam tersebar begitu cepat. Bukan hanya wajah Febby dan anak magang itu yang terlihat, tapi juga kartu identitas mereka dan kartu karyawan di Sejahtera Group. “Ma-” Plak! Belum sempat menjelaskan, tamparan yang begitu kencang sudah mendarat di pipi sang anak tiri, hingga sudut bibirnya seketika mengeluarkan darah. "Dasar anak kurang ajar," maki wanita paruh baya itu. "Tapi, itu bukan seperti yang Mama duga. Rangga hanya membantuku dan berniat mengantarkanku pulang, namun kami terjebak dalam hujan lebat, hingga harus berteduh di gubuk kosong yang ada di sekitar sana." Febby menjelaskan dengan nada putus asa, mencoba meredam hujan prasangka yang berkecamuk di dalam hati Mama tirinya. "Sayangnya, kami tidak tahu kalau da
Tanpa memedulikan teriakan atau hinaan di belakang, Rangga membawa Febby. Ternyata, mereka menuju ke sebuah restoran yang tak jauh dari rumah Febby. Pria itu langsung memesan makanan untuk mereka berdua. Semua itu membuat Febby menghela napas. Terlalu banyak yang terjadi tak sampai 24 jam. Bahkan, ia mendadak mengingat kejadian tak menyenangkan itu. “Aku ingin menuntut akun itu, tak seharusnya mereka menyebarkan berita bohong. Jelas-jelas kita bukan pasangan mesum seperti yang mereka tuduhkan. Sekarang nama baik kita hancur.” Kepala Febby rasanya mau pecah. Terlebih, reputasinya pun terkena imbas. Dirinya yang sebelumnya dikenal sebagai wanita pendiam dan beretika, kini hancur berkeping-keping. Rangga yang duduk di hadapan Febby mengangguk. “Aku tahu ini berat, tapi alangkah baiknya yang perlu kita pikirkan bagaimana kita menjalani ini ke depannya. Meski rumit tapi ini merupakan fakta pahit yang harus kita terima . Kita tak bisa mempermainkan pernikahan begitu saja,” jelasnya
Srak! Rangga menarik kerah baju pria itu lalu menghimpitnya ke dinding, tangannya melayang di udara hendak melayangkan bogem mentah atas tuduhan tak berdasar itu. “Sekali lagi kamu bicara sembarangan, akan aku patahkan tulang lehermu!” seru Rangga lalu menghempas tubuh pria itu sampai tersungkur di lantai. Sementara itu di tempat berbeda, Febby baru saja membuka pintu rumah dan terkejut mendengar suara melengking sang mama tiri, "Kenapa kamu bawa banyak berkas pulang? Apa itu yang kamu pegang?" Febby menoleh ke sumber suara. Sang mama sedang duduk di ruang keluarga. "Berkas pribadi, Ma," jawab Febby sambil menggenggam tasnya lebih erat. Mayang, menghembuskan napas berat seolah mencoba menahan emosi. "Kamu mengundurkan diri dari kantor?" Febby mengangguk pelan, "Iya, Ma, seperti yang sebelumnya sudah Febby bilang, suami istri memang tidak diizinkan berada dalam satu tempat kerja yang sama." "Lalu, kenapa kamu yang harus keluar? Kenapa bukan laki-laki miskin itu?" Nada suara Mayan
"Maafkan mamaku, ya. Dia memang selalu begitu," kata Febby, sambil melirik suaminya. Pria itu hanya mengangguk, menampilkan senyum lembut. "Tidak apa," jawabnya dengan suara penuh pengertian. "Ayo, kita ke kamar," ajak Febby. Rangga mengikutinya. Setibanya di dalam, Febby duduk di sisi ranjang, matanya tampak sendu. Rangga mendekat, meletakkan tasnya, dan duduk di samping istrinya. Dengan lembut, dia menyentuh tangan Febby, mengecup punggung tangan itu. Detak jantung Febby memburu, karena baru pertama kali dia merasakan sentuhan pria lain. "Aku tahu ini mungkin sulit bagimu... dan bagiku juga. Akan tetapi kita harus menjalani pernikahan ini kita awali tanpa benih cinta. Tapi percayalah, aku tidak ingin main-main dengan sakralnya pernikahan. Aku ingin menikah sekali saja dalam seumur hidup. Jika takdir menautkan kita melalui jalan pernikahan dadakan ini, maka aku berjanji, akan berusaha keras menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab untukmu," ucap Rangga dengan suara yang men