Belum sempat Bayu membalas pesan dari Rangga, tiba-tiba teleponnya berdering. Dari seberang, suara sang mama yang terdengar gemetar menyampaikan kabar buruk yang membuat jantungnya berhenti sejenak. Rupanya, Rangga benar-benar serius dengan ancamannya.Di tengah keramaian jalanan, Bayu kehilangan kendali. Dia memukul stir mobil berkali-kali. "Brengsek kamu, Rangga! Aku akan membalas semua ini!" Sementara itu, di sisi lain, Rangga dengan langkah gontai memasuki rumahnya. Mobilnya penyok dan kaca jendela pecah, saksi bisu dari konfrontasi brutal satu jam lalu. Begitu pintu terbuka, hawa dingin menyambutnya bersama tatapan sinis dari mertuanya. "Ngapain kamu kembali ke rumah ini gembel? Sudah dihina, masih berani menampakkan muka di sini," hardik Mayang dengan nada yang memotong jiwa. Rangga hanya menatap tajam ke arah sang mertua, dia menyimpan dendam pada wanita itu. Andai saja rumah ini bukan rumah peninggalan orang tua Febby yang sertifikat rumah masih di tangan Mayang, mungkin
“Dasar wanita tak tahu diri! Bagaimana bisa kau tidur dengan anakku?” bentaknya dengan suara yang begitu keras hingga menggema di udara.Mayang terpaku sejenak setelah tamparan itu mendarat untuk kedua kali di pipinya, tapi belum sempat merespons, Mamanya Bayu sudah kembali menjambak rambutnya dengan kasar. “Rayuan apa yang kau berikan pada anakku, hah? Sampai dia mau berbuat sejauh itu dengan wanita seperti kau?!”Amarah Mamanya Bayu sudah bisa dikendalikan. Di bawah cengkramannya, Mayang mencoba melawan, namun sahabatnya itu terlalu kuat. Dengan segenap kekuatan yang tersisa, Mayang mencoba melepaskan dirinya dari jambakan, tetapi Mamanya Bayu terus menarik rambutnya tanpa ampun.Sementara itu, tetangga-tetangga yang menyaksikan kejadian itu tidak ada yang berani ikut campur. Mereka hanya berbisik-bisik, mengomentari drama yang terjadi di depan mata mereka. Tidak ada yang mendekat untuk melerai pertikaian tersebut.Febby, yang menyaksikan kejadian itu dari jarak beberapa meter, mer
“Sayaaaaaaang,” Rangga kini mulai tak bisa mengendalikan dirinya atas permainan yang baru saja dimulai. Febby tersenyum penuh kemenangan.Rangga melepas semua penutup tubuhnya, berdiri di depan Febby, meminta agar sang istri memanjakan dia dengan mulutnya.“Ooooooh yes,” gumamnya sambil memejamkan mata, dan bergerak maju mundur agar miliknya masuk penuh ke dalam mulut istrinya.Tangan Febby membelai lembut puncak dada Rangga, membuat pria itu semakin menggelinjang kenikmatan.“Sayaaaaaang, enak sekali ini,” rancau pria itu mulai tak bisa mengendalikan gejolak dalam tubuhnya.“Ooooh,” Rangga kembali mendesah saat Febby memainkan lidahnya di dua biji pria itu. Rangga benar-benar tak bisa menunggu lebih lama lagi. Dia menarik tubuh istrinya dan membawanya ke atas ranjang. Meminta istrinya berlutut memunggunginya di tepi ranjang.Rangga mulai memasukan miliknya dari arah belakang dan menghentak Febby dari pelan hingga penuh hasrat. Febby menjerit penuh kenikmatan, karena sentuhan sang su
"Kenapa, Sayang?" tanya Rangga saat melihat istrinya tampak panik sambil menatap korban kecelakaan di depan mereka."Itu Kak Rossa, kan?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan ke arah sang suami."Bukan, Sayang. Bukannya Rossa, barusan dia bangun tidur saat kita berangkat?" jawab Rangga, mengingatkan sang istri bahwa Rossa ada di rumah."Astaga! Bajunya sama. Aku pikir itu Kak Rossa. Syukurlah," jawab Febby lega.Setelah semua korban kecelakaan dibawa ke rumah sakit, akses lalu lintas di tempat itu kembali normal. Akhirnya, Rangga menurunkan Febby di kantor milik Bayu. Hari ini, dia benar-benar akan menunggu pria itu untuk memecat istrinya."Jangan lupa, segera hubungi aku apa pun keputusan Bayu. Karena kalau sampai dia tidak menyetujui permintaanku, maka dia tidak akan selamat dari intaianku," kata Rangga kepada sang istri."Iya, tenang saja," jawab Febby. "Aku masuk dulu ya," katanya lagi setelah mendapat kecupan di pipi. Wanita itu segera turun dari dalam mobil dan masuk lebih jauh
"Kau berani mengancamku?" tanya wanita tua itu sambil mengarahkan jari telunjuknya ke wajah Rangga. Sementara itu, Rangga tersenyum tipis, menatap mamanya Bayu."Aku tidak mengancam. Tapi kalau kau terus membuat keributan di sini tanpa mau mencari tahu seperti apa sebenarnya anakmu, aku pastikan semuanya akan diketahui oleh orang banyak. Aku yakin kau tahu apa yang kumaksud. Atau kalau kau mau, aku ceritakan saja dulu kepada orang-orang yang ada di sini, mumpung sedang ramai," kata Rangga lagi, jelas mengancam."Brengsek kau, laki-laki miskin! Urusan kita belum selesai. Ingat, seluruh hutang itu harus kalian lunasi. Kalian pikir anakku itu mesin atm? Main minta uang seenaknya saja. Dan kau, kalau benar-benar mau membela keluarga istrimu ini, silakan tanggung jawabkan total hutang itu!" katanya lagi sambil menunjuk catatan yang ada di hadapan Maya.Rangga tersenyum miring. "Aku yang tidak tahu apa-apa harus ikut bertanggung jawab? Aku bisa saja melaporkan balik kalian karena dengan ua
“Sepertinya ada yang membuntuti kita,” ucap Febby saat melihat mobil jeep di belakang mobil mereka.Rangga dengan cepat mengecoh mobil itu, hingga membuat mereka kehilngan jejak.“Siapa sih mereka? Apa begal?” tebak Febby.Rangga menggeleng, “mungkin hanya orang iseng saja,” jawabnya tak ingin membuat sang istri khawatir, sebab wajahnya yang babak belur belum sembuh.Dalam keheningan, Febby hanya duduk membisu di samping suaminya yang mengemudi. Diamnya Febby menggerakkan kekhawatiran Rangga yang merasakan ada sesuatu yang mengganggu hati istrinya. Dengan lembut, Rangga menaruh tangan kirinya di atas tangan Febby, sambil tangan kanannya tetap terjaga pada setir. "Ada apa, Sayang? Kenapa kau tampak ada yang dipikirkan? Apakah karena kita meninggalkan mama dan Rossa?" Rangga mencoba memecahkan keheningan dengan suara yang penuh kelembutan. Namun, Febby hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan, menyatakan bukan itu alasan kerisauannya. Tatapan Febby menerawang jauh. Dengan suara ya
“Tuan, ini barang-barang anda. Barusan pak Arka-”“Oke,” jawab Rangga kesal karena saat bercumbu dengan sang istri malah di ganggu. Rangga sengaja pindah apartemen agar tak membuat sang istri curiga.Nanti bila waktunya tiba dia akan ungkap jati dirinya yang sesungguhnya.“Makasih Pak,” kata Febby. Sementara sang suami masih ngedumel masuk ke dalam apartemen sambil mendorong bok itu.“Sama-sama Bu,” katanya.Febby menutup pintu, dan memarahi suaminya, tapi pria itu tetap membela diri karena tak ada lelaki yang tak kesal kalau diganggu.Mereka pun melanjutkan untuk bercinta. Dan Rangga memasak untuk sang istri setelah kegiatan panas mereka berakhir.******Febby merasa bahagia dan lega saat akhirnya tinggal di apartemen yang disewa Rangga di West Country. Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan yang penuh dengan tekanan dan kesibukan, kini ia merasakan ketenangan yang begitu dalam. Lingkungan baru ini memberikan suasana yang damai, jauh dari segala drama yang biasanya mengelilingin
Setelah puas bercinta, Rangga memilih untuk membersihkan diri, setelah kembali rapi Rangga menuju ke dapur."Wow, ini masakan ala restoran, sayang! Kamu masak makanan favorit aku?" tanya Rangga dengan mata berbinar.“Iya dong, bukankah tugas istri itu salah satunya adalah menyenangkan suami, salah satunya dengan menyajikan makanan kesukaan suaminya?” Mendengar ucapan Febby membuat Rangga tersenyum puas. Dia merasa bahagia hidup berdua di apartemen ini tanpa gangguan siapapun.“Rangga,” panggil Febby.“Iya sayang?” jawab Rangga.“Aku tak sengaja tadi melihat map di dekat TV, dan kamu ternyata profesor muda.”Uhuk UhukRangga seketika tersedak makanan yang sedang dia nikmati.“Pelan dong,” tegur Febby menyerahkan satu gelas air putih pada Rangga. Otak cerdas Rangga mulai berpikir mencari jawaban tepat dalam hitungan detik.Dia meletakan gelasnya, lalu berkata, “ya aku memang profesor muda, tapi itu pendidikan aku tempuh tanpa tatap muka. Rencananya suatu saat aku ingin punya usaha prop