"Brengsek! Ternyata dia berani meminta Bayu untuk menjemputnya. Pasti dia sudah tahu kalau aku tidak pulang, atau jangan-jangan laki-laki itu menginap di rumah ini. Bisa saja dia menghubungi Bayu dan menyampaikan kalau dia takut tidur sendirian di rumah," ucap Rangga sambil menatap mobil Bayu yang terus bergerak menjauh dari pandangannya.Demi apapun, dia tak pernah menyangka kalau Bayu berani datang ke rumah menjemput Febby. Pria itu benar-benar tak tahu malu, berani menjemput istri orang!"Awas saja kamu. Kalau sampai kecurigaanku benar, aku akan menceraikanmu, Febby," kata Rangga penuh emosi. Dia segera masuk ke dalam rumah, mengambil barang-barangnya, dan segera pergi dari sana. Dia tidak akan kembali untuk sementara waktu, sampai perasaannya membaik.Sementara itu, di dalam mobil, Febby terlihat sangat gelisah. Bayu, yang sedang fokus menyetir, sesekali melirik ke arah Febby di sampingnya. Sang sekretaris tampak sangat mengkhawatirkan sesuatu.“Kamu kenapa, Febby? Apa kamu takut
Bayu menatap Febby yang duduk di sebelahnya, wajahnya tampak pucat dan cemas. Setelah tadi sampai di hotel, Bayu mengajak Febby masuk ke dalam kamarnya, untuk membahas hal penting yang akan mereka lakukan besok pagi."Febby, bisakah kamu fokus pada perjalanan bisnis kita di New Capitol ini? Saya tahu kamu sedang ada masalah dengan Rangga, tapi kita harus tetap profesional. Ini perjalanan penting, dan Saya butuh kamu untuk mendampingi Saya dengan penuh konsentrasi," ucap Bayu, suaranya terdengar serius namun tidak kasar.Febby menoleh perlahan, mata gelisahnya menatap Bayu sejenak sebelum ia menghela napas panjang. "Maaf, Pak Bayu. Saya berusaha untuk profesional, tapi hati saya tidak bisa tenang. Ponsel Rangga masih tidak bisa dihubungi, dan saya tidak tahu dia ada di mana atau bagaimana keadaannya," jawab Febby dengan nada lemah."Dengar, Febby. Saya mengerti ini sulit bagimu. Tapi kamu harus ingat, kita sedang dalam perjalanan kerja. Saya membutuhkan pikiranmu di sini, di tempat in
Bayu tersenyum ke arah Arka, namun pria itu segera menuju ke dalam lift. Arka menyentuh dadanya, merasa lega karena Bayu tak menaruh curiga padanya.“Syukurlah,” ucap Arka, lantas masuk lebih jauh ke dalam kamarnya. Dia memberi tahu Rangga, semua yang dia lihat di sini terkait kehadiran Kakak dan Mama tiri Febby di sini.“Tuan, semua kecurigaan kita benar, ternyata Mama tiri Nyonya ada di sini juga,” ucapnya dalam sambungan telepon.“Mereka sepertinya sengaja ingin menjauhkan aku dari Febby,” keluh Rangga.“Anda jangan sampai menyerah sama dua kuntilanak pirang itu Tuan, yakinlah kalau Nyonya hanya bekerja di sini. Saya tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada beliau.”Rangga mengangguk di balik telepon, dia tahu kalau Arka sangat bisa diandalkan, “terima kasih Arka, aku tahu, kamu tak pernah mengecewakan. Sekarang istirahatlah, karena tubuhmu juga pasti lelah.”“Baik Tuan,” jawabnya.Tepat pukul 19.00, Bayu dan Febby sudah duduk berhadap-hadapan di sebuah meja restoran dengan rua
“Sepertinya anda bukan orang asli kota ini?” tanya wanita itu pada Bayu. Bayu mengangguk, “benar aku berasal dari kota Sun City. Datang ke kota ini karena ada pertemuan dengan klien bisnis,” jawabnya. Bayu kembali menyesap red wine di tangannya. “Wowww, berarti anda orang kaya dong. Biasanya kalau pengusaha datang ke sini, pasti disiapkan wanita kalau memang pengusaha itu menginginkannya.” Bayu mengangguk, dia tahu kalau dia mau bisa saja minta pihak hotel menyediakan wanita untuknya, tapi kalau itu terjadi bisa saja citranya buruk di mata Febby. Bayu tak ingin hal itu terjadi. “Aku hanya ingin bersenang-senang di tempat ini saja,” jawabnya. “Kita jadi ke hotel tempat anda menginap atau di ruangan ini saja?” tanya wanita itu dengan gerakan nakal mulai menyentuh aset berharga milik Bayu, hingga sang pemilik mengeluarkan sedahan. “Aku sebenarnya ingin menonton tarian striptis,” ucapnya. “Saya dan rekan saya akan melakukannya untuk anda.” Bayu tersenyum bahagia, matanya be
"Kamu ini kenapa sih, Rangga? Sekalinya balas pesan, nyakitin banget, hiks hiks hiks."Febby menangis dengan tangan bergetar sambil mencoba menghubungi Rangga lagi, namun ponsel sang suami malah tak aktif.Febby melempar ponselnya, lalu menangis di dalam kamarnya, sampai tanpa sadar dia akhirnya terlelap. Tepat pukul 18.00 waktu New Capitol, Febby mulai terjaga. Dia ingat sekarang harus bertemu dengan sang atasan untuk membahas proposal untuk besok."Shiiiit!" Febby kembali mengumpat saat menyadari layar ponselnya pecah.Ada satu pesan masuk yang masih bisa dibaca olehnya. Dia berharap pesan itu dari sang suami, nyatanya bukan. Pesan itu dari sang atasan."Jam 18.30, saya tunggu di restoran ya, Feb," kalimat dalam pesan itu membuat Febby segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Saat Febby sudah rapi, dia hendak ke restoran lebih awal, namun ternyata sang atasan pun baru akan menuju restoran.“Feb,” sapa Bayu sambil tersenyum.“Pak,” balas Febby.Mata Bayu menyipit menatap
"Ingat, Febby, jangan sia-siakan kesempatan emas ini untuk berkarir. Kamu memiliki pendidikan yang memadai dan latar belakang kerja yang dulu diidamkan banyak orang," ucap Bayu dengan nada serius yang menggema di ruangan itu. Suara gemericik piring dan gelas mulai berkurang, sinyal bahwa restoran di hotel itu akan segera lengang. Febby menatap lantai, masih duduk terpaku, menggenggam erat tangan yang terasa dingin. "Pikirkan baik-baik, menjadi wanita karir yang sukses lebih bernilai di mata pria yang benar-benar menghargai cintamu, bukan hanya tergiur oleh fasad belaka," Bayu menambahkan, dengan pandangan tajam yang menembus relung hati Febby. "Percayalah, Cinta yang sejati itu bukan penuh drama dan keegoisan, sementara makanan tak bisa dibeli dari cinta. Hargai Mama dan Kakakmu yang sudah berjuang sekuat tenaga hingga menjadikanmu seorang anak berpendidikan tinggi." Bayu lalu berdiri, menatap Febby dengan harap. "Sekarang, kembali ke kamar. Besok kita harus berangkat pagi-pagi se
Saat mereka menikmati minumannya, tiba-tiba terdengar MC acara di panggung berseru, “Hadirin sekalian, mari kita sambut Pak Bayu, tamu kehormatan malam ini, untuk bergabung di lantai dansa bersama dengan pasangan lain yang sudah ada di lantai dansa!”Bayu tertawa kecil mendengar seruan MC itu dan menoleh lagi pada Febby. “Nah, itu tanda kalau kita harus ikut. Ayo, Febby, jangan buat saya menari sendiri.”Febby tertegun. Bagaimana dia bisa menolak, apalagi di depan begitu banyak orang yang menanti? Dengan sedikit ragu, dia akhirnya mengangguk.Bayu langsung menggandeng tangannya dengan sopan, memimpin Febby menuju lantai dansa yang sudah mulai dipenuhi tamu. Musik romantis mulai mengalun lebih kencang, suasana berubah menjadi semakin hangat. Pasangan-pasangan sudah mulai berdansa, mengikuti irama lembut yang dimainkan oleh band di sudut panggung.Bayu memegang tangan Febby dengan lembut, sementara tangan lainnya ditempatkan di pinggangnya. "Jangan khawatir, kita hanya mengikuti irama
"Tante sengaja kan menjebakku!" seru Bayu dengan penuh amarah.Pria tampan yang sudah mengenakan pakaian lengkap itu melotot ke arah Mayang, seakan menatap wanita itu dengan tatapan membunuh.Dia merasa jijik menyadari ada satu ranjang dan dalam keadaan tanpa busana bersama wanita ini."Jaga bicaramu, Bayu! Kamu pikir aku sudi tidur dengan brondong, huh? Kalau aku mau, sejak dulu aku sudah memilih brondong yang lebih baik dari kamu!" balas Mayang tajam, dengan nada marah yang tak kalah dari Bayu.Mayang benar-benar geram atas tuduhan Bayu yang tak masuk akal. Dia tidak mau Bayu berpikir bahwa dia memiliki ketertarikan pada pria muda seperti Bayu."Lalu, kenapa kita bisa berada dalam satu ranjang, Tante?" tanya Bayu, masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Jelas sekali, dia tidak menyukai lelucon seperti ini. Padahal, Bayu yang meminta Mayang dan Rossa untuk memasukkan obat ke dalam minuman Febby. Tapi kenapa malah dirinya yang terjebak dalam rencana tersebut?Bahkan Bayu suda