"Cari apa, Kak?" Tanya Ayana."Cari yang segar-segar." Jawab Zidan singkat.Ayana tampak berpikir sejenak."Apa itu yang segar-segar?" Tanya Ayana dengan tangannya bergerak menyiapkan gelas kosong berikut dengan teh dan gula."Tidak tahu nih, ternyata dikulkas tidak ada yang segar-segar." Jawab Zidan dengan wajah kecewa karena ia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan."Beli saja, Kak!" Perintah Ayana.Ayana menuangkan air panas kedalam gelas panjang, dan kemudian ia mengaduknya."Temani aku, yuk!" Ajak Zidan kepada Ayana.Ayana langsung membuka matanya dan menatap kearah Zidan."Tidak salah, Kak?" Tanya Ayana terkejut.Zidan pun berdiri dari posisi semula."Kenapa memangnya? Apa yang salah?" Zidan balik bertanya."Kan kita bukan mahrom, Kak. Tidak baik juga kalau pergi, apalagi aku seorang Isteri yang memiliki suami." Jelas Ayana.Zidan terkekeh melihat ekspresi Ayana."Ya ampun, Za. Percaya sekali, aku hanya bercanda, Za. Tidak mungkin juga aku mengajak Isteri adikku sendiri. Apa ka
"Sudah mengaku saja, Za!" Zidan bertanya kembali."Kakak, kenapa sih? Suka sekali gangguin aku!" Ayana menghardik Zidan dengan menghentakkan kakinya diaspal.Zidan menggelengkan kepalanya."Hahaha, kamu kepe-dean ah, Za. Sudah lah, aku duluan saja kalau dituduh mengganggu kamu!" Zidan melangkahkan kakinya lebih cepat sehingga Ayana jauh tertinggal.Ayana teramat kesal dengan sikap Zidan yang semakin hari semakin jahil saja terhadapnya."Awas ya, Kak! Aku aduin kamu pada Mas Fahmi!" Ancam Ayana pada Zidan."Haha, silahkan saja, Za! Aku tidak takut!" Zidan berlari meninggalkan Ayana.Ayana mengejar Zidan dengan berjalan lebih cepat. Karena hari sudah sangat malam.Jalanan komplek juga sudah sangat sepi."Aaarrrggghhhhh.... Kak Zidaaaaannn!!!!"***"Assalamu'alaikum, Sayangku. Ayo bangun! Sudah waktunya sholat subuh." Bisik Fahmi kepada Ayana dengan tertidur pulas.Samar-samar Ayana mendengar suara Fahmi dalam tidurnya.Ia menggeliat dan membuka matanya yang masih terasa berat.Ketika ia
"Kenapa kamu senyum-senyum, Sayang? Kamu bersedia?" Fahmi memperhatikan wajah Ayana yang terlihat bahagia."Alhamdulillah, aku bersedia. Aku memang sangat merindukan suasana Pesantren. Terasa hangat dan ramai. Aku jadi tidak kesepian." Jawab Ayana dengan senyuman lebarnya sehingga deretan gigi putihnya terlihat sangat jelas.Zidan melirik wajah Ayana dan ia pun terpesona oleh senyuman Ayana.Sangat cantik!"Syukurlah kalau begitu. Tapi, ingat ya. Jangan terlalu kecapaian. Kamu juga tetap harus fokus untuk memberikan cucu buat Ibu." Bu Fatimah memberikan sebuah peringatan agar Ayana jangan terlalu kelelahan untuk berjuang demi memberikan dirinya cucu.Sontak wajah yang ceria seketika mengendurkan senyumannya kemudian Ayana melirik kearah Fahmi.Fahmi pun melakukan hal yang serupa."Baik, Bu. Semoga disegerakan ya, Bu." Sahut Ayana agar Bu Fatimah tidak berlarut-larut dalam penantian seorang cucu."Oh iya, sudah malam, Bu. Ibu ingin istirahat? Ayo Zidan antar ke kamar, nanti sakitnya ka
"Kenapa sih otakku memikirkan Ayana terus? Duh, menjadi tidak konsen begini!" Gumamnya lirih.Kemudian ia bangkit dari posisi semula, ia menuruni anak tangga dan berjalan kearah dapur.Ia mengambil sebuah cangkir dan ia tuangkan gula serta kopi hitamnya.Zidan menuangkan air panas, kemudian ia mengaduknya dengan perlahan.Wajah Ayana hadir kembali dalam pikirannya, senyuman Ayana tergambar jelas dalam ingatannya.Ia mencoba flashback ketika ia masih menjadi seorang santri dan Ayana masih menjadi gadis kecil yang masih berpakaian sederhana apa adanya.Belum mengenal kata dandan atau mempercantik diri."Ya Allah, mengapa bayangan Ayana hadir terus dalam benakku? Apa yang harus aku lakukan? Semakin aku ingin menghilangkannya, malah semakin nyata!" Ucap lirih Zidan dengan berjalan menuju kamar Bu Fatimah.Zidan mengintip apakah Bu Fatimah masih terjaga? Namun, ternyata Bu Fatimah telah beristirahat.Ia berjalan kembali menuju kamarnya dan menyelesaikan untuk mengoreksi tugas para Mahasisw
"Kak, Zidan. Bagaimana kabarnya?" Fahmi menyalami Zidan. Dengan mencium punggung tangan Zidan, dan kemudian berpelukan."Alhamdulillah, sehat. Kamu apa kabar selama disana?" Zidan bertanya kepada Fahmi."Alhamdulillah, Kak. Kami baik-baik saja." Jawab Fahmi.Zidan menangkupkan kedua tangannya didepan dada dengan memandang Ayana, begitu juga sebaliknya, Ayana juga melakukan hal yang sama."Alhamdulillah, Kamu sendiri apa kabar, Ayana?" Zidan memandang Ayana penuh dengan rasa kerinduannya.Ayana tersenyum dan berseru."Alhamdulillah, seperti yang Kak Zidan lihat saat ini. Aku baik-baik saja." Ayana terlihat lebih sumringah.Karena akhirnya ia dan Fahmi telah pulang serta dapat berkumpul kembali dengan keluarganya."Syukurlah, kalau begitu kalian istirahat saja, sembari menikmati hidangan yang telah disiapkan oleh Kak Nabila." Zidan menawarkan hidangan lezat yang telah Nabila masak sejak selesai sholat subuh."Iya, ayo dimakan! Aku sudah masak, lho. Kalian harus cicipi masakan aku. Jaran
"Zaaa.. Kita pindah yuk!" Ajak Zidan ketika membangunkan Ayana kembali, barangkali Ayana langsung terbangun.Nyatanya, Ayana masih tetap pulas.Zidan merapihkan semua barang-barangnya, karena ia hendak beristirahat juga."Zaaa, maaf ya! Terpaksa aku harus membopong dan memindahkan kamu ke kamar! Tidak apa-apa kan, Za?" Bisik Zidan pada telinga Ayana, tubuh Ayana telah melayang di udara.Ia telah digendong oleh Zidan, namun Ayana masih sangat pulas, ketika Zidan menggendongnya menuju kamarnya.Setiap inchi wajah Ayana, Zidan terus memperhatikannya dengan seksama.Zidan begitu berjalan sangat hati-hati, ia tidak ingin membangunkan Ayana yang sedang tidur cantik.Sesampainya di kamar, Zidan membaringkan Ayana di ranjang, kemudian Zidan menarik selimut untuk menutupi tubuh Ayana."Selamat tidur, Za. Semoga mimpi yang indah!" Ujar Zidan hendak pergi meninggalkan Ayana di kamarnya.Ia memperhatikan wajah Ayana yang polos namun cantik.Selang beberapa menit, Zidan pun pergi meninggalkan Ayan
"Ih, Kak Zid. Tidak apa-apa lah aku sekali-sekali membantu. Siapa tahu, selang dua hari atau tiga hari, kamu sudah menemukan untuk bagian perdapuran." Bantah Ayana.Zidan menarik napas panjang, rasanya ia sangat gemas sekali dengan Ayana."Tidak, Ayana. Tidak!""Mohon maaf, Ustadz, Umi. Maaf jika saya memotong pembicaraan Ustadz dan Umi. Apakah tidak sebaiknya kalian menikah saja? Sepertinya kalian lebih cocok untuk menjadi pasangan hidup!" Ujar Kamal tiba-tiba.Sontak Zidan dan Ayana melotot kearah Kamal.Yang lainnya pun menahan tawanya."Apa kamu bilang, Mal?" Zidan bertanya menyelidik.Kamal pun menggaruk kepalanya dengan perasaan was-was karena sepertinya ia telah salah bicara."Iya, kamu bilang apa?" Cecar Ayana.Kamal pun meringis."Maaf! Ustadz, Umi. Saya hanya bercanda!" Ucap Kamal dengan menangkupkan kedua tangannya lebih tinggi hingga menutupi wajahnya.Zidan dan Ayana mendengus kesal."Ya sudah, hari sudah sore. Kalian boleh berkemas-kemas dan segera pulang. Besok pagi, ja
"Kak Zidan khawatir ya sama aku?""Khawatir? Tidak kok, biasa saja." Zidan mencoba berbohong, namun sikapnya tidak dapat dibohongi."Ah, yang benar?" Ledek Ayana kembali.Zidan menjadi salah tingkah."Benar, Za. Aku biasa saja." Sahut Zidan kembali."Yakin? Terus kenapa sampai bela-belain menghampiri aku sudah malam-malam begini?" Ayana bertanya kepada Zidan membuat Zidan mati kutu.Deg.. (Please, Za. Jangan aku tanya hal yang aneh-aneh. Aku tidak bisa menjawabnya) batin Zidan."Tidak apa-apa, ya sudah. Aku ke kamar dulu ya. Ingin istirahat. Kamu juga jangan tidur malam-malam. Besok kita berangkat pagi-pagi." Ucap Zidan hendak berjalan menuju kamarnya."Baik, Kak."Ayana masuk kembali kedalam kamarnya ketika Zidan sudah hilang dari pandangannya.Ia pun tersenyum melihat tingkah Zidan.***"Permisi Ustadz Zidan, ini laporan pendaftaran santri dan santriwati di Pesantren kita." Agata menyerahkan daftar nama para calon santri dan santriwati."Baik, Agata. Syukron. Wah, alhamdulillah ya,
"Baik, Umi." Jawab Indah.Belum sempat Ayana berkata kembali, datanglah Zidan memanggil Ayana. Yang rupanya sejak tadi memperhatikan cara Ayana menyelesaikan masalah bersama santriwatinya."Za, ikut aku sebentar!" Panggil Zidan kepada Ayana.Sontak, Ayana dan para santriwati menoleh kearah Zidan.Yang lainnya menunduk hingga nanti Zidan pergi meninggalkan area tersebut.Sedangkan, Ayana bangkit dari posisinya."Saya tinggal dulu ya!" Ucap Ayana seraya berjalan meninggalkan semuanya.Ayana berjalan menghampiri Zidan."Ada apa, Kak?" Tanya Ayana."Ikut aku ke rumah sebentar." Ajak Zidan kepada Ayana seketika berjalan menuju rumahnya.Ayana berjalan mengekori Zidan.Disepanjang perjalanan, tidak sengaja Ayana bertemu dengan Zayn.Tatapan Zayn memiliki arti yang mendalam.Ia melemparkan senyuman kepada Ayana.Zayn berjalan menuju ruangan Kamal."Bang Kamal! Bang, yang berjalan bersama Kyai Zidan siapa, bang?" Tanya Zayn dengan penasaran.Kamal yang tengah mengecek project nya, seketika me
"Siap, Kak." Jawab Ayana seraya meletakkan gelas kosong di meja."Ya sudah, kita sarapan sekarang. Setelah itu kita berangkat ke Pesantren. Aku rindu rumahku, apakah kamu berminat untuk menginap di rumah ku lagi?" Goda Zidan kembali.Ayana menghembuskan napasnya."Tidak, Kak. Terima kasih!" Jawab Ayana berlalu mengambil dua piring dan menyiapkan makanan untuk disediakan di meja makan.Zidan tersenyum dengan kekehannya. Matanya terus memandangi gadis yang sangat ia sayangi."Za, apakah kamu berani sendirian di rumah jika Fahmi, Ibu dan Sarah belum juga kunjung pulang ke rumah?" Tanya Zidan kembali."Insya Allah aku berani! Tinggal kunci semua nya, aku pasti berani." Jawab Ayana seraya menuangkan air mineral kedalam gelas panjang."Yakin? Kamu apakah sudah dengar cerita halaman belakang yang sangat sepi dan angker itu?" Ucap Zidan mulai menakut-nakuti Ayana.Sontak, Ayana langsung melebarkan matanya dan merasa merinding semua bulunya."Maksudnya, Kak? Kakak jangan menakut-nakuti begitu
"Sayang, mengapa aku ditinggal tidur sendirian di bawah? Kamu jahat deh." Gumamnya yang merasa ia memeluk tubuh Fahmi karena ia tidak menyadarinya.Zidan pun juga tidak menyadari bahwa Ayana telah memeluk dirinya. Ia pun menggeliat dan membalas pelukan Ayana. Ia memeluk Ayana dengan begitu erat yang ia pikir itu adalah gulingnya.Malam semakin larut, keduanya tampak hangat dan dekat sekali.Hingga pada akhirnya, Zidan terbangun karena hendak merasakan ingin buang air kecil.Betapa terkejutnya ia tatkala membuka matanya dan menyadari bahwa dirinya sedang memeluk tubuh Ayana dan mengeloni Ayana.Kedua matanya terbuka lebar."Ya Allah, Za! Mengapa kamu ada disini?" Tanya Zidan dengan membangunkan Ayana.Kemudian Ayana membuka matanya dengan sedikit mengerjapkan kedua matanya.Ayana tidak kalah terkejut ketika dirinya tengah berpelukan dengan Zidan"Kak Zidan? Mengapa kakak memeluk aku?" Tanya Ayana dengan cepat melepaskan pelukan Zidan.Zidan mengerutkan dahinya."Tunggu, tunggu! Seperti
"Tidak! Aku tidak ingin berpacaran. Aku mau nya langsung menikah saja!" Tegas Difa kemudian."Kalau begitu, menikah saja yuk!" Ajak Kamal kepada Difa.Sontak Difa mendengus kesal dan membuka matanya lebar-lebar seolah ingin menerkam Kamal saat itu juga."Kamal! Ish.. Tidak perlu aneh-aneh deh!" Jawab Difa kemudian."Lho, aku serius kalau memang kamu mau, Difa." Ucap Kamal.Difa bangkit dari posisinya."Sudahlah, aku pergi saja!" Ucap Difa seraya pergi meninggalkan Kamal begitu saja."Difa! Difa! Jadi tidak mau nih?" Tanya Kamal dengan nada meninggi.Namun, tidak ada respon dari Difa. Rupanya Difa telah menghilang dari pandangan Kamal.Kamal pun terkekeh."Difa.. Difaa.. Lucu sekali kamu." Gumam Kamal.***"Za, apakah kamu berani sendirian di rumah?" Tanya Zidan tatkala mengantarkan Ayana masuk kedalam rumah Bu Fatimah."Insya Allah berani, Kak. Apa yang harus ditakuti? Kan kata Kak Zidan aku harus menjadi wanita yang kuat dan pemberani." Jawab Ayana melangkahkan kakinya.Ia sempat mel
"Aku mau pulang! Kalau kakak tidak bisa mengantarkan aku pulang, aku akan pulang sendiri!" Ucap Ayana bangkit dari posisinya.Tatkala ia hendak melangkahkan kakinya, dengan cepat Zidan menarik pergelangan tangan Ayana."Oke, kita pulang sekarang! Hapus air mata kamu!" Ajak Zidan menarik tangan Ayana.Ayana mengekori langkah Zidan.Sesampainya di rumah Kyai Haji Hasan, semuanya tampak berbahagia dan bercengkrama.Namun, tidak bagi Fahmi. Ia terus mengkhawatirkan perasaan Ayana.Sarah telah berada didekatnya.Tampak dari kejauhan Ayana dan Zidan berjalan menghampirinya."Fahmi, aku izin membawa pulang Ayana ya!" Ucap Zidan berbisik kepada Fahmi.Fahmi yang tengah duduk dikelilingi oleh keluarga besar Kyai Haji Hasan pun tidak dapat banyak komentar."Kenapa pulang?" Tanya Fahmi."Ayana ingin pulang, dia tidak bisa berlama-lama disini." Jawab Zidan kembali dengan suara berbisik-bisik.Mata Fahmi tertuju kepada Ayana. Ayana mendekati Fahmi."Mas, aku izin pulang ya. Selamat berbahagia ya,
"Bagaimana, Nak Fahmi? Saya harus menunggu berapa lama lagi? Masih ada urusan di tempat lain juga, saya tidak bisa berlama-lama." Ucap penghulu kembali tampak sudah tidak sabar.Kyai Haji Hasan menghembuskan napas panjangnya.Umi Naima dan Bu Fatimah turut gelisah. Sarah belum diperbolehkan keluar jika acara akad nikah belum terlaksana.Keluarga Kyai Haji Hasan yang lainnya sampai berkipas-kipas karena cuaca mulai panas dan terik."Silahkan dimulai, Pak Penghulu. Saya isterinya!" Teriak Ayana dari kejauhan.Wajah Fahmi yang tadinya sempat muram, kini menjadi sedikit lebih sumringah. Jelas saja, power hidup Fahmi ada di diri Ayana.Ayana dan Zidan langsung duduk di deretan keluarga.Hati Ayana sangat berdegup kencang tatkala ia melihat Fahmi telah mengenakan pakaian menikah."Baik, kalau begitu kita mulai saja ya. Apalagi, sudah dihadiri oleh Isteri pertama dari Nak Fahmi." Ucap Penghulu hendak memulai acara akad nikah.Fahmi sempat melihat wajah Ayana yang begitu cantik namun terlihat
"Kamu akan tetap menjadi isteri satu-satunya untukku, sayang." Ucap Fahmi.Ayana menyunggingkan senyumannya.Fahmi kemudian melum*t b*bir Ayana dengan lembut sehingga keduanya berpagut dalam kehangatan yang begitu dalam, keduanya saling membalas satu sama lain untuk terakhir kalinya sebelum Fahmi resmi menjadi suami Sarah.Tok..Tok..Tok.."Fahmi, Ayana! Ayo kita berangkat sekarang!"Suara ketukan pintu Zidan membuyarkan pagutan Fahmi dan Ayana.Ayana tampak berat sekali melepaskan sang suami."Iya, Kak. Sebentar!" Jawab Fahmi dengan suara sedikit tinggi."Ayo, sayang. Kita keluar. Ibu dan Kak Zidan sudah menunggu kita." Ucap Fahmi menarik tangan Ayana."Baik, Mas." Jawab Ayana.Fahmi dan Ayana keluar dari kamar dan segera berjalan menuju parkiran mobil.Dibawah sana sudah ada Bu Fatimah dan juga Zidan yang telah menunggu."Ibu dengan Zidan ya, kalian berdua saja!" Pinta Bu Fatimah kepada Fahmi dan Ayana."Baik, Bu." Jawab kompak dari Fahmi dan Ayana.Semuanya masuk kedalam mobil dan
"Ini kopinya, Kak!" Ucap Ayana berjalan seraya membawa dua cangkir kopi menghampiri Zidan yang telah duduk di sofa empuknya."Syukron Isteri haluku. Bagaimana kalau kita menikmati ini semua di rooftop? Sekalian kita bisa melihat sunrise. Pasti sangat indah sekali. Kamu pasti suka kan?" Ajak Zidan kepada Ayana.Ayana mengangguk dengan melemparkan senyumannya."Ayo, Kak." Jawab Ayana.Zidan berjalan menuju rooftop dan Ayana mengekorinya.Sesampainya di rooftop masih terlihat gelap, hanya matahari sudah mulai menampakan sinarnya dengan malu-malu.Zidan duduk disamping Ayana disebuah kursi panjang yang beralaskan sofa ringan."Masya Allah, indah sekali. Sebentar lagi sunrisenya muncul, Kak." Ucap Ayana dengan wajah sumringah.Zidan tersenyum."Iya, Za. Kita tunggu saja." Jawab Zidan.Keduanya menikmati secangkir kopi dan sarapan yang telah dibuat oleh Ayana."Za, apa rencanamu ketika nanti Fahmi dan Sarah sudah menikah? Apakah kamu akan tetap tinggal dirumah Ibu?" Tanya Zidan kepada Ayana
Zidan menjadi salah tingkah tatkala Ayana menyentuh lengannya.Namun, ia tidak bisa menolaknya. Karena, posisinya Ayana sedang sakit dan butuh bantuannya."Iya, Za. Cepatlah istirahat." Zidan memerintahkan Ayana agar segera beristirahat.Sembari menunggu Ayana terlelap, Zidan meraih laptopnya agar tidak terlalu bosan didalam kamarnya.Selang tiga puluh menit, Ayana telah terlelap akibat pengaruh obat yang mungkin telah beraksi.Zidan pergi meninggalkan Ayana agar Ayana dapat istirahat dengan tenang.***"Selamat malam, Kyai. Apakah mengajinya bisa dimulai sekarang?" Tanya Kamal tatkala berdiri didepan pintu rumah Zidan."Dimulai saja, Kamal. Nanti aku menyusul. Baca do'a pembuka dulu saja." Perintah Zidan seraya membuat teh hangat digelas besar.Kamal sedikit menyipitkan kedua bola matanya."Baik, Kyai. Hmm.. Alafu, Kyai. Apakah dirumah Kyai sedang ada orang?" Tanya Kamal dengan melihat lantai dua yang masih terang karena pancaran sinar lampu.Zidan menghembuskan napasnya, dan segera