Share

Pulang Kerumah

Penulis: Chocoo Crunch
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-30 03:20:26

"Ayana." Panggil Fatimah dengan lembut pada menantu barunya. Fatimah adalah Ibunda dari Zulfahmi dan Zidan.

"Iya, Ibu." Ayana menyahuti dengan nada lirih nan lembut.

"Kamu tidak apa kan nak jika tinggal bersama kami? Nanti kalau Fahmi sudah memiliki rumah kamu bisa tinggal berdua dengan suamimu." Ucap sang Ibu Fatimah yang sedang mengusap pundak Ayana dengan halus.

"Baik Ibu, tidak apa-apa. Kemanapun Mas Fahmi tinggal, aku telah bersedia untuk menemaninya." Jawab Ayana dengan pandangan teduh dan anggunnya.

Ayana tampak manis dan sangat elegan dengan riasan tipisnya.

"Alhamdulillah, terima kasih ya nak Ayana. Hatimu cantik seperti parasmu sayang." Tangan Fatimah mengusap lembut pipi Ayana.

Ayana menggenggam erat jemari Fatimah. Ia dapat merasakan kehangatan seorang Ibu. Mengingat Ibu Ayana yang telah pergi ke surga lebih dahulu.

Fatimah memeluk menantu barunya, dan sesekali Fatimah mengecup pucuk kepala milik Ayana.

"Assalamu'alaikum." Ucap salam Fahmi yang tengah memasuki kamar pengantin.

"Wa'alaikumsalam, Fahmi. Temani isterimu ya nak! Ibu akan pergi keluar menemani Kyai Akbar dan Umi Farida. Kasihan Zidan dan Nabila sudah lama menemani Kyai dan Umi." Ucap Fatimah seraya ingin meninggalkan kamar pengantin dan akan memberikan waktu untuk sepasang pengantin baru.

"Baik, Ibu." Jawab Fahmi dengan mengangguk tanda mengiyakan.

"Nak, Ibu tinggal dulu ya." Pamit Fatimah kepada Ayana.

Ayana langsung meraih tangan Fatimah dan mencium punggung tangan milik Fatimah, Ibu Mertuanya.

Fatimah sangat beruntung mendapatkan menantu secantik dan sebaik Ayana.

Gadis lembut, sholehah, baik hati, bertutur kata selalu baik dan tidak pernah neko-neko.

Fatimah segera berjalan menuju pintu kamar, dan menutup pintu kamar dengan rapat.

Agar memberikan ruang untuk sepasang pengantin baru.

Fahmi dan Ayana tampak canggung. Keduanya hanya saling tersenyum. Bagaimana tidak, perkenalan keduanya pun cukup singkat.

Setelah sepulang dari Pesantren ketika Fahmi mengantarkan Zidan, Fahmi langsung membicarakan kepada keluarga besarnya bahwa ia ingin segera meminang Ayana.

Setelah di musyawarah kan dengan keluarga besarnya, akhirnya Zidan, Fahmi, Fatimah dan kakak perempuan Fahmi yang bernama Nabila langsung meluncur ke Pesantren untuk melamar Ayana.

Dan alhamdulillah pinangan Fahmi di terima dengan baik oleh Kyai Akbar dan Umi Farida sebagai Wali dari Ayana, tidak luput Ayana pun mengiyakan atas pinangan Fahmi.

Fahmi yang notabenenya bekerja sebagai Pilot disalah satu maskapai Indonesia, ingin segera melepas masa lajang nya karena usianya pun telah cukup untuk menikah.

Namun dengan berat hati Fahmi harus melangkahi Zidan sebagai Kakaknya, yang sampai sekarang belum mendapatkan calon untuk ia nikahi.

Sebenarnya dalam hati Zidan, ingin ia meminang Ayana ketika ia mengetahui Ayana telah tumbuh dengan baik di Pesantren milik Kyai Akbar.

Terlebih dengan segudang prestasi membuat Zidan semakin terpikat oleh Ayana, ditambah dengan paras cantik dan indah membuat Zidan selalu terbayang akan Ayana yang lembut dan baik hati.

Namun, cintanya harus kandas karena adiknya telah memilih Ayana lebih dahulu untuk menjadikan sebagai Isterinya.

Ia harus merelakannya, walau sebenarnya ia tidak rela.

Namun lagi-lagi Zidan harus mengikhlaskannya.

"Ayana." Panggil Fahmi kepada Ayana yang telah resmi menjadi Isterinya.

"Iya, Mas Fahmi." Ayana menyahuti nya dengan nada lembut khas suara Ayana.

"Mengapa kamu tidak istirahat saja?" Fahmi bertanya namun hatinya sudah sangat berdebar-debar, ia memberanikan dirinya karena baru kali ini ia berbicara kepada Ayana secara langsung bahkan hanya berdua saja, didalam kamar pula.

"Aku menunggu kamu, Mas." Sahut Ayana yang tengah duduk ditepi ranjang.

"Mengapa harus menunggu aku? Kalau kamu lelah, aku izinkan untuk kamu istirahat lebih dulu, Ayana." Fahmi menjelaskan kepada Ayana dan langsung menghampiri Ayana yang tengah duduk di tepi ranjang.

Ayana tersenyum kepada Fahmi, suaminya.

"Mengapa kamu tersenyum? Ada yang salah kah dengan ucapanku?" Fahmi melihat senyuman Ayana seolah ada sesuatu pembicaraan yang salah padanya.

"Mas Fahmi, mohon maaf sebelumnya jika aku mengoreksi. Akan lebih baik seorang Isteri beranjak istirahat jika sang suami telah istirahat terlebih dahulu." Ayana menjelaskan kepada Fahmi dengan nada lembutnya.

Fahmi menggaruk-garuk kepala nya yang rupanya sama sekali tidak gatal.

"Begitu ya?" Fahmi melemparkan senyum manisnya dengan menunjukan deretan gigi putih nya.

Ayana kembali tersenyum.

Fahmi menjadi salah tingkah, ia merasa gugup dan bingung harus berbuat apa.

"Ayana, boleh kah aku menyentuh jemarimu?" Fahmi bertanya kepada Isterinya. Masih terlihat sangat canggung dan malu antara keduanya.

"Mulai detik ini, seluruh tubuhku milik kamu, Mas. Karena kamu telah menjadi suamiku. Itu hak kamu. Dan aku berhak memberikan hak-hak suami untukmu." Ayana menjawab dengan pengetahuan yang cukup dapat dipahami.

"Baiklah, Ayana Isteriku. Terima kasih banyak atas pemahaman darimu. Semoga kamu bisa menjadi Isteri yang sholehah dan Ibu yang baik untuk anak-anak kita kelak." Fahmi memandang wajah cantik Ayana, sembari meraih jemari Ayana dan segera ia genggam dengan erat.

Mendapat sentuhan dari Fahmi, Ayana sedikit tersentak. Karena selama ini ia sama sekali belum pernah merasakan sentuhan dari lelaki mana pun.

"Aamiiiin yaa robbal'alamin, Mas. Semoga Allah senantiasa mengabulkan do'a-do'a kita." Ayana menjawab beberapa do'a yang telah Fahmi panjatkan.

Kini Fahmi telah menggenggam tangan Ayana, Ayana mencoba untuk membiasakan dirinya oleh sentuhan-sentuhan yang Fahmi ciptakan.

Fahmi memberanikan dirinya untuk memeluk tubuh Isterinya, tidak ada penolakan dari Ayana.

Ayana begitu menikmati pelukan dari sang suami.

Dengan perlahan Fahmi mendekatkan wajahnya ke wajah Ayana.

Tercium aroma tubuh Ayana yang membuat Fahmi ingin terus memeluknya dengan erat.

Fahmi mengajak Ayana untuk segera istirahat malam ini.

Keduanya istirahat saling berhadapan dan saling pandang.

***

"Bu Fatimah, Bu Fatimah sebaiknya istirahat saja. Mari saya antar ke kamar untuk istirahat." Ujar Umi Farida ketika mengetahui Ibu Fatimah belum kunjung istirahat.

"Tidak apa-apa, Umi Farida. Kami bisa beristirahat di sini saja ramai-ramai." Jawab Ibu Fatimah yang tengah duduk di lantai beralaskan karpet busa.

"Eh jangan, Bu Fatimah. Nanti bisa masuk angin. Mari Bu saya antar ke kamar. Nanti Ibu istirahat saja dengan Puterinya. Atau ingin dengan Zidan juga tidak apa. Di kamar ada dua ranjang kalau Zidan mau istirahat bareng dengan Ibunya." Umi Farida menjelaskan kepada Ibu Fatimah.

"Nak Zidan, kamu ajak Ibu kamu istirahat ya. Kasihan Bu Fatimah terlihat lelah. Apalagi besok akan menuju Jakarta kan?" Kyai Akbar pun turut berbicara dan memerintahkan Zidan untuk membawa Ibunya dan kakaknya beristirahat di kamar.

Zidan yang sedang berbincang dengan para Ustadz akhirnya menuruti perintah sang Kyai.

"Na'am Kyai. Alafu, saya ajak Ibu istirahat dulu Kyai." Zidan menyahuti perintah Kyai dan langsung mengajak sang Ibu serta kakaknya menuju kamar untuk beristirahat.

"Mari Bu, Kak." Zidan mengajak sang Ibu dan sang Kakak.

"Kyai, Umi. Saya izin terlebih dahulu." Ujar Ibu Fatimah kepada Kyai Akbar dan Umi Farida.

"Marhaba." Sahut Kyai dan Umi secara berbarengan.

Ibu Fatimah, Nabila dan Zidan akhirnya masuk ke dalam kamar dan segera beristirahat.

***

"Nak Fahmi, saya minta tolong dengan sangat. Saya berpesan untuk nak Fahmi menjaga Ayana dengan baik. Karena sedari kecil Ayana telah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Ia anak yatim piatu. Sejak kecil Ayana tinggal bersama kami, kami mengurus dan menjaga layaknya anak kandung kami. Kami sangat menyayanginya." Ujar Kyai Akbar ketika akan melepas Ayana untuk dibawa oleh suaminya.

"Baik Kyai, saya akan menjaga Ayana dengan baik." Fahmi menyahuti perkataan Kyai Akbar.

Ayana tampak memeluk Umi Farida dengan menangis serta sedih meninggalkan Umi Farida. Umi Farida lah yang selama ini menjadi Ibu satu-satunya bagi Ayana.

Sejak Ayana masih kecil hingga kini telah menjadi dewasa dengan kepribadian yang sangat baik dan hampir sempurna. Karena kesempurnaan hanya milik Allah Ta'ala.

"Jaga diri kamu baik-baik ya, Sayang. Jadi Isteri yang baik untuk suami kamu." Pesan Umi Farida kepada Ayana.

"Na'am, Umi. InsyaAllah Ayana akan menjadi Isteri yang baik serta sholehah untuk Mas Fahmi. Ayana sayang Umi. Umi jaga kesehatan ya."

Semuanya tampak terharu akan kepergian Ayana. Terutama Kyai Akbar dan Umi Farida yang telah menganggap Ayana sebagai anak nya sendiri.

Ayana adalah gadis yang baik hati, cerdas, banyak prestasi serta berbudi baik, tutur katanya lembut.

Seluruh penghuni Pesantren sangat mengenal Ayana dengan kebaikannya.

Semuanya sangat kehilangan akan kepergian Ayana.

Setelah berpamitan, semua nya memasuki mobil terkecuali Zidan yang masih berbincang dengan Kyai Akbar.

"Zidan, saya titip Ayana ya ketika Fahmi sedang tidak bersamanya." Kyai Akbar kembali memberikan amanat kepada Zidan untuk turut menjaga Ayana.

"Na'am, Kyai. Zidan pamit dulu Kyai, Umi. Assalamu'alaikum." Jawab Zidan yang langsung mencium punggung tangan milik Kyai Akbar.

"Wa'alaikumsalam." Sahut Kyai Akbar dan Umi Farida secara berbarengan.

Zidan langsung berjalan menaiki mobil pada bagian kemudi.

Dengan Fahmi duduk disebelahnya bagian depan.

Untuk bangku penumpang ada Ayana dibelakang Zidan, disebelahnya ada Ibu Fatimah dan Nabila.

Zidan melajukan mobilnya dan meninggalkan Pondok Pesantren dimana Zidan dan Ayana mengabdi untuk menuntut ilmu agama selama bertahun-tahun lamanya.

Ada raut kesedihan pada wajah Ayana ketika meninggalkan Pesantrennya, namun ia harus mengabdi kepada suaminya kemana pun suaminya berada.

Karena bagi Ayana, surga ada pada suaminya.

Ridho Allah, Ridho Suami.

"Ayana, kamu tidak apa-apa?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Malam Pertama

    "Ayana, kamu tidak apa-apa?" Tanya Bu Fatimah pada Ayana yang sedari tadi pandangannya menerawang jauh keluar sana."Tidak apa-apa, Ibu. Ayana hanya bersedih saja karena meninggalkan Kyai Akbar dan Umi Farida yang sudah Ayana anggap seperti orang tua kandung sendiri. Mereka begitu sangat menyayangi Ayana sedari kecil hingga sampai saat ini. Bahkan Pondok Pesantren sendiri sudah menjadi rumah bagi Ayana selama bertahun-tahun lamanya." Ayana menjelaskan sedikit perasaannya.Ibu Fatimah menggenggam dan mengusap lembut tangan milik menantu baru nya. Ia dapat merasakan betapa sedihnya Ayana meninggalkan semuanya."Sudah, Bu. Biarkan saja Ayana menenangkan dirinya. Mungkin ia sedang menstabilkan emosinya karena harus pindah jauh dari Pesantren serta Kyai dan Umi." Nabila berucap untuk memberikan waktu bagi Ayana untuk beradaptasi dengan keluarga baru dan lingkungan yang baru.Terlihat dari kaca spion, Zidan memperhatikan Ayana yang sedang mengusap air matanya menggunakan tissue.Namun sialn

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Sedang Sakit

    "Dek, terima kasih ya." Ucap Fahmi berbisik didekat daun telinga milik Ayana.Ayana tampak lemas, namun gairahnya belum kunjung surut.Maklum saja, mereka pengantin baru. Sama-sama baru perdana merasakan surga dunia seperti yang disebut oleh banyak orang.Malam itu, menjadi malam yang sangat panjang bagi Ayana dan Fahmi. Sepasang pengantin baru yang menikmati indahnya kebersamaan.Entah sudah berapa ronde, sehingga ketika menjelang subuh keduanya tampak lemas dan tidak berdaya."MasyaAllah, cantik sekali Isteriku ini. Beruntung aku bisa mendapatkan kamu, sayang." Gumam Fahmi ketika melihat Ayana masih tidur nyenyak tidak berdaya akibat gempuran dari Fahmi.Fahmi beranjak dari tempat tidurnya, ia segera membersihkan tubuhnya.Karena setelahnya akan melaksanakan sholat subuh.Setelah tubuhnya sudah bersih dan wangi, ia segera membangunkan Isterinya yang masih terlelap."Sayang, Dek bangun. Sudah mau subuh. Kamu segera mandi ya. Nanti kita sholat berjama'ah." Perintah Fahmi kepada Ayana

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Hanya Kelelahan

    "Bagaimana dokter dengan kondisi menantu saya?" Bu Fatimah menanyakan kondisi terkini menantunya, Ayana."Saudari Ayana baik-baik saja, Bu. Hanya saja kondisinya sedikit menurun karena kelelahan dan kurang tidur sepertinya. Usahakan jangan telat makan dan banyak beristirahat ya." Sang dokter pun menjawabnya."Baik, dokter. Apapun segera lakukan dok supaya menantu saya segera sembuh dan cepat kembali pulang ke Rumah." Perintah Bu Fatimah, ia menginginkan Ayana lekas sembuh dan segera pulang sebelum Fahmi lepas tugas dari pekerjaannya sebagai Pilot di salah satu Maskapai ternama di Indonesia ini."Baik, Bu. Boleh segera selesaikan ke bagian administrasinya ya." Jeda. "Apakah Bapak suami dari Saudari Ayana?" Tanya dokter pada Zidan.Zidan membisu dan langsung melirik ke arah sang Ibu."Iya, dokter. Nanti akan segera diselesaikan oleh anak saya." Sahut Bu Fatimah dengan segera dan mengedipkan mata ke arah Zidan."Baik Ibu, Bapak. Kalau begitu saya izin pamit. Nanti kalau terjadi apa-apa,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Canggung

    "Maaf, Kak. Kaki aku lemas sekali." Ucap Ayana dengan pandangan yang tidak nyaman karena dengan tidak sengaja telah menindih tubuh Zidan.Deg!Hati Zidan menjadi melayang seketika, ketika tubuh Ayana berada dalam pelukannya secara tidak sengaja.Membuat iman seorang Zidan menjadi goyah.Zidan yang mendapatkan tubuh Ayana telah berada di atasnya. Kemudian dengan terpaksa menyentuh lengan Ayana dan membantu Ayana untuk bangun dari posisinya."Za, kamu kenapa?" Tanya Zidan kepada Ayana.Ayana hanya meringis saja karena semua ini adalah kesalahannya yang berawal dengan ketidaksengajaan."Aku lapar, Kak. Ingin mengambil cemilan niatnya. Eh aku malah sempoyongan dan terjatuh ke tubuh, Kak Zid." Jelas Ayana dengan nada pelannya."Untung kamu jatuh ke tubuhku, coba kalau jatuh ke lantai. Pasti tubuh kamu semakin sakit." Jawab Zidan yang berjalan memapah tubuh Ayana."Hehe iya maaf, Kak.""Kenapa kamu tidak membangunkan aku saja?" Tanya Zidan sambil membantu Ayana untuk naik kembali ke atas ra

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Terjadilah Sudah

    Hujan begitu deras malam ini. Suasana malam terasa dingin dan sepi. Hanya ada suara petir yang saling sahut menyahut.Ayana terbangun dari tidur lelapnya. Tenggorokan nya pun terasa sangat kering.Ayana beranjak dari tempat tidurnya dan segera melangkahkan tungkainya keluar kamar untuk segera berjalan menuju dapur yang berada di lantai bawah.Kondisi tubuhnya sudah terasa sehat, namun masih ada rasa lemas sedikit pada bagian tungkai kakinya.Ia berjalan menyusuri dinding kamar luar. Dan melewati kamar Zidan yang sedikit terbuka.Ia mendengar suara Zidan melantunkan ayat suci, namun Ia berusaha untuk tidak mengintip ke arah kamar Zidan. Karena dirasa cukup tidak sopan dan tidak baik jika melihat ke dalam kamar tanpa seizin pemilik Kamar.Ayana berjalan perlahan menuruni anak tangga. Sebagian lampu beberapa ruangan sudah di padamkan oleh Bu Fatimah.Dengan langkah perlahan akhirnya Ayana sampailah di dapur dan mengambil segelas air minum untuk melepaskan keringnya tenggorokan.Zidan yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Kembali

    "Karena sebenarnya... Aku menyayangimu, Kak." Akhirnya Ayana memberikan sebuah pengakuan kepada Zidan.Sungguh menjadi sebuah tamparan halus untuk Zidan, ketika mendapati seseorang yang sangat ia sayangi dan ia cintai mengakui akan perasaan yang sama.Bagaimana kah ini? sedangkan disatu sisi Ayana sudah menjadi milik orang lain, bahkan adiknya sendiri.Zidan merasa bersalah atas perasaannya selama ini. Mengapa ia tidak melamar Ayana dengan segera ketika dirinya sudah kembali ke Indonesia saat sudah menyelesaikan studynya dari Kairo."Benarkah, Za? Aku tidak salah mendengarnya?" Zidan tampak tidak mempercayai akan hal tersebut.Ayana mengangguk. Lalu ia segera beranjak dan berlalu meninggalkan Zidan yang masih menyalahkan diri atas perasaan Zidan.Ayana berlari meninggalkan Zidan. Dengan hati yang begitu sakit, dada yang terasa sesak.Ayana melemparkan tubuhnya diatas ranjang dan menangislah sejadi-jadinya."Yaa Allah, Yaa Robbi.. Maafkan aku telah melakukan kesalahan pada hari ini. Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Ditinggal Tugas

    "Sayang, terima kasih sudah bersedia menjadi Isteriku, aku sayang kamu." Kecup Fahmi pada dahi Ayana."Sama-sama, Mas." Ayana menyahuti."Dek, mau kah bulan madu?" tanya Fahmi yang masih mengusap-usap pucuk kepala Ayana."Kemana, Mas?" tanya Ayana."Kamu mau nya kemana, Sayang?" tanya balik Fahmi pada Ayana."Aku ikut saja, Mas. Kemanapun kamu mengajak." jawab Ayana."Hmm, kemana ya enaknya? bagaimana kalau kita umroh?" tanya Fahmi.Ayana terbelalak. Seketika matanya membulat besar. Impian yang selama ini ingin Ayana wujudkan kini ditawarkan langsung oleh suaminya sendiri."Yang benar, Mas? Mas serius? tidak berbohong?" Ayana sangat bahagia mendengar kabar bahwa dirinya akan diajak Umroh."Iya, Sayang. Kalau kamu mau, Mas bisa langsung daftar dan siapkan segala sesuatunya." Ucap Fahmi.Ayana mengangguk dengan cepat. Lalu ia langsung memeluk erat tubuh suaminya itu.Fahmi langsung menerima pelukan dari Ayana.***"Bu, aku berencana untuk membuat sebuah Pondok Pesantren tidak jauh dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-06
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Mulai Terbiasa

    "Baik, Kak Zid. Aku akan turun." Ayana segera merapihkan apa yang sedang menjadi aktivitasnya kala itu.Dengan bergerak cepat, Ayana sedikit berlari menuruni anak tangga, karena ia tidak ingin membuat Ibu Mertuanya terlalu lama menunggunya.Sesampainya dilantai bawah, Ia melihat Zidan telah bersama dengan Bu Fatimah sedang berada dimeja makan."Ayana, mengapa kamu turunnya lama sekali, Nak? Apakah ada yang sedang kamu kerjakan?" Tanya Bu Fatimah yang telah duduk manis didepan meja makan.Ayana berjalan mendekati meja makan, dan ia segera duduk disamping Bu Fatimah."Maafkan Ayana, Bu. Ayana belum merasa lapar. Jadi, Ayana pikir nanti-nanti saja Ayana sarapannya." Jawab Ayanan dengan menunduk, ia takut membuat kecewa sang Ibu Mertua.Bu Fatimah menghela napas panjangnya."Ayana, sarapan itu tidak harus menunggu lapar. Isilah perut sedikit saja walau hanya beberapa suap atau bahkan segigit roti saja. Supaya perut kita tetap aman dari penyakit lambung." Jelas Bu Fatimah dengan mengusap l

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07

Bab terbaru

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Pergi Honeymoon

    "Baik, Umi." Jawab Indah.Belum sempat Ayana berkata kembali, datanglah Zidan memanggil Ayana. Yang rupanya sejak tadi memperhatikan cara Ayana menyelesaikan masalah bersama santriwatinya."Za, ikut aku sebentar!" Panggil Zidan kepada Ayana.Sontak, Ayana dan para santriwati menoleh kearah Zidan.Yang lainnya menunduk hingga nanti Zidan pergi meninggalkan area tersebut.Sedangkan, Ayana bangkit dari posisinya."Saya tinggal dulu ya!" Ucap Ayana seraya berjalan meninggalkan semuanya.Ayana berjalan menghampiri Zidan."Ada apa, Kak?" Tanya Ayana."Ikut aku ke rumah sebentar." Ajak Zidan kepada Ayana seketika berjalan menuju rumahnya.Ayana berjalan mengekori Zidan.Disepanjang perjalanan, tidak sengaja Ayana bertemu dengan Zayn.Tatapan Zayn memiliki arti yang mendalam.Ia melemparkan senyuman kepada Ayana.Zayn berjalan menuju ruangan Kamal."Bang Kamal! Bang, yang berjalan bersama Kyai Zidan siapa, bang?" Tanya Zayn dengan penasaran.Kamal yang tengah mengecek project nya, seketika me

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Menyelesaikan Masalah

    "Siap, Kak." Jawab Ayana seraya meletakkan gelas kosong di meja."Ya sudah, kita sarapan sekarang. Setelah itu kita berangkat ke Pesantren. Aku rindu rumahku, apakah kamu berminat untuk menginap di rumah ku lagi?" Goda Zidan kembali.Ayana menghembuskan napasnya."Tidak, Kak. Terima kasih!" Jawab Ayana berlalu mengambil dua piring dan menyiapkan makanan untuk disediakan di meja makan.Zidan tersenyum dengan kekehannya. Matanya terus memandangi gadis yang sangat ia sayangi."Za, apakah kamu berani sendirian di rumah jika Fahmi, Ibu dan Sarah belum juga kunjung pulang ke rumah?" Tanya Zidan kembali."Insya Allah aku berani! Tinggal kunci semua nya, aku pasti berani." Jawab Ayana seraya menuangkan air mineral kedalam gelas panjang."Yakin? Kamu apakah sudah dengar cerita halaman belakang yang sangat sepi dan angker itu?" Ucap Zidan mulai menakut-nakuti Ayana.Sontak, Ayana langsung melebarkan matanya dan merasa merinding semua bulunya."Maksudnya, Kak? Kakak jangan menakut-nakuti begitu

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Malam Penuh Ketegangan

    "Sayang, mengapa aku ditinggal tidur sendirian di bawah? Kamu jahat deh." Gumamnya yang merasa ia memeluk tubuh Fahmi karena ia tidak menyadarinya.Zidan pun juga tidak menyadari bahwa Ayana telah memeluk dirinya. Ia pun menggeliat dan membalas pelukan Ayana. Ia memeluk Ayana dengan begitu erat yang ia pikir itu adalah gulingnya.Malam semakin larut, keduanya tampak hangat dan dekat sekali.Hingga pada akhirnya, Zidan terbangun karena hendak merasakan ingin buang air kecil.Betapa terkejutnya ia tatkala membuka matanya dan menyadari bahwa dirinya sedang memeluk tubuh Ayana dan mengeloni Ayana.Kedua matanya terbuka lebar."Ya Allah, Za! Mengapa kamu ada disini?" Tanya Zidan dengan membangunkan Ayana.Kemudian Ayana membuka matanya dengan sedikit mengerjapkan kedua matanya.Ayana tidak kalah terkejut ketika dirinya tengah berpelukan dengan Zidan"Kak Zidan? Mengapa kakak memeluk aku?" Tanya Ayana dengan cepat melepaskan pelukan Zidan.Zidan mengerutkan dahinya."Tunggu, tunggu! Seperti

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Malam Penuh Dengan Tanda Tanya

    "Tidak! Aku tidak ingin berpacaran. Aku mau nya langsung menikah saja!" Tegas Difa kemudian."Kalau begitu, menikah saja yuk!" Ajak Kamal kepada Difa.Sontak Difa mendengus kesal dan membuka matanya lebar-lebar seolah ingin menerkam Kamal saat itu juga."Kamal! Ish.. Tidak perlu aneh-aneh deh!" Jawab Difa kemudian."Lho, aku serius kalau memang kamu mau, Difa." Ucap Kamal.Difa bangkit dari posisinya."Sudahlah, aku pergi saja!" Ucap Difa seraya pergi meninggalkan Kamal begitu saja."Difa! Difa! Jadi tidak mau nih?" Tanya Kamal dengan nada meninggi.Namun, tidak ada respon dari Difa. Rupanya Difa telah menghilang dari pandangan Kamal.Kamal pun terkekeh."Difa.. Difaa.. Lucu sekali kamu." Gumam Kamal.***"Za, apakah kamu berani sendirian di rumah?" Tanya Zidan tatkala mengantarkan Ayana masuk kedalam rumah Bu Fatimah."Insya Allah berani, Kak. Apa yang harus ditakuti? Kan kata Kak Zidan aku harus menjadi wanita yang kuat dan pemberani." Jawab Ayana melangkahkan kakinya.Ia sempat mel

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Penyemangat Dari Zidan

    "Aku mau pulang! Kalau kakak tidak bisa mengantarkan aku pulang, aku akan pulang sendiri!" Ucap Ayana bangkit dari posisinya.Tatkala ia hendak melangkahkan kakinya, dengan cepat Zidan menarik pergelangan tangan Ayana."Oke, kita pulang sekarang! Hapus air mata kamu!" Ajak Zidan menarik tangan Ayana.Ayana mengekori langkah Zidan.Sesampainya di rumah Kyai Haji Hasan, semuanya tampak berbahagia dan bercengkrama.Namun, tidak bagi Fahmi. Ia terus mengkhawatirkan perasaan Ayana.Sarah telah berada didekatnya.Tampak dari kejauhan Ayana dan Zidan berjalan menghampirinya."Fahmi, aku izin membawa pulang Ayana ya!" Ucap Zidan berbisik kepada Fahmi.Fahmi yang tengah duduk dikelilingi oleh keluarga besar Kyai Haji Hasan pun tidak dapat banyak komentar."Kenapa pulang?" Tanya Fahmi."Ayana ingin pulang, dia tidak bisa berlama-lama disini." Jawab Zidan kembali dengan suara berbisik-bisik.Mata Fahmi tertuju kepada Ayana. Ayana mendekati Fahmi."Mas, aku izin pulang ya. Selamat berbahagia ya,

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Resmi Menjadi Madu

    "Bagaimana, Nak Fahmi? Saya harus menunggu berapa lama lagi? Masih ada urusan di tempat lain juga, saya tidak bisa berlama-lama." Ucap penghulu kembali tampak sudah tidak sabar.Kyai Haji Hasan menghembuskan napas panjangnya.Umi Naima dan Bu Fatimah turut gelisah. Sarah belum diperbolehkan keluar jika acara akad nikah belum terlaksana.Keluarga Kyai Haji Hasan yang lainnya sampai berkipas-kipas karena cuaca mulai panas dan terik."Silahkan dimulai, Pak Penghulu. Saya isterinya!" Teriak Ayana dari kejauhan.Wajah Fahmi yang tadinya sempat muram, kini menjadi sedikit lebih sumringah. Jelas saja, power hidup Fahmi ada di diri Ayana.Ayana dan Zidan langsung duduk di deretan keluarga.Hati Ayana sangat berdegup kencang tatkala ia melihat Fahmi telah mengenakan pakaian menikah."Baik, kalau begitu kita mulai saja ya. Apalagi, sudah dihadiri oleh Isteri pertama dari Nak Fahmi." Ucap Penghulu hendak memulai acara akad nikah.Fahmi sempat melihat wajah Ayana yang begitu cantik namun terlihat

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Hari Pernikahan Fahmi & Sarah

    "Kamu akan tetap menjadi isteri satu-satunya untukku, sayang." Ucap Fahmi.Ayana menyunggingkan senyumannya.Fahmi kemudian melum*t b*bir Ayana dengan lembut sehingga keduanya berpagut dalam kehangatan yang begitu dalam, keduanya saling membalas satu sama lain untuk terakhir kalinya sebelum Fahmi resmi menjadi suami Sarah.Tok..Tok..Tok.."Fahmi, Ayana! Ayo kita berangkat sekarang!"Suara ketukan pintu Zidan membuyarkan pagutan Fahmi dan Ayana.Ayana tampak berat sekali melepaskan sang suami."Iya, Kak. Sebentar!" Jawab Fahmi dengan suara sedikit tinggi."Ayo, sayang. Kita keluar. Ibu dan Kak Zidan sudah menunggu kita." Ucap Fahmi menarik tangan Ayana."Baik, Mas." Jawab Ayana.Fahmi dan Ayana keluar dari kamar dan segera berjalan menuju parkiran mobil.Dibawah sana sudah ada Bu Fatimah dan juga Zidan yang telah menunggu."Ibu dengan Zidan ya, kalian berdua saja!" Pinta Bu Fatimah kepada Fahmi dan Ayana."Baik, Bu." Jawab kompak dari Fahmi dan Ayana.Semuanya masuk kedalam mobil dan

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   H-3 Pernikahan

    "Ini kopinya, Kak!" Ucap Ayana berjalan seraya membawa dua cangkir kopi menghampiri Zidan yang telah duduk di sofa empuknya."Syukron Isteri haluku. Bagaimana kalau kita menikmati ini semua di rooftop? Sekalian kita bisa melihat sunrise. Pasti sangat indah sekali. Kamu pasti suka kan?" Ajak Zidan kepada Ayana.Ayana mengangguk dengan melemparkan senyumannya."Ayo, Kak." Jawab Ayana.Zidan berjalan menuju rooftop dan Ayana mengekorinya.Sesampainya di rooftop masih terlihat gelap, hanya matahari sudah mulai menampakan sinarnya dengan malu-malu.Zidan duduk disamping Ayana disebuah kursi panjang yang beralaskan sofa ringan."Masya Allah, indah sekali. Sebentar lagi sunrisenya muncul, Kak." Ucap Ayana dengan wajah sumringah.Zidan tersenyum."Iya, Za. Kita tunggu saja." Jawab Zidan.Keduanya menikmati secangkir kopi dan sarapan yang telah dibuat oleh Ayana."Za, apa rencanamu ketika nanti Fahmi dan Sarah sudah menikah? Apakah kamu akan tetap tinggal dirumah Ibu?" Tanya Zidan kepada Ayana

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Hmm.. Bolehkah Sedekat Ini?

    Zidan menjadi salah tingkah tatkala Ayana menyentuh lengannya.Namun, ia tidak bisa menolaknya. Karena, posisinya Ayana sedang sakit dan butuh bantuannya."Iya, Za. Cepatlah istirahat." Zidan memerintahkan Ayana agar segera beristirahat.Sembari menunggu Ayana terlelap, Zidan meraih laptopnya agar tidak terlalu bosan didalam kamarnya.Selang tiga puluh menit, Ayana telah terlelap akibat pengaruh obat yang mungkin telah beraksi.Zidan pergi meninggalkan Ayana agar Ayana dapat istirahat dengan tenang.***"Selamat malam, Kyai. Apakah mengajinya bisa dimulai sekarang?" Tanya Kamal tatkala berdiri didepan pintu rumah Zidan."Dimulai saja, Kamal. Nanti aku menyusul. Baca do'a pembuka dulu saja." Perintah Zidan seraya membuat teh hangat digelas besar.Kamal sedikit menyipitkan kedua bola matanya."Baik, Kyai. Hmm.. Alafu, Kyai. Apakah dirumah Kyai sedang ada orang?" Tanya Kamal dengan melihat lantai dua yang masih terang karena pancaran sinar lampu.Zidan menghembuskan napasnya, dan segera

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status