Share

Sedang Sakit

Author: Chocoo Crunch
last update Last Updated: 2024-01-12 01:39:49

"Dek, terima kasih ya." Ucap Fahmi berbisik didekat daun telinga milik Ayana.

Ayana tampak lemas, namun gairahnya belum kunjung surut.

Maklum saja, mereka pengantin baru. Sama-sama baru perdana merasakan surga dunia seperti yang disebut oleh banyak orang.

Malam itu, menjadi malam yang sangat panjang bagi Ayana dan Fahmi. Sepasang pengantin baru yang menikmati indahnya kebersamaan.

Entah sudah berapa ronde, sehingga ketika menjelang subuh keduanya tampak lemas dan tidak berdaya.

"MasyaAllah, cantik sekali Isteriku ini. Beruntung aku bisa mendapatkan kamu, sayang." Gumam Fahmi ketika melihat Ayana masih tidur nyenyak tidak berdaya akibat gempuran dari Fahmi.

Fahmi beranjak dari tempat tidurnya, ia segera membersihkan tubuhnya.

Karena setelahnya akan melaksanakan sholat subuh.

Setelah tubuhnya sudah bersih dan wangi, ia segera membangunkan Isterinya yang masih terlelap.

"Sayang, Dek bangun. Sudah mau subuh. Kamu segera mandi ya. Nanti kita sholat berjama'ah." Perintah Fahmi kepada Ayana yang baru saja membuka matanya, sedikit mengerjapkan matanya Ayana langsung duduk dan membaca do'a ketika bangun tidur.

Ayana tersenyum kepada Fahmi.

"Aku mandi dulu ya, Mas." Izin Ayana kepada suaminya.

"Baik, Isteriku." Jawab lembut Fahmi.

"Awww sakit, Mas." Rengek Ayana dengan berjalan pelan sedikit meregang. Karena dibagian area int*mnya masih terasa sangat sakit.

"Sabar ya, Sayang. Maaf atas ulah suamimu ini. Habisnya kamu legit sekali sih Dek, hehehee.." Fahmi meledek Ayana.

***

"Ayana, kenapa wajah kamu pucat seperti itu, Nak? Apakah kamu sedang sakit?" Tanya Bu Fatimah kepada Ayana yang keluar dari kamar tidurnya.

Bu Fatimah langsung berjalan mendekati Ayana dan menyentuh dahi Ayana yang memang sedikit panas.

"Tidak apa Ibu, sepertinya aku hanya kurang tidur saja." Jawab Ayana dengan senyuman khasnya.

"Maklum Bu, pengantin baru. Ibu kayak tidak tahu saja." Celetuk Zidan yang berjalan mengambil segelas air pada dispenser.

Ayana sedikit menunduk karena malu.

Wajahnya tampak memerah layaknya kepiting rebus.

"Tunggu sebentar ya, Nak! Ibu ambilkan obat dulu." Ucap Bu Fatimah yang berlalu dan meninggalkan Ayana berdua dengan Zidan di dapur.

"Kamu apa kabar, Ay?" Tanya Zidan yang sudah sangat lama sekali tidak mengobrol dengan Ayana.

Namun ketika dirinya dipertemukan kembali, dengan berbesar hati ia harus menelan pil pahit bahwa ia harus menjadi kakak ipar dari Ayana. Bukan untuk menjadi seorang suami bagi Ayana.

"Alhamdulillah baik, Kak." Jawab Ayana dengan senyumannya.

"Sudah lama ya kita tidak bertemu. Eh sekalinya bertemu kamu dipinang adikku sendiri. Padahal aku yang ingin..... " Ucapan Zidan terhenti karena kedatangan sang Ibu.

"Nak, minum paracetamol dulu ya. Kamu sepertinya lemas sekali." Perintah Bu Fatimah.

Mendapat perintah dari sang Ibu Mertua, Ayana langsung menuruti perintahnya.

"Baik, Bu." Ayana menerima obat dari sang Ibu Mertua dan segera meminumnya.

"Ya sudah kamu beristirahat saja ya Nak dikamar." Perintah Bu Fatimah kembali.

"Tapi Bu, aku ingin membantu Ibu memasak." Sahut Ayana dengan nada lembutnya.

"Tidak usah, Nak. Kamu istirahat saja." Pinta Bu Fatimah.

"Baik, Bu. Maaf kali ini Ayana belum bisa membantu Ibu memasak." Jawab Ayana, yang langsung beranjak dari tempat duduknya.

Namun ketika ia sudah berdiri, pandangannya tiba - tiba gelap, ia seperti melayang-layang dan pada akhirnya Ayana ambruk jatuh ke lantai.

"Ya Allah." Teriak Bu Fatimah.

"Ayana!" Disusul teriakan Zidan.

"Zidan, tolong angkat Ayana dan bawa ke kamar sekarang!" Perintah sang Ibu.

"Tapi, Bu?" Zidan menyadari bahwa dirinya dan Ayana bukan mahrom. Ia tidak berani untuk menyentuh Ayana walau hanya membopongnya saja.

"Cepat, Zidan! Anak laki-laki dirumah ini hanya kamu. Ibu tidak kuat membopongnya. Ini darurat, Zidan. Kasihan Ayana." Bu Fatimah sangat paham apa maksud Zidan mengapa Zidan tidak langsung mengangkat tubuh Ayana.

Zidan masih diam mematung.

"Astaghfirullah, Cepat Zidan!" Sentak Ibunya.

"Baik, Bu." Jawab Zidan.

Dengan segera Zidan mengangkat tubuh Ayana dan membopongnya masuk kedalam kamarnya.

(Ayana kamu kenapa? Jangan sakit Ayana. Aku sangat rindu dengan kamu, kamu tumbuh dengan sempurna. Kamu manis sekali. Izinkan aku menggendongmu ya Ay, sebelumnya aku minta maaf karena telah menyentuhmu, karena ini dalam keadaan darurat)

Zidan membaringkan Ayana di ranjangnya.

Bu Fatimah langsung datang dan memberikan kompres pada dahi Ayana serta minyak angin pada hidung Ayana supaya lekas sadarkan diri.

Terlihat Ayana membuka matanya perlahan dan menyentuh pucuk kepalanya yang terasa sangat sakit sekali.

"Jangan terlalu banyak bergerak, Ay. Nanti sakitnya jadi semakin bertambah." Ucap Zidan.

"Kamu sudah sadar, Nak? minum dulu ya!" Perintah Bu Fatimah sambil menegakkan kepala Ayana.

"Zidan, Fahmi terbang berapa hari?" Tanya sang Ibu menoleh ke arah Zidan.

"Tiga hari, Bu." Jawab Zidan yang langsung berdiri menjauh karena sudah ada sang Ibu didekatnya.

"Kalau Ayana sampai nanti sore tidak kunjung reda, langsung kita bawa ke Rumah Sakit ya, Zid. Ibu khawatir Ayana kenapa-kenapa." Ucap Bu Fatimah.

"InsyaAllah tidak apa-apa, Bu. Kita terus berdo'a untuk kesembuhan Ayana." Sahut Zidan.

Ayana kembali memejamkan matanya. Tampaknya efek dari obat yang telah ia minum sudah bereaksi.

"Ya sudah, Ibu ke dapur dulu ingin membuatkan bubur untuk Ayana. Tolong jaga Ayana selama Fahmi sedang terbang seperti amanat Kyai Akbar dan Umi Farida. Kamu juga harus menjaga anak ini." Perintah sang Ibu.

"Tapi, Bu?" Cegah Zidan menarik tangan Sang Ibu.

"Sudah kamu ini jangan kebanyakan tapi-tapian." Sungut sang Ibu sembari menepis tangan Zidan.

Zidan terdiam dan hanya bisa menuruti perintah dari Sang Ibu.

Bu Fatimah berlalu meninggalkan Zidan dan Ayana di dalam kamar.

Zidan duduk di sofa yang sedikit jauh dari ranjang. Biar bagaimanapun Zidan harus tetap menjaga jarak.

Sembari memainkan ponselnya, tanpa seizin Ayana. Zidan memotret wajah Ayana yang cantik dan manis ketika sedang terlelap.

(Andai dirimu tahu Ayana, betapa aku menyayangimu sedari dulu. Mungkin akulah yang akan menjadi suamimu sekarang)

Ucap Zidan dalam hati, ketika ia memandangi foto Ayana.

"Astaghfirullahalazim, apa-apaan sih aku?" Gumam Zidan menggaruk kepalanya yang sebenernya tidak gatal.

***

"Zidan, nampak nya belum ada perubahan pada diri Ayana. Tubuhnya semakin demam. Kita bawa Ayana ke Rumah Sakit sekarang!" Perintah Bu Fatimah pada Zidan.

Zidan yang sedang membaca beberapa ayat dari kitab Shimtudurror, langsung beranjak mendekati Ibunya.

"Ibu bersiap-siap dulu ya, Zid." Ucap sang Ibu yang sudah sangat panik dan khawatir dengan keadaan Ayana.

"Kita harus bilang ke Fahmi tidak Bu?" Tanya Zidan pada Ibunya.

"Jangan! Nanti dia menjadi tidak konsentrasi membawa pesawatnya. Tunggu sampai Fahmi selesai baru kamu bisa kabari Fahmi." Cegah sang Ibu.

"Baik Bu."

Bu Fatimah berlalu meninggalkan Zidan dan Ayana untuk bersiap-siap mengganti pakaian dan membawa beberapa barang yang diperlukan saat di Rumah Sakit.

"Ay, Ayana. Ayanaaa.." Panggil Zidan pada Ayana.

Namun rupanya Ayana belum bisa dibangunkan.

"Zaaa, Zazaaaa.. Bangun Zaaa." Panggil Zidan pada Ayana dengan sebutan Zaza yang tidak lain adalah nama panggilan akrab mereka ketika masih di Pesantren. Sebuah penggalan nama Ayana, yang bernama lengkap Ayana Zahira.

Tidak lama kemudian Ayana segera membuka matanya karena sudah sangat lama sekali ia tidak mendengar panggilan masa kecilnya, hanya Zidan lah yang memanggilnya dengan sebutan Zaza.

"Kak Zizid. Kamu yang memanggilku tadi ya?" Ayana bertanya dengan nada lirih karena kondisi tubuhnya yang sangat lemah.

Zidan mengangguk.

"Kamu harus dibawa ke Rumah Sakit, Za. Kondisi kamu semakin turun. Nanti Fahmi sedih kalau tahu kamu sampai sakit begini." Titah Zidan.

"Tidak perlu, Kak. Aku masih kuat kok." Sahut Ayana yang tidak ingin di bawa ke Rumah Sakit.

"Yakin kuat? Coba bangun! Lalu berdiri!" Perintah Zidan.

Ayana mengangguk pelan.

Ia berusaha untuk bangun dari tempat tidur nya namun sangatlah sulit.

Perlahan-lahan ia mencoba menegakkan kepalanya namun malah semakin mual dan terasa melayang-layang.

Zidan sengaja memperhatikan Ayana yang tetap pada pendiriannya untuk tetap di rumah saja.

Ayana terus mencoba untuk bangun. Ketika ia berhasil duduk, ia mencoba kembali untuk bisa berdiri.

Namun saat kakinya ingin ditegakkan, tiba-tiba tubuhnya lemas tidak berdaya.

Seketika Zidan langsung meraih tubuh Ayana, kini tepat tubuh Ayana berada dalam pelukan Zidan.

Zidan dan Ayana saling berpandangan, ada cerita dibalik kedua bola mata mereka. Kedua mata mereka saling berbicara dan saling menahan kerinduan yang mendalam. Membuka kembali memory ketika keduanya masih di Pesantren.

"Zaaa." Ucap Zidan lirih dengan terus memandang manik mata Ayana.

Ayana sangat lemas, kalau dirinya kuat ia sudah melepas pelukan Zidan. Namun apa daya, tubuhnya seperti tidak memiliki tulang.

"Kepalaku pusing banget, Kak Zizid. Aku tidak kuat Kak." Ucap Ayana terbata-bata.

"Mau aku gendong atau ingin dipapah saja?" Tanya Zidan kembali.

"Dipapah saja, Kak." Pinta Ayana.

Zidan akhirnya memapah Ayana. Dengan terpaksa Zidan dan Ayana harus saling bersentuhan, karena sangat sulit Zidan memapah jika tidak melingkarkan tangannya pada pinggang Ayana. Sedangkan tangan yang satunya memegang tangan Ayana yang tengah merangkul pada pundaknya, namun tetap terhalangi oleh pakaian panjang Ayana.

Keduanya berjalan pelan menuju pintu kamar.

"Maaf ya, Za. Aku harus seperti ini ke kamu." Ucap Zidan lirih.

"Tidak apa kak, darurat." Jawab Ayana.

"Bagaimana, Zid? Aduh kok Ayana malah dipapah? Nanti tubuhnya akan semakin lemas. Kapan akan sampai ke mobil kalau seperti ini? Kamu gendong Ayananya, Zid. Cepat!" Perintah sang Ibu yang tiba-tiba datang dengan membawa beberapa tas jinjing berisikan pakaian.

Zidan langsung menoleh ke arah Ayana. Ayana mengangguk pelan tanda menyetujuinya.

"Maaf ya. Aku izin menggendong kamu." Ucap Zidan yang langsung membopong tubuh Ayana.

Ayana yang telah berada dalam bopongan Zidan, terus menatap lekat wajah Zidan.

(Kak, sudah setampan ini kamu sekarang. Aku yang dulu mengagumimu karena kebaikanmu. Kamu yang dulu selalu menolongku, selalu ada ketika aku membutuhkanmu, bahkan sampai saat ini pun. Disaat aku membutuhkan pertolongan, kamu dengan siaga menolongku. Mengapa kita dipertemukan kembali dengan kondisi yang sangat berbeda?)

Batin Ayana terus berbicara.

Zidan yang merasa sedang diperhatikan Ayana, langsung melirik ke arah manik mata Ayana.

"Ayana dibelakang saja dengan Ibu ya." Pinta Bu Fatimah.

Zidan langsung menurunkan Ayana pada barisan tengah.

Ayana menyandarkan tubuhnya, dan disusul lah Bu Fatimah duduk disebelahnya.

Zidan langsung duduk dibagian kemudi dan segera melajukan mobilnya.

"Cepat sedikit mengemudinya, Zidan!"

Related chapters

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Hanya Kelelahan

    "Bagaimana dokter dengan kondisi menantu saya?" Bu Fatimah menanyakan kondisi terkini menantunya, Ayana."Saudari Ayana baik-baik saja, Bu. Hanya saja kondisinya sedikit menurun karena kelelahan dan kurang tidur sepertinya. Usahakan jangan telat makan dan banyak beristirahat ya." Sang dokter pun menjawabnya."Baik, dokter. Apapun segera lakukan dok supaya menantu saya segera sembuh dan cepat kembali pulang ke Rumah." Perintah Bu Fatimah, ia menginginkan Ayana lekas sembuh dan segera pulang sebelum Fahmi lepas tugas dari pekerjaannya sebagai Pilot di salah satu Maskapai ternama di Indonesia ini."Baik, Bu. Boleh segera selesaikan ke bagian administrasinya ya." Jeda. "Apakah Bapak suami dari Saudari Ayana?" Tanya dokter pada Zidan.Zidan membisu dan langsung melirik ke arah sang Ibu."Iya, dokter. Nanti akan segera diselesaikan oleh anak saya." Sahut Bu Fatimah dengan segera dan mengedipkan mata ke arah Zidan."Baik Ibu, Bapak. Kalau begitu saya izin pamit. Nanti kalau terjadi apa-apa,

    Last Updated : 2024-01-17
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Canggung

    "Maaf, Kak. Kaki aku lemas sekali." Ucap Ayana dengan pandangan yang tidak nyaman karena dengan tidak sengaja telah menindih tubuh Zidan.Deg!Hati Zidan menjadi melayang seketika, ketika tubuh Ayana berada dalam pelukannya secara tidak sengaja.Membuat iman seorang Zidan menjadi goyah.Zidan yang mendapatkan tubuh Ayana telah berada di atasnya. Kemudian dengan terpaksa menyentuh lengan Ayana dan membantu Ayana untuk bangun dari posisinya."Za, kamu kenapa?" Tanya Zidan kepada Ayana.Ayana hanya meringis saja karena semua ini adalah kesalahannya yang berawal dengan ketidaksengajaan."Aku lapar, Kak. Ingin mengambil cemilan niatnya. Eh aku malah sempoyongan dan terjatuh ke tubuh, Kak Zid." Jelas Ayana dengan nada pelannya."Untung kamu jatuh ke tubuhku, coba kalau jatuh ke lantai. Pasti tubuh kamu semakin sakit." Jawab Zidan yang berjalan memapah tubuh Ayana."Hehe iya maaf, Kak.""Kenapa kamu tidak membangunkan aku saja?" Tanya Zidan sambil membantu Ayana untuk naik kembali ke atas ra

    Last Updated : 2024-01-21
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Terjadilah Sudah

    Hujan begitu deras malam ini. Suasana malam terasa dingin dan sepi. Hanya ada suara petir yang saling sahut menyahut.Ayana terbangun dari tidur lelapnya. Tenggorokan nya pun terasa sangat kering.Ayana beranjak dari tempat tidurnya dan segera melangkahkan tungkainya keluar kamar untuk segera berjalan menuju dapur yang berada di lantai bawah.Kondisi tubuhnya sudah terasa sehat, namun masih ada rasa lemas sedikit pada bagian tungkai kakinya.Ia berjalan menyusuri dinding kamar luar. Dan melewati kamar Zidan yang sedikit terbuka.Ia mendengar suara Zidan melantunkan ayat suci, namun Ia berusaha untuk tidak mengintip ke arah kamar Zidan. Karena dirasa cukup tidak sopan dan tidak baik jika melihat ke dalam kamar tanpa seizin pemilik Kamar.Ayana berjalan perlahan menuruni anak tangga. Sebagian lampu beberapa ruangan sudah di padamkan oleh Bu Fatimah.Dengan langkah perlahan akhirnya Ayana sampailah di dapur dan mengambil segelas air minum untuk melepaskan keringnya tenggorokan.Zidan yan

    Last Updated : 2024-01-25
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Kembali

    "Karena sebenarnya... Aku menyayangimu, Kak." Akhirnya Ayana memberikan sebuah pengakuan kepada Zidan.Sungguh menjadi sebuah tamparan halus untuk Zidan, ketika mendapati seseorang yang sangat ia sayangi dan ia cintai mengakui akan perasaan yang sama.Bagaimana kah ini? sedangkan disatu sisi Ayana sudah menjadi milik orang lain, bahkan adiknya sendiri.Zidan merasa bersalah atas perasaannya selama ini. Mengapa ia tidak melamar Ayana dengan segera ketika dirinya sudah kembali ke Indonesia saat sudah menyelesaikan studynya dari Kairo."Benarkah, Za? Aku tidak salah mendengarnya?" Zidan tampak tidak mempercayai akan hal tersebut.Ayana mengangguk. Lalu ia segera beranjak dan berlalu meninggalkan Zidan yang masih menyalahkan diri atas perasaan Zidan.Ayana berlari meninggalkan Zidan. Dengan hati yang begitu sakit, dada yang terasa sesak.Ayana melemparkan tubuhnya diatas ranjang dan menangislah sejadi-jadinya."Yaa Allah, Yaa Robbi.. Maafkan aku telah melakukan kesalahan pada hari ini. Ma

    Last Updated : 2024-02-01
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Ditinggal Tugas

    "Sayang, terima kasih sudah bersedia menjadi Isteriku, aku sayang kamu." Kecup Fahmi pada dahi Ayana."Sama-sama, Mas." Ayana menyahuti."Dek, mau kah bulan madu?" tanya Fahmi yang masih mengusap-usap pucuk kepala Ayana."Kemana, Mas?" tanya Ayana."Kamu mau nya kemana, Sayang?" tanya balik Fahmi pada Ayana."Aku ikut saja, Mas. Kemanapun kamu mengajak." jawab Ayana."Hmm, kemana ya enaknya? bagaimana kalau kita umroh?" tanya Fahmi.Ayana terbelalak. Seketika matanya membulat besar. Impian yang selama ini ingin Ayana wujudkan kini ditawarkan langsung oleh suaminya sendiri."Yang benar, Mas? Mas serius? tidak berbohong?" Ayana sangat bahagia mendengar kabar bahwa dirinya akan diajak Umroh."Iya, Sayang. Kalau kamu mau, Mas bisa langsung daftar dan siapkan segala sesuatunya." Ucap Fahmi.Ayana mengangguk dengan cepat. Lalu ia langsung memeluk erat tubuh suaminya itu.Fahmi langsung menerima pelukan dari Ayana.***"Bu, aku berencana untuk membuat sebuah Pondok Pesantren tidak jauh dari

    Last Updated : 2024-02-06
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Mulai Terbiasa

    "Baik, Kak Zid. Aku akan turun." Ayana segera merapihkan apa yang sedang menjadi aktivitasnya kala itu.Dengan bergerak cepat, Ayana sedikit berlari menuruni anak tangga, karena ia tidak ingin membuat Ibu Mertuanya terlalu lama menunggunya.Sesampainya dilantai bawah, Ia melihat Zidan telah bersama dengan Bu Fatimah sedang berada dimeja makan."Ayana, mengapa kamu turunnya lama sekali, Nak? Apakah ada yang sedang kamu kerjakan?" Tanya Bu Fatimah yang telah duduk manis didepan meja makan.Ayana berjalan mendekati meja makan, dan ia segera duduk disamping Bu Fatimah."Maafkan Ayana, Bu. Ayana belum merasa lapar. Jadi, Ayana pikir nanti-nanti saja Ayana sarapannya." Jawab Ayanan dengan menunduk, ia takut membuat kecewa sang Ibu Mertua.Bu Fatimah menghela napas panjangnya."Ayana, sarapan itu tidak harus menunggu lapar. Isilah perut sedikit saja walau hanya beberapa suap atau bahkan segigit roti saja. Supaya perut kita tetap aman dari penyakit lambung." Jelas Bu Fatimah dengan mengusap l

    Last Updated : 2025-02-07
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Berdua

    "Cari apa, Kak?" Tanya Ayana."Cari yang segar-segar." Jawab Zidan singkat.Ayana tampak berpikir sejenak."Apa itu yang segar-segar?" Tanya Ayana dengan tangannya bergerak menyiapkan gelas kosong berikut dengan teh dan gula."Tidak tahu nih, ternyata dikulkas tidak ada yang segar-segar." Jawab Zidan dengan wajah kecewa karena ia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan."Beli saja, Kak!" Perintah Ayana.Ayana menuangkan air panas kedalam gelas panjang, dan kemudian ia mengaduknya."Temani aku, yuk!" Ajak Zidan kepada Ayana.Ayana langsung membuka matanya dan menatap kearah Zidan."Tidak salah, Kak?" Tanya Ayana terkejut.Zidan pun berdiri dari posisi semula."Kenapa memangnya? Apa yang salah?" Zidan balik bertanya."Kan kita bukan mahrom, Kak. Tidak baik juga kalau pergi, apalagi aku seorang Isteri yang memiliki suami." Jelas Ayana.Zidan terkekeh melihat ekspresi Ayana."Ya ampun, Za. Percaya sekali, aku hanya bercanda, Za. Tidak mungkin juga aku mengajak Isteri adikku sendiri. Apa ka

    Last Updated : 2025-02-07
  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Bahagia

    "Sudah mengaku saja, Za!" Zidan bertanya kembali."Kakak, kenapa sih? Suka sekali gangguin aku!" Ayana menghardik Zidan dengan menghentakkan kakinya diaspal.Zidan menggelengkan kepalanya."Hahaha, kamu kepe-dean ah, Za. Sudah lah, aku duluan saja kalau dituduh mengganggu kamu!" Zidan melangkahkan kakinya lebih cepat sehingga Ayana jauh tertinggal.Ayana teramat kesal dengan sikap Zidan yang semakin hari semakin jahil saja terhadapnya."Awas ya, Kak! Aku aduin kamu pada Mas Fahmi!" Ancam Ayana pada Zidan."Haha, silahkan saja, Za! Aku tidak takut!" Zidan berlari meninggalkan Ayana.Ayana mengejar Zidan dengan berjalan lebih cepat. Karena hari sudah sangat malam.Jalanan komplek juga sudah sangat sepi."Aaarrrggghhhhh.... Kak Zidaaaaannn!!!!"***"Assalamu'alaikum, Sayangku. Ayo bangun! Sudah waktunya sholat subuh." Bisik Fahmi kepada Ayana dengan tertidur pulas.Samar-samar Ayana mendengar suara Fahmi dalam tidurnya.Ia menggeliat dan membuka matanya yang masih terasa berat.Ketika ia

    Last Updated : 2025-02-08

Latest chapter

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Galau

    "Abi, pikirkan Sarah juga dong, Bi. Sarah itu kan anak kita satu-satunya. Isteri Fahmi itu kan hanya anak angkat Kyai Akbar, bukan anak kandung. Lagi pula, tidak masalah jika dipoligami. Karena di agama kita sendiripun membolehkannya jika memang ada alasan yang kuat." Tegas Umi Naima."Umi, janganlah bicara seperti itu. Tidak baik. Kita harus mengambil jalur tengah, Mi. Jangan hanya ingin mencari keuntungan secara sepihak. Apalagi sampai merugikan orang lain. Ada baiknya, kita harus berdiskusi kembali. Tidak boleh mengambil keputusan sendiri." Kyai Haji Hasan kembali mempertegas kepada Umi Naima."Ya sudahlah kalau begitu, Bi." Jawab Umi Naima."Ya sudah, sebaiknya Umi buatkan cemilan untuk Abi." Pinta Kyai Haji Hasan pada Umi Naima."Baiklah." Sahut Umi Naima seraya beranjak dari tempat duduknya dan segera pergi meninggalkan Kyai Haji Hasan diteras rumahnya.***"Za, rotinya dimakan dulu. Dari tadi kamu belum sarapan. Menyentuhnya saja tidak." Perintah Zidan kepada Ayana.Ayana sedan

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Terbongkarnya Rahasia

    "Kak, apakah yang harus aku lakukan?" Tanya Ayana dengan terus menangis dan tidak bisa menghentikan air matanya yang terus mengalir.Zidan kemudian memeluk tubuh Ayana untuk sekedar menenangkannya. Namun, Ayana membalas pelukan itu dengan begitu erat. Ia meluapkan semua perasaan kecewanya. Ia menangis lebih histeris."Menangislah, Za. Jika itu bisa menghilangkan uneg-uneg kamu." Bisik Zidan didekat telinga Ayana.Zidan mengusap lembut punggung Ayana. Ayana terlena akan pelukan hangat dari Zidan."Kak, beri aku waktu untuk aku berpikir ya. Aku akan melakukan sholat istikharah untuk mengambil keputusan ini." Ucap Ayana dengan nada terbata-bata.Zidan mengangguk."Kak, tolong besok antarkan aku ke rumah Kyai Akbar dan Umi Farida. Aku rindu kepada mereka." Ucap Ayana.Zidan mengerutkan dahinya, ia melepaskan pelukan Ayana. Ia memandang wajah Ayana dengan lekat."Apakah kamu ingin mengadukan semua ini kepada beliau?" Tanya Zidan."Aku belum tahu, yang jelas aku ingin bertemu dengan mereka.

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Apa? Poligami?

    "Bu, aku tidak bisa. Mau bagaimana pun aku tidak bisa, mengapa tidak Kak Zidan saja sih? Aku sudah mempunyai Isteri, Bu." Jawab Fahmi dengan sudut matanya yang sudah terasa panas.Emosinya tidak stabil."Bu, sudahlah. Tolak saja. Aku yakin mereka pasti akan mengerti. Masalah Sarah biarkan mereka yang mengendalikannya. Bukan kita akan memutuskan tali silaturahim kita kepada Kyai dan Umi. Tapi, kita juga bingung, Bu. Dan belum tentu juga andai mereka menikah, Sarah bisa langsung memberikan keturunan untuk Fahmi. Kalau sama halnya seperti Ayana bagaimana, Bu? Ayana dan Fahmi itu sama-sama sehat, mungkin memang belum saatnya saja mereka diberikan amanah!" Tegas Zidan.Gubraaakkkk..!!!!! "Hiksss... Hiksss..." Tangis Ayana pecah ketika mengetahui akan semuanya. Ia membanting pintu dengan begitu kencang.Dadanya terasa sakit dan sesak, sampai ia sKesulitan bernafas."Ayana, Fahmi! Seperti ia mendengar semuanya!" Ucap Zidan dengan begitu panik."Astaghfirullah, Ya Allah. Mengapa Ayana harus

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Rela Menjadi Madu

    "Bagus sih, Kak. Aku setuju. Supaya nanti bisa lebih berkembang." Jawab Ayana."Good! Aku juga inginnya seperti itu, terus mendampingi aku ya, Za. Karena, aku akan terus membutuhkan kamu sampai kapanpun." Ucap Zidan memandang wajah Ayana."Iya, Kak. Santai saja. Oh iya, ada yang ingin aku katakan.""Katakanlah!""Sepertinya, aku membutuhkan pengajar wanita tambahan, Kak. Tidak cukup jika hanya aku dan Difa saja. Kita berdua sudah cukup kewalahan. Bagaimana, kalau kakak menambahkan dua pengajar wanita? Atau, satu juga tidak apa-apa sih." Pinta Ayana kepada Zidan.Zidan tampak berpikir sejenak."Hmmm.. Boleh saja. Nanti akan aku carikan kembali. Oh iya, ikut aku sebentar yuk."Ajak Zidan pada Ayana.Zidan mengajak Ayana untuk melihat hasil bangunan rumah Zidan yang telah jadi."Wah, aku jarang sekali menengoknya. Ternyata, rumah kak Zidan sudah jadi ya. Bagus pula. Beruntung nanti Isteri Kak Zidan. Jadi, pingin punya rumah juga." Celetuk Ayana membuat Zidan memicingkan matanya."Kamu ju

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Jujur Lebih Baik

    "Tidak ada apa-apa, Za. Aku hanya bertanya saja. Sudah, kamu istirahat ya. Atau memang benar kamu ingin menemani aku tidur dikamarku?" Zidan memandang wajah Ayana dengan penuh makna.Ayana menggelengkan kepalanya. Ayana masih terus mematung dengan pikiran penuh dengan tanda tanya.Melihat Ayana tidak meresponnya, Zidan langsung menggendong tubuh Ayana dan membawanya ke kamar Ayana."Kakak kebiasaan, mengapa menggendongku?" Protes Ayana kembali.Zidan tidak menjawab, ia terus melangkahkan kakinya menuju kamar Ayana yang tidak jauh dari kamarnya.Sesampainya dikamar Ayana, Zidan membaringkan tubuh Ayana dengan sangat hati-hati."Tidur ya, selamat malam isteri haluku sayang." Bisik Zidan dengan memandang Ayana penuh dengan makna terdalam.Ayana memandang lekat manik-manik Zidan, kemudian ia tersenyum."Hahaha, tidak jelas! Halu sekali kamu, Kak. Sudahlah, aku ingin istirahat. Kakak juga segera istirahat sana. Jangan lupa pintunya ditutup ya." Ayana tertawa dengan memerintah Zidan agar se

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Bakso Cuanki

    "Lalu, Ayana sedang apa?" Tanya Fahmi."Ayana masih mengajar. Jadi, dia tidak tahu kalau aku pergi." Jelas Zidan."Alhamdulillah, kalau begitu, Kak." Sahut Fahmi dengan perasaan sedikit lega.Zidan menatap wajah Fahmi yang sedikit murung. Dalam hatinya, ia kasihan pada adiknya. Mengapa Fahmi akan menanggung tanggungjawab yang begitu berat diusia yang masih begitu muda."Apakah tidak sebaiknya kita beritahukan kepada Ayana terkait hal ini?" Saran Zidan kepada Fahmi."Jangan, Kak. Jangan dulu! Aku belum siap. Aku tidak ingin membuat Ayana terluka." Tolak Fahmi secara terang-terangan."Tapi, Fahmi. Alangkah baiknya kita beritahukan kepada Ayana. Supaya Ayana mengetahuinya sejak dini, dan barangkali Ayana bisa memberikan solusi untuk jalan keluarnya." Jelas Zidan kembali."Kak, please! Jangan dulu ya. Aku benar-benar belum siap." Fahmi memohon kepada Zidan.Zidan pun tidak dapat berkutik dan bertindak lebih jauh. Karena, titik permasalahannya ada pada Fahmi."Ya sudah, kalau begitu kamu s

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Iya, Dia Adalah Fahmi!

    "Hasilnya mengarah kepada putra bungsu Bu Fatimah, Bu." Ungkap Kyai Haji Hasan.Jegerrrrrr....!!!! Bu Fatimah bagaikan tersambar petir. Hatinya teriris dan merasa tercabik-cabik. Mendengar apa dari hasil petunjuk yang mengarah kepada Putra bungsunya, yaitu Fahmi.Mengapa harus Fahmi? Mengapa tidak kepada Zidan saja? Mengapa harus membuat sakit hati kepada antara beberapa pihak?Bu Fatimah seketika terlihat gemetaran, tubuhnya lemas terasa kakinya ingin merosot ke lantai."Putra bungsu? Berarti itu adalah Fahmi, Kyai?" Tanya Bu Fatimah kembali untuk memastikan."Betul, Bu Fatimah. Apakah ada waktu untuk kita bertemu membicarakan lebih lanjut?" Kyai Haji Hasan sepertinya ingin mensegerakan proses ta'aruf antara Sarah dan Fahmi."Nanti akan saya atur kembali jadwalnya ya, Kyai. Karena, Fahmi sangat sibuk sekali dengan pekerjaannya." Jelas Bu Fatimah."Memangnya, nak Fahmi pekerjaannya apa, Bu Fatimah?" Tanya Kyai Haji Hasan dengan penasaran."Dia seorang Pilot disalah satu maskapai tern

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Putra Bungsu

    "Ya sudah, maaf! Lain kali aku akan meminta izin pada Kakak." Jawab Ayana dengan nada mulai melemah. Ia tidak ingin terjadi perdebatan antara dirinya dan Zidan kembali.Zidan membisu, tidak mengeluarkan kata-kata lagi.Ayana hendak berjalan menjauh dari Zidan dan akan segera duduk di bangkunya.Namun, langkahnya terhenti ketika tangannya ditarik oleh Zidan.Tubuh Ayana terhempas dan masuk kedalam pelukan Zidan.Zidan memeluk tubuh Ayana dengan erat."Jangan membuat aku khawatir lagi, Za!" Zidan mengungkapkan bahwa ia tidak ingin Ayana membuatnya khawatir.Ayana mendengus kesal kemudian mendorong tubuh Zidan dan memberontak agar terlepas dari pelukan Zidan.Tatapannya tajam menatap Zidan dengan rasa tidak suka diperlakukan secara tiba-tiba oleh Zidan."Ih, apa sih, Kak? Main peluk-peluk saja. Kita ini bukan mahrom. Tidak baik begini. Bagaimana kalau ada yang lihat? Bisa menimbulkan fitnah! Aku tidak suka kak Zidan begini!" Sungut Ayana kesal. Ia langsung menjauh dari Zidan.Ayana berja

  • Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil   Perdana Singgah ke Pesantren

    "Bisa, sayang. Bisa!" Sahut Fahmi.Ayana pun sedikit bahagia, akhirnya setelah sekian lama, Fahmi akan berkunjung ke Pesantren walaupun nantinya hanya sebentar saja."Aku bilang ke Kak Zidan dulu ya!" Ucap Ayana setengah berlari dengan pakaian gamisnya yang melayang-melayang terkena angin.Fahmi mengangguk.Ayana berjalan menuju dimana Zidan berada.Ternyata Zidan berada di ruang tengah, ia sedang menyiapkan beberapa barang yang akan ia bawa."Kak Zidan!" Panggil Ayana."Ada apa, Za?" Tanya Zidan tanpa mengalihkan pandangannya dari barang-barangnya."Aku hari ini tidak menumpang kamu, Kak. Aku akan diantar oleh Mas Fahmi. Tidak apa-apa kan? Mumpung Mas Fahmi bisa antar aku." Ucap Ayana dengan semangat."Oke." Zidan menanggapi dengan sikap dingin.Sepertinya ia tidak ikhlas jika Ayana bersama dengan Fahmi.Ayana segera menaiki anak tangga kembali. Sepeninggal Ayana, Zidan baru menoleh ke arah langkah Ayana yang hampir tidak terlihat karena telah masuk kedalam kamarnya.Zidan menarik na

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status