"Ya Tuhan!" jerit Febby.Wanita itu segera turun dari dalam mobilnya untuk melihat keadaan di luar, dan ternyata kecelakaan itu berhasil mereka hindari. Febby mengusap dadanya, merasa lega karena terhindar dari masalah di jalan raya.Hampir saja kecelakaan di jalan menimpa Febby, beruntung dia bisa mengendalikan dirinya."Anda tidak apa-apa?" tanya pengemudi lain.Febby menggeleng."Syukurlah," kata pengemudi itu. Untung keduanya cepat menghindar hingga kecelakaan akhirnya terhindarkan.Setelah memastikan tidak ada masalah di sana, lalu lintas pun kembali lancar, dan Febby melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kantor milik Bayu.Sepanjang perjalanan, Febby tak bisa melupakan rasa sakitnya atas ucapan sang mama yang seakan menghinanya."Aku gak mau hidupku terus seperti ini, aku harus pergi dari rumah," kata Febby sambil terus menangis di dalam mobil.Dia merasa sikap mama tirinya tidak adil terhadapnya. Selalu saja diungkit perkara membesarkan Febby, padahal Bibi yang memb
"Dari mana kamu dapatkan video ini?" tanya Febby dengan suara gemetar kepada suaminya, Rangga. Dia tidak bisa menyembunyikan ketakutannya sekaligus keterkejutannya saat melihat rekaman CCTV saat dia menemani atasan ke kota lain. Febby masih ingat di hari terakhir, saat mereka menghadiri sebuah undangan, namun dalam rekaman ini justru tampak juga hadir sang mama tiri dan kakak tirinya, sosok yang seharusnya tak ada di sana, padahal mereka pamit sama Febby untuk berlibur."Seseorang memberitahuku bahwa malam itu sebenarnya kamu yang hendak dijebak, Febby. Makanya Mayang dan Rossa sengaja ada di sana, untuk memuluskan rencana jahat Bayu. Dia sudah terobsesi padamu, lihatlah videonya dengan seksama," Rangga berbicara cepat, nada suaranya mendesak. "Ada lima video yang perlu kamu tonton, agar kamu bisa lebih berhati-hati saat berhadapan dengan Bayu." Jantung Febby berdegup kencang, rasanya ia hampir tercekat. Rasa percaya yang selama ini ia berikan penuh kepada Bayu kini terasa seperti p
"Kenapa Mama mengancamku seperti ini?" Rossa berujar dengan suara yang gemetar sambil menatap tajam ke arah wanita yang telah melahirkannya itu. Langkah kakinya terhenti, ia berdiri tak percaya mendengar ucapan sang mama sambil menunjukan rekaman video yang sempat viral di sosial media namun berhasil diredam beritanya oleh pria tua itu."Bayu hanya milik Mama, Rossa! Jika kamu berani merebutnya, maka tak segan-segan Mama akan menghancurkan hidupmu," Mayang mengejek masih mengacungkan sebuah ponsel yang memperlihatkan video yang mungkin bisa merusak segalanya. "Kamu pikir Mama tidak tahu kelakuanmu di luar? Bahkan istri dari pria itu sudah tahu kisahmu. Sekarang, pilihan ada di tanganmu. Beranikah kamu merebut Bayu, atau akan kamu tinggalkan dia dan tetap di sini, dimana hidup dan nasibmu aman dari ancaman Mama. Ingat, Mama tidak pernah main-main, dengan ini bila milik Mama direbut," Mayang memperingatkan dengan nada yang melengking.Rossa menggeleng lemah, bisa-bisanya dirinya diang
"Duduklah, jangan marah-marah, malu dilihat pengunjung lain. Kita dapat berbicara dengan lebih tenang," ucap Rangga, berusaha menenangkan Bayu.Bayu mendengus kesal, namun tak ada yang bisa dia lakukan selain duduk di hadapan pria miskin ini."Cepat katakan apa yang ingin kau sampaikan!" seru Bayu dengan nada tinggi, penuh amarah.Rangga tertawa kecil, dia bahagia kalau berhasil memancing kemarahan Bayu. Menjadi orang menyebalkan di depan Bayu adalah kebahagiaan untuknya."Tenang, Pak. Saya hanya ingin mengingatkan Anda agar tak berencana membuat kejahatan apapun terhadap istri saya. Febby itu korban dari kerakusan mama tiri dan kakak tirinya. Saya berharap Anda tak ikut menjadi pria pengecut. Sebab, jika Anda berani menyakiti Febby, saya pastikan Anda akan berurusan panjang dengan saya," kata Rangga, suaranya menegang, penuh penekanan seperti sebuah ancaman tersembunyi untuk Bayu, namun pria itu tak sedikit pun menunjukkan rasa takut atas ancaman yang dia ucapakan tersebut.“Apa kata
Rangga berdiri di samping Bayu dengan tenang, tatapan matanya tajam bagai belati. "Kamu punya waktu 24 jam," suaranya tenang namun membawa ancaman yang mematikan. "Hanya satu hari untuk mengeluarkan surat pemecatan dan pembebasan hutang yang dibuat oleh Mayang atau Rossa. Jika istriku tidak menerima surat itu tepat waktu, kerajaan bisnismu yang baru kau bangkitkan akan kubiarkan runtuh menjadi debu dalam hitungan detik," ujarnya dengan suara yang terdengar bak guntur yang mengejutkan langit tenang.Bayu yang mendengar itu terbakar amarah, tangannya gemetar saat dia menggebrak meja dengan kekuatan yang dapat memecahkan diam. Keheranannya mendalam, bagaimana mungkin Rangga, yang tak lebih dari pria biasa, bisa memiliki bukti rekaman video aksi mereka yang terlarang.“Ranggaaaaaaaa!” teriaknya, namun yang dipanggil sudah keluar dari area restoran.bayu melempar makanan yang belum sempat tersentuh namun sudah dipesan sebelumnya oleh Rangga.“Aaaarrrggghhhhh.” Teriakan Bayu bergema, menar
Belum sempat Bayu membalas pesan dari Rangga, tiba-tiba teleponnya berdering. Dari seberang, suara sang mama yang terdengar gemetar menyampaikan kabar buruk yang membuat jantungnya berhenti sejenak. Rupanya, Rangga benar-benar serius dengan ancamannya.Di tengah keramaian jalanan, Bayu kehilangan kendali. Dia memukul stir mobil berkali-kali. "Brengsek kamu, Rangga! Aku akan membalas semua ini!" Sementara itu, di sisi lain, Rangga dengan langkah gontai memasuki rumahnya. Mobilnya penyok dan kaca jendela pecah, saksi bisu dari konfrontasi brutal satu jam lalu. Begitu pintu terbuka, hawa dingin menyambutnya bersama tatapan sinis dari mertuanya. "Ngapain kamu kembali ke rumah ini gembel? Sudah dihina, masih berani menampakkan muka di sini," hardik Mayang dengan nada yang memotong jiwa. Rangga hanya menatap tajam ke arah sang mertua, dia menyimpan dendam pada wanita itu. Andai saja rumah ini bukan rumah peninggalan orang tua Febby yang sertifikat rumah masih di tangan Mayang, mungkin
“Dasar wanita tak tahu diri! Bagaimana bisa kau tidur dengan anakku?” bentaknya dengan suara yang begitu keras hingga menggema di udara.Mayang terpaku sejenak setelah tamparan itu mendarat untuk kedua kali di pipinya, tapi belum sempat merespons, Mamanya Bayu sudah kembali menjambak rambutnya dengan kasar. “Rayuan apa yang kau berikan pada anakku, hah? Sampai dia mau berbuat sejauh itu dengan wanita seperti kau?!”Amarah Mamanya Bayu sudah bisa dikendalikan. Di bawah cengkramannya, Mayang mencoba melawan, namun sahabatnya itu terlalu kuat. Dengan segenap kekuatan yang tersisa, Mayang mencoba melepaskan dirinya dari jambakan, tetapi Mamanya Bayu terus menarik rambutnya tanpa ampun.Sementara itu, tetangga-tetangga yang menyaksikan kejadian itu tidak ada yang berani ikut campur. Mereka hanya berbisik-bisik, mengomentari drama yang terjadi di depan mata mereka. Tidak ada yang mendekat untuk melerai pertikaian tersebut.Febby, yang menyaksikan kejadian itu dari jarak beberapa meter, mer
“Sayaaaaaaang,” Rangga kini mulai tak bisa mengendalikan dirinya atas permainan yang baru saja dimulai. Febby tersenyum penuh kemenangan.Rangga melepas semua penutup tubuhnya, berdiri di depan Febby, meminta agar sang istri memanjakan dia dengan mulutnya.“Ooooooh yes,” gumamnya sambil memejamkan mata, dan bergerak maju mundur agar miliknya masuk penuh ke dalam mulut istrinya.Tangan Febby membelai lembut puncak dada Rangga, membuat pria itu semakin menggelinjang kenikmatan.“Sayaaaaaang, enak sekali ini,” rancau pria itu mulai tak bisa mengendalikan gejolak dalam tubuhnya.“Ooooh,” Rangga kembali mendesah saat Febby memainkan lidahnya di dua biji pria itu. Rangga benar-benar tak bisa menunggu lebih lama lagi. Dia menarik tubuh istrinya dan membawanya ke atas ranjang. Meminta istrinya berlutut memunggunginya di tepi ranjang.Rangga mulai memasukan miliknya dari arah belakang dan menghentak Febby dari pelan hingga penuh hasrat. Febby menjerit penuh kenikmatan, karena sentuhan sang su