Share

Dilema

Author: Chocoo Crunch
last update Last Updated: 2025-02-14 09:43:41

"Kak Zidan khawatir ya sama aku?"

"Khawatir? Tidak kok, biasa saja." Zidan mencoba berbohong, namun sikapnya tidak dapat dibohongi.

"Ah, yang benar?" Ledek Ayana kembali.

Zidan menjadi salah tingkah.

"Benar, Za. Aku biasa saja." Sahut Zidan kembali.

"Yakin? Terus kenapa sampai bela-belain menghampiri aku sudah malam-malam begini?" Ayana bertanya kepada Zidan membuat Zidan mati kutu.

Deg..

(Please, Za. Jangan aku tanya hal yang aneh-aneh. Aku tidak bisa menjawabnya) batin Zidan.

"Tidak apa-apa, ya sudah. Aku ke kamar dulu ya. Ingin istirahat. Kamu juga jangan tidur malam-malam. Besok kita berangkat pagi-pagi." Ucap Zidan hendak berjalan menuju kamarnya.

"Baik, Kak."

Ayana masuk kembali kedalam kamarnya ketika Zidan sudah hilang dari pandangannya.

Ia pun tersenyum melihat tingkah Zidan.

***

"Permisi Ustadz Zidan, ini laporan pendaftaran santri dan santriwati di Pesantren kita." Agata menyerahkan daftar nama para calon santri dan santriwati.

"Baik, Agata. Syukron. Wah, alhamdulillah ya,
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Pengajar Baru, Bernama Difa Azahra

    "Ya ampun, sudah jadi kakek-kakek dong kamu nanti. Waktuku bersama kamu tersita selama itu, ya Allah. Lama sekali!" Ayana terlihat sedang berpikir masa muda nya tersita begitu banyak.Padahal ia sangat menginginkan, hari-hari bersama Fahmi hingga sampai kakek dan nenek.Namun, diusia Fahmi nanti menjadi kakek-kakek pun, akan tetap masih bertugas sebagai Pilot."Hahahaha, memang itu sudah menjadi profesiku, sayang!" Peluk Fahmi pada tubuh Ayana."Apakah bisa, jika sebelum usia enam puluh lima tahun seorang pilot mengundurkan dirinya?" Tanya Ayana kepada Fahmi.Fahmi mengerutkan dahinya."Bisa, jika kondisi kesehatan pilot kian menurun dan tidak dapat terbang dalam jangka panjang. Dikatakan, sang pilot bermasalah dengan kesehatannya dalam waktu yang begitu lama." Jelas Fahmi."Oh begitu, ya sudah deh. Pekerjaan itu sudah menjadi keinginan kamu sedari kecil. Aku sebagai isteri hanya bisa memberikan support dan do'a yang terbaik untuk kamu. Yuk, kita istirahat." Ayana tampak membalas pelu

    Last Updated : 2025-02-15
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Merasa Tersaingi

    "Cantik, lumayan manis juga." Zidan sengaja menjawabnya, agar ia dapat melihat ekspresi wajah Ayana akan berubah atau tidak.Benar saja, Ayana yang semula berseri-seri, kini berubah sedikit masam.(Yes, apakah kamu cemburu, Za?) Batin Zidan terkekeh."Kenapa, Za? Ada yang salah, kah?" Imbuh Zidan.Ayana membuang wajahnya."Mengapa kamu tidak menikah saja dengannya?" Ayana berdiri dari duduknya kemudian ia pergi meninggalkan Zidan, Ayana berjalan menuju parkiran."Maksud kamu? Za.. Tunggu.. Maksud kamu apa?" Zidan mengejar Ayana yang sudah sampai di parkiran.Namun, ketika Zidan mengejar Ayana. Datanglah Difa yang hendak pulang juga bersama dengan Kamal dan Agata, namun mereka menghentikan langkah mereka lalu melihat Zidan mengejar Ayana dari kejauhan."Eh, Kyai mengejar siapa itu?" Bisik Difa kepada Kamal dan Agata."Tuh, lihat saja. Siapa yang sudah berdiri didekat mobil." Tunjuk Kamal mengarah kepada Ayana."Siapa dia?" Difa bertanya dengan penasaran."Itu yang namanya Umi Ayana."

    Last Updated : 2025-02-16
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Ada Apakah Gerangan?

    (Mungkin memang sudah saatnya Kak Zidan mengenal wanita lain untuk jenjang yang lebih serius. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Jika itu sudah menjadi kehendak Allah, aku tidak bisa menghalanginya. Kehidupan kita sudah masing-masing. Akupun telah bersama dengan Mas Fahmi. Dan tidak akan pernah bersatu bersama Kak Zidan. Semoga kamu bisa mendapatkan jodoh yang terbaik ya, Kak Zid) Batin Ayana ketika dirinya sedang beristirahat menyandarkan bahunya disandaran ranjang.Hatinya gelisah, pikirannya berkecamuk.(Aduh, sudah sih ini kenapa pikiranku jadi kemana-mana. Kak Zidan adalah masa laluku, saatnya aku fokus dengan kehidupanku bersama dengan Mas Fahmi. Pokoknya aku harus fokus untuk memiliki momongan. Titik tidak pakai koma.) Ayana mengacak-acak wajahnya dengan kedua tangannya.Ia bergegas bersih-bersih karena tidak lama lagi Fahmi akan pulang ke rumah.Sepanjang harinya, kini begitu lelah dengan rutinitasnya menjadi pengajar sekaligus pengasuh untuk santriwati di Pesantren.Berangkat

    Last Updated : 2025-02-17
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Happy Anniversary

    "Wa'alaikumsalam, Bu." Ucap lirih Difa dengan wajah gelisah dan kebingungan.Dahlia adalah janda beranak dua.Anak pertama bernama Dito sedangkan anak keduanya bernama Difa.Ia hidup menjadi sudah kurang lebih selama lima tahun setelah suaminya meninggal dunia.Semenjak suaminya meninggal, ekonomi keluarga Difa menjadi kurang baik. Dahlia harus membanting tulang demi menyekolahkan Dito dan Difa.Namun, Dito kini lupa akan perjuangan Dahlia.Dito yang sudah bekerja di Kota besar, jarang sekali memberikan uang kepada Dahlia. Sehingga Dahlia harus tetap membanting tulang untuk kebutuhan sehari-hari.Besar harapannya kepada Difa. Semoga Difa kelak dapat membahagiakannya dan bisa merubah ekonominya agar kembali membaik.Nampaknya, raut wajah kegelisahan Difa terpantau oleh Zidan yang sudah berdiri sedari tadi didepan pintu ruangan Difa."Apakah kamu sudah sarapan? Jika belum, mari kita sarapan bersama." Suara Zidan membuyarkan pikiran Difa.Difa terkejut dengan adanya Zidan yang telah berd

    Last Updated : 2025-02-18
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Dingin dan Acuh

    "Membangun rumah? Jadi, kamu nanti akan tinggal di Pesantren?" Bu Fatimah bertanya kembali."Iya, Bu. Aku harus tinggal disana. Karena, dunia Pesantren tidak hanya belajar dari pagi sampai sore saja. Melainkan malam hari pun juga harus. Lagi pula, Zidan tidak nyaman jika tinggal disini karena satu atap bersama Ayana. Walaupun Ayana temanku, tetap dia adalah adik iparku. Takut ada fitnah dan hal-hal yang tidak diinginkan." Jelas Zidan kepada Bu Fatimah.Bu Fatimah mengerti akan maksud Zidan. Ia mengangguk perlahan."Ya sudah, aku ke kamar dulu ya, Bu. Mau bersih-bersih. Badanku sudah lengket sekali." Zidan melangkahkan kakinya menaiki anak tangga."Iya, Nak. Nanti kalau sudah selesai, segera turun ya. Ada yang ingin Ibu bicarakan denganmu!"***Waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam. Namun rupanya Fahmi dan Ayana belum juga tiba di rumah.Zidan sesekali memperhatikan jam dinding yang terpajang didinding kamarnya.Berulang kali pula, ia menengok keluar pintu kamar.Barangkali terde

    Last Updated : 2025-02-19
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Semakin Dingin

    "Eh, maaf Difa. Hehehe, jadi tidak fokus begini." Ucap Ayana."Tidak apa-apa, Umi. Ada yang sedang Umi pikirkan, kah?" Tanya Difa."Tidak ada, Difa. Hanya sedikit lelah saja mungkin." Jawab Ayana sedikit berbohong."Oh iya, Umi. Difa boleh bertanya tentang Kyai Zidan?" Difa bertanya kembali kepada Ayana.Ayana mengangguk.Tok..Tok..Tok..Dengan kompak Ayana dan Difa menoleh kearah sumber suara ketukan pintu diruangan Ayana itu."Difa! Kamu kemana saja? Ikut aku sebentar, sekarang!""Kyai?" Ucap lirih Difa.Difa langsung menoleh kembali kearah Ayana, Ayana memberikan kode untuknya agar segera menuruti perintah Zidan.Zidan menatap sekilas mata Ayana, ketika Difa hendak beranjak dari tempat duduknya.Zidan langsung membalikkan tubuhnya dengan diekori Difa dibelakangnya.(Kak Zidan kenapa ya? Seperti acuh sekali denganku, apa aku membuat kesalahan?) Batin Ayana."Ah, sudahlah!" Gumam Ayana, ia kembali melanjutkan aktifitasnya.***"Ada apa Kyai mencari Difa?" Tanya Difa ketika dirinya

    Last Updated : 2025-02-20
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Luka Hati, Luka Tubuh

    "Sayang! Kenapa keadaan kamu seperti ini?" Ucap Fahmi ketika memeluk tubuh Ayana.Zidan tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya dapat melihat Ayana dari jarak dekat saja.Wajahnya pucat, ia begitu kasihan terhadap Ayana."Nak, kamu kenapa bisa sampai seperti ini?" Tangis Bu Fatimah pecah."Sayang? Ceritakan! Kamu kenapa?" Tanya Fahmi sekali lagi.Ayana memandang lemas manik-manik mata Fahmi. Tubuhnya tidak kuat berdiri kembali."M-Mas, A-Aku terserempet m-mobil... " Belum sempat Ayana menceritakan semuanya. Ia sudah jatuh pingsan.Dengan segera Fahmi menangkap tubuh mungil Ayana."Ayana!" Teriak kompak Fahmi dan Zidan."Ya Allah, mengapa bisa terserempet mobil sih, Nak?" Tangis Bu Fatimah kembali kencang.Fahmi langsung membopong tubuh Ayana dan membawanya di sofa panjang rumahnya.Tidak peduli dengan pakaian basah kuyup yang telah bercampur dengan darah. Saat ini tujuan utama adalah segera menolong Ayana yang sedang tidak baik-baik saja.Fahmi sesekali memeluk tubuh Ayana, Zidan dengan

    Last Updated : 2025-02-21
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Perasaan Terdalam

    "Yakin, Kakak bisa? Lalu, bagaimana dengan Pesantren?" Tanya Fahmi.Zidan menarik nafas panjangnya."Itu akan menjadi urusanku, yang terpenting kita berikan yang terbaik untuk Ayana sesegera mungkin!" Jawab Zidan."Kalau begitu, sekarang juga kita bawa Ayana ke Rumah Sakit." Titah Bu Fatimah.Fahmi mendekati Zidan lalu berbisik."Kak, tolong jaga Ayana sepenuh hati. Biar bagaimanapun, ia adalah teman Kakak sejak kecil. Apakah kakak tega melupakan begitu saja kenangan-kenangan kakak dimasa-masa itu? Anggap saja, Ayana ini adik kandungmu. Jadi, kamu bisa menjaga dan merawatnya tanpa ada kecanggungan. Aku mohon! Aku sangat menyayangi dia!" Bisik Fahmi kepada Zidan.Zidan tampak berpikir sejenak dan mencerna apa yang dikatakan oleh adiknya tersebut."Tapi, Fahmi! Aku dan dia bukan mahrom! Mana pantas aku seperti itu?" Protes Zidan."Please, Kak! Kita harus bertanggungjawab atas amanah dari Kyai Akbar." Ucap Fahmi.Zidan tidak menjawab ucapan Fahmi, ia begitu bingung harus bertindak apa na

    Last Updated : 2025-02-22

Latest chapter

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Galau

    "Abi, pikirkan Sarah juga dong, Bi. Sarah itu kan anak kita satu-satunya. Isteri Fahmi itu kan hanya anak angkat Kyai Akbar, bukan anak kandung. Lagi pula, tidak masalah jika dipoligami. Karena di agama kita sendiripun membolehkannya jika memang ada alasan yang kuat." Tegas Umi Naima."Umi, janganlah bicara seperti itu. Tidak baik. Kita harus mengambil jalur tengah, Mi. Jangan hanya ingin mencari keuntungan secara sepihak. Apalagi sampai merugikan orang lain. Ada baiknya, kita harus berdiskusi kembali. Tidak boleh mengambil keputusan sendiri." Kyai Haji Hasan kembali mempertegas kepada Umi Naima."Ya sudahlah kalau begitu, Bi." Jawab Umi Naima."Ya sudah, sebaiknya Umi buatkan cemilan untuk Abi." Pinta Kyai Haji Hasan pada Umi Naima."Baiklah." Sahut Umi Naima seraya beranjak dari tempat duduknya dan segera pergi meninggalkan Kyai Haji Hasan diteras rumahnya.***"Za, rotinya dimakan dulu. Dari tadi kamu belum sarapan. Menyentuhnya saja tidak." Perintah Zidan kepada Ayana.Ayana sedan

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Terbongkarnya Rahasia

    "Kak, apakah yang harus aku lakukan?" Tanya Ayana dengan terus menangis dan tidak bisa menghentikan air matanya yang terus mengalir.Zidan kemudian memeluk tubuh Ayana untuk sekedar menenangkannya. Namun, Ayana membalas pelukan itu dengan begitu erat. Ia meluapkan semua perasaan kecewanya. Ia menangis lebih histeris."Menangislah, Za. Jika itu bisa menghilangkan uneg-uneg kamu." Bisik Zidan didekat telinga Ayana.Zidan mengusap lembut punggung Ayana. Ayana terlena akan pelukan hangat dari Zidan."Kak, beri aku waktu untuk aku berpikir ya. Aku akan melakukan sholat istikharah untuk mengambil keputusan ini." Ucap Ayana dengan nada terbata-bata.Zidan mengangguk."Kak, tolong besok antarkan aku ke rumah Kyai Akbar dan Umi Farida. Aku rindu kepada mereka." Ucap Ayana.Zidan mengerutkan dahinya, ia melepaskan pelukan Ayana. Ia memandang wajah Ayana dengan lekat."Apakah kamu ingin mengadukan semua ini kepada beliau?" Tanya Zidan."Aku belum tahu, yang jelas aku ingin bertemu dengan mereka.

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Apa? Poligami?

    "Bu, aku tidak bisa. Mau bagaimana pun aku tidak bisa, mengapa tidak Kak Zidan saja sih? Aku sudah mempunyai Isteri, Bu." Jawab Fahmi dengan sudut matanya yang sudah terasa panas.Emosinya tidak stabil."Bu, sudahlah. Tolak saja. Aku yakin mereka pasti akan mengerti. Masalah Sarah biarkan mereka yang mengendalikannya. Bukan kita akan memutuskan tali silaturahim kita kepada Kyai dan Umi. Tapi, kita juga bingung, Bu. Dan belum tentu juga andai mereka menikah, Sarah bisa langsung memberikan keturunan untuk Fahmi. Kalau sama halnya seperti Ayana bagaimana, Bu? Ayana dan Fahmi itu sama-sama sehat, mungkin memang belum saatnya saja mereka diberikan amanah!" Tegas Zidan.Gubraaakkkk..!!!!! "Hiksss... Hiksss..." Tangis Ayana pecah ketika mengetahui akan semuanya. Ia membanting pintu dengan begitu kencang.Dadanya terasa sakit dan sesak, sampai ia sKesulitan bernafas."Ayana, Fahmi! Seperti ia mendengar semuanya!" Ucap Zidan dengan begitu panik."Astaghfirullah, Ya Allah. Mengapa Ayana harus

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Rela Menjadi Madu

    "Bagus sih, Kak. Aku setuju. Supaya nanti bisa lebih berkembang." Jawab Ayana."Good! Aku juga inginnya seperti itu, terus mendampingi aku ya, Za. Karena, aku akan terus membutuhkan kamu sampai kapanpun." Ucap Zidan memandang wajah Ayana."Iya, Kak. Santai saja. Oh iya, ada yang ingin aku katakan.""Katakanlah!""Sepertinya, aku membutuhkan pengajar wanita tambahan, Kak. Tidak cukup jika hanya aku dan Difa saja. Kita berdua sudah cukup kewalahan. Bagaimana, kalau kakak menambahkan dua pengajar wanita? Atau, satu juga tidak apa-apa sih." Pinta Ayana kepada Zidan.Zidan tampak berpikir sejenak."Hmmm.. Boleh saja. Nanti akan aku carikan kembali. Oh iya, ikut aku sebentar yuk."Ajak Zidan pada Ayana.Zidan mengajak Ayana untuk melihat hasil bangunan rumah Zidan yang telah jadi."Wah, aku jarang sekali menengoknya. Ternyata, rumah kak Zidan sudah jadi ya. Bagus pula. Beruntung nanti Isteri Kak Zidan. Jadi, pingin punya rumah juga." Celetuk Ayana membuat Zidan memicingkan matanya."Kamu ju

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Jujur Lebih Baik

    "Tidak ada apa-apa, Za. Aku hanya bertanya saja. Sudah, kamu istirahat ya. Atau memang benar kamu ingin menemani aku tidur dikamarku?" Zidan memandang wajah Ayana dengan penuh makna.Ayana menggelengkan kepalanya. Ayana masih terus mematung dengan pikiran penuh dengan tanda tanya.Melihat Ayana tidak meresponnya, Zidan langsung menggendong tubuh Ayana dan membawanya ke kamar Ayana."Kakak kebiasaan, mengapa menggendongku?" Protes Ayana kembali.Zidan tidak menjawab, ia terus melangkahkan kakinya menuju kamar Ayana yang tidak jauh dari kamarnya.Sesampainya dikamar Ayana, Zidan membaringkan tubuh Ayana dengan sangat hati-hati."Tidur ya, selamat malam isteri haluku sayang." Bisik Zidan dengan memandang Ayana penuh dengan makna terdalam.Ayana memandang lekat manik-manik Zidan, kemudian ia tersenyum."Hahaha, tidak jelas! Halu sekali kamu, Kak. Sudahlah, aku ingin istirahat. Kakak juga segera istirahat sana. Jangan lupa pintunya ditutup ya." Ayana tertawa dengan memerintah Zidan agar se

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Bakso Cuanki

    "Lalu, Ayana sedang apa?" Tanya Fahmi."Ayana masih mengajar. Jadi, dia tidak tahu kalau aku pergi." Jelas Zidan."Alhamdulillah, kalau begitu, Kak." Sahut Fahmi dengan perasaan sedikit lega.Zidan menatap wajah Fahmi yang sedikit murung. Dalam hatinya, ia kasihan pada adiknya. Mengapa Fahmi akan menanggung tanggungjawab yang begitu berat diusia yang masih begitu muda."Apakah tidak sebaiknya kita beritahukan kepada Ayana terkait hal ini?" Saran Zidan kepada Fahmi."Jangan, Kak. Jangan dulu! Aku belum siap. Aku tidak ingin membuat Ayana terluka." Tolak Fahmi secara terang-terangan."Tapi, Fahmi. Alangkah baiknya kita beritahukan kepada Ayana. Supaya Ayana mengetahuinya sejak dini, dan barangkali Ayana bisa memberikan solusi untuk jalan keluarnya." Jelas Zidan kembali."Kak, please! Jangan dulu ya. Aku benar-benar belum siap." Fahmi memohon kepada Zidan.Zidan pun tidak dapat berkutik dan bertindak lebih jauh. Karena, titik permasalahannya ada pada Fahmi."Ya sudah, kalau begitu kamu s

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Iya, Dia Adalah Fahmi!

    "Hasilnya mengarah kepada putra bungsu Bu Fatimah, Bu." Ungkap Kyai Haji Hasan.Jegerrrrrr....!!!! Bu Fatimah bagaikan tersambar petir. Hatinya teriris dan merasa tercabik-cabik. Mendengar apa dari hasil petunjuk yang mengarah kepada Putra bungsunya, yaitu Fahmi.Mengapa harus Fahmi? Mengapa tidak kepada Zidan saja? Mengapa harus membuat sakit hati kepada antara beberapa pihak?Bu Fatimah seketika terlihat gemetaran, tubuhnya lemas terasa kakinya ingin merosot ke lantai."Putra bungsu? Berarti itu adalah Fahmi, Kyai?" Tanya Bu Fatimah kembali untuk memastikan."Betul, Bu Fatimah. Apakah ada waktu untuk kita bertemu membicarakan lebih lanjut?" Kyai Haji Hasan sepertinya ingin mensegerakan proses ta'aruf antara Sarah dan Fahmi."Nanti akan saya atur kembali jadwalnya ya, Kyai. Karena, Fahmi sangat sibuk sekali dengan pekerjaannya." Jelas Bu Fatimah."Memangnya, nak Fahmi pekerjaannya apa, Bu Fatimah?" Tanya Kyai Haji Hasan dengan penasaran."Dia seorang Pilot disalah satu maskapai tern

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Putra Bungsu

    "Ya sudah, maaf! Lain kali aku akan meminta izin pada Kakak." Jawab Ayana dengan nada mulai melemah. Ia tidak ingin terjadi perdebatan antara dirinya dan Zidan kembali.Zidan membisu, tidak mengeluarkan kata-kata lagi.Ayana hendak berjalan menjauh dari Zidan dan akan segera duduk di bangkunya.Namun, langkahnya terhenti ketika tangannya ditarik oleh Zidan.Tubuh Ayana terhempas dan masuk kedalam pelukan Zidan.Zidan memeluk tubuh Ayana dengan erat."Jangan membuat aku khawatir lagi, Za!" Zidan mengungkapkan bahwa ia tidak ingin Ayana membuatnya khawatir.Ayana mendengus kesal kemudian mendorong tubuh Zidan dan memberontak agar terlepas dari pelukan Zidan.Tatapannya tajam menatap Zidan dengan rasa tidak suka diperlakukan secara tiba-tiba oleh Zidan."Ih, apa sih, Kak? Main peluk-peluk saja. Kita ini bukan mahrom. Tidak baik begini. Bagaimana kalau ada yang lihat? Bisa menimbulkan fitnah! Aku tidak suka kak Zidan begini!" Sungut Ayana kesal. Ia langsung menjauh dari Zidan.Ayana berja

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Perdana Singgah ke Pesantren

    "Bisa, sayang. Bisa!" Sahut Fahmi.Ayana pun sedikit bahagia, akhirnya setelah sekian lama, Fahmi akan berkunjung ke Pesantren walaupun nantinya hanya sebentar saja."Aku bilang ke Kak Zidan dulu ya!" Ucap Ayana setengah berlari dengan pakaian gamisnya yang melayang-melayang terkena angin.Fahmi mengangguk.Ayana berjalan menuju dimana Zidan berada.Ternyata Zidan berada di ruang tengah, ia sedang menyiapkan beberapa barang yang akan ia bawa."Kak Zidan!" Panggil Ayana."Ada apa, Za?" Tanya Zidan tanpa mengalihkan pandangannya dari barang-barangnya."Aku hari ini tidak menumpang kamu, Kak. Aku akan diantar oleh Mas Fahmi. Tidak apa-apa kan? Mumpung Mas Fahmi bisa antar aku." Ucap Ayana dengan semangat."Oke." Zidan menanggapi dengan sikap dingin.Sepertinya ia tidak ikhlas jika Ayana bersama dengan Fahmi.Ayana segera menaiki anak tangga kembali. Sepeninggal Ayana, Zidan baru menoleh ke arah langkah Ayana yang hampir tidak terlihat karena telah masuk kedalam kamarnya.Zidan menarik na

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status