Riko merasakan kelembaban di miliknya saat Yuna tiba-tiba berdiri sebentar dan duduk lagi. Ternyata kekasihnya itu berani sampai sejauh ini. Oh shit! Ia tak tahan lagi. Ia juga pria dewasa yang butuh pelampiasan. Sejak dulu ia selalu bermain solo dan itu sangat sulit baginya. Melihat Yuna yang seagresif ini, entah kenapa ia merasa hidupnya akan selalu memanas.Ini pertama kalinya si Joni bersentuhan langsung dengan daging kenyal ini. Namun walaupun begitu, ia tak berani memulai karena takut kebablasan. Ciuman itu masih berlangsung bahkan semakin memanas karena baik dirinya dan Yuna sama-sama menikmati dan mendesah. Apalagi Yuna yang sudah bergerak maju mundur.Gghhhh..Ini sangat nikmat.Desahan Yuna semakin membuat Riko terlena. Keringat dingin sudah mengalir di pelipis mereka masing-masing, padahal saat itu AC di ruang tengah itu menyala.Milik Riko yang semakin mengeras, memanjang dengan diameter yang cukup waw membuat Yuna semakin menggigit bibir bawahnya. Ia benar-benar ingin m
Yuna terbangun tepat pukul tiga subuh. Mimpi buruk membangunkannya yang membuatnya sulit untuk tidur bahkan sampai pagi tiba. "Jangan menyerah Yuna. Lo yang salah, jadi Lo harus tanggung jawab sama tubuh Lo sendiri." Ucapnya bermonolog. ia terus mencoba menyemangati dirinya sendiri. melupakan hal selamam dan semua yang terjadi di hari-hari sebelumnya. ia harus bisa keluar dari semua itu. di sini, ia tetap akan menyalahkan dirinya yang bisa bertindak seb.inal itu semalam. semua ini bukan salah Riko. bahkan Riko sudah menolaknya dan mencoba untuk menghentikan semuanya sebelum semuanya terlanjur, tapi dirinnya justru menggila dan tak mengindahkan permintaan riko semalam. Yuna menghela nafas panjang. ia akan memulai hidupnya dari sekarang tanpa cinta. dirinya yang sudah rusak seperti ini akan ia cari kekasih yang sepadan pula. "Semangat Yuna." Yuna keluar dari kamar kos nya. mulai hari ini ia akan menggunakan angkutan umum. jika sebelumnya ia menggunakan taksi online, tapi tidak untuk
Riko melihat Wulan sudah berada tepat di depan pintu kamar Yuna. Ia berdoa agar Yuna mau membukakan pintu.Wulan mengetuk tiga ketukan. "Yuna, buka pintunya, gue Wulan mau masuk." Ucap Wulan. Gadis itu melirik Riko yang terlihat sangat berharap. "Lo sama siapa?" Terdengar suara seruan dari dalam dan suara itu mampu membuat jantung Riko berdesir."Gue sendiri. Pacar Lo udah balik." Wulan melirik Riko. Ia memberi kode dengan tangannya untuk Riko mendekat. Pria itu menurut. Kini Riko sudah berdiri di samping Wulan. "Buka dulu pintunya.""Gue nggak percaya.""Kenapa? Lo minta bantuan gue kan? Kenapa sekarang Lo nggak percaya sama gue." Tak ada jawaban dari dalam. Riko masih terus berdoa sampai suara kunci yang terbuka terdengar. Saat gagang pintu terlihat bergerak turun, Riko langsung mengambil alih dan mendorong pintu tersebut lalu menutupnya kembali. Ia sempat berterima kasih pada Wulan dan meyakinkan Wulan jika tak akan terjadi apa-apa.Riko menutup pintu kembali dan menguncinya."W
Buukk! Bukkk!"AAAAGGGHHHH...." Teriakan Riko terdengar sangat keras di dalam mobil. Ia benar-benar meluapkan kekesalannya karena Yuna yang menghilang lagi. Ia pikir masalahnya sudah selesai dan Yuna tidak akan jauh lagi darinya Namun ternyata ia salah. Yuna ternyata berbohong padanya.Riko memukul setir mobilnya cukup keras. Ia meremas kertas yang tadi Wulan temukan dari dalam kamar Yuna.Surat itu hanya berisi beberapa kata yang bunyinya,Wulan aku pergi sebentar dan ingin menyendiri dulu. jangan pernah cari aku.Hanya beberapa kata bukan, namun beberapa kata itu mampu meluluhlantahkan perasaan Riko. Mampu menghancurkan semua harapan dan mimpi Riko terhadap Yuna."Kenapa lagi sih Yun. Kenapa menghilang lagi? Aku bisa cari kamu dimana lagi Ai." Ucapnya marah bercampur kecewa. Ia menjambak rambutnya kesal.Riko meraih ponselnya lalu menghubungi seseorang. Tak terlalu lama ia menunggu sampai panggilan tersebut diangkat."Nanti saya kirimkan sebuah foto dan data diri seseorang pada kali
Sore ini Yuna tak ingin kemana-mana. Setelah menjual ponselnya tadi, ia benar-benar terputus dari semua kehidupannya di masa lalu. Tapi memang itu kemauannya.Ia ingin hidupnya tak terfokus lagi pada masa lalunya. Menatap masa depan harus ia lakukan sekarang.Tania tak pernah mau tahu lagi apa yang terjadi di Jakarta. Sementara itu di ibukota, Kinan yang akhirnya tahu jika Yuna tidak berada di Jakarta lagi melainkan di tempat yang tak diketahui siapapun membuatnya tiba-tiba panik dan cemas. Wanita hamil itu bahkan sudah menangis sejadi-jadinya walaupun Devan sudah membantu untuk menenangkannya dan mengatakan pada Kinan jika Yuna baik-baik saja. Namun Kinan sama sekali tidak percaya karena suaminya dan juga Abangnya Riko tidak bisa menunjukkan bukti jika Yuna sedang dalam keadaan baik-baik saja. "Kamu bener-bener nggak tahu di mana keberadaan Yuna saat ini?" Tanya Riko pada pada Risa. Bahkan pertanyaan Riko itu membuat Devan bingung."Maksudnya apa?" tanya Devan. "Risa ini sepupunya
Yuna terbangun dari tidurnya saat jam masih menunjukkan pukul 02.00 malam. Hawa dingin yang menusuk tulang membuat selimut tebal yang ia punya tidak mempan sama sekali untuk menghangatkan tubuhnya. Yuna melirik ke sekelilingnya keringat dingin mengalir tanpa aba-aba. Mimpi yang baru saja menghantuinya cukup buruk. Ia Tak tahu apa makna dari mimpi tersebut Namun, ia merasakan rasa sedih yang dihadirkan oleh mimpi tersebut terasa begitu nyata. Air matanya menetes tanpa diperintahkan. Yuna mengusap air matanya. Masih jelas diingatannya, di dalam mimpi tersebut, ia melihat Riko menggandeng seorang anak laki-laki. Dan anak laki-laki itu sangat mirip dengan Riko. Ia Tak tahu anak siapa yang Riko gandeng saat itu. Dan di samping anak itu, ada bayangan seorang perempuan yang ia yakin adalah ibu dari anak tersebut. Namun ia tak bisa melihat jelas wajahnya. yang terlihat nyata, hanya rambutnya yang panjang dan terlihat sangat cantik walaupun ia hanya melihatnya dari belakang.Yuna merasakan
Dibantu oleh Rama, Yuna mulai membawa keranjang cabainya yang sudah hampir penuh ke penimbangan. Walaupun Yuna tak mengharapkan uang tersebut, Namun ia cukup bangga dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Ia bukan anak manja saat di kota, tapi jika berhubungan dengan perkebunan seperti ini, ini adalah pengalaman pertamanya dan akan menjadi pengalaman berharga dalam hidupnya.Yuna menatap uang yang tak seberapa itu di genggamannya. Walaupun begitu iya benar-benar menghargai uang tersebut. "Pasti nominalnya kecil kan?" Bisik Rama.Yuna menautkan alisnya, "maksudnya?""Iya, dibandingkan uang yang kamu punya saat ini, itu adalah nominal paling kecil kan?"Yuna menatap uang yang ada di tangannya itu, ia lalu tersenyum. "Aku tahu ini nominalnya kecil. bahkan dibandingkan uang yang aku punya saat ini, nominal uang ini sangat-sangat kecil. Tapi kamu tahu kebahagiaan di uang ini begitu besar dibandingkan kebahagiaan yang ada di uang yang aku punya saat ini. Paham nggak sih maksud aku?" Rama ter
Yuna dan Rama baru saja sampai di tempat penjualan bibit. Ada yang bibit benih ada pula yang sudah tumbuh. "Ini berapaan kang?" Tanya Yuna menunjuk bibit strawberry yang dibungkus plastik kecil."Itu 2000an saja neng. Isinya ada 20 biji. Yang sudah tumbuh juga ada neng." Jawab mas penjualnya."Yang mana yang bagus Ram?" Yuna menanyai Rama. Pria itu langsung melirik apa yang Yoona pegang. "Sebenarnya bibit yang dijual di tempat penjualan bibit ini sama-sama bagus. Cuma mereknya aja yang beda-beda kamu maunya yang mana?""Kamu pernah coba di sini sebelumnya?""Udah." Jawabnya. Rama mendekatkan wajahnya pada Yuna "kamu percaya nggak kalau aku punya kebun strawberry yang luas." Bisiknya pada Yoona. Gadis itu langsung membola dan menatap Rama dengan tatapan yang antusias. "Kamu punya Kebun strawberry? beneran?" Rama mengangguk. "Kok nggak kasih tahu?""Sebenarnya mau kasih tahu, cuma nanti pulang dari sini. mau kasih kejutan.""Lah kok dikasih tahu sekarang?""Soalnya kamu nanya bibit m
Waktu pun berlalu. Hari berganti minggu minggu pun berganti bulan. Dan hari ini kemeriahan baru saja terjadi di kampung Harapan. Yuna dan Rama baru saja melangsungkan pernikahannya dan sudah sah menjadi sepasang suami istri. Pernikahan Yuna juga dihadiri oleh Riko. Dan sering berjalannya waktu juga Riko dan Rossa akhirnya berkomitmen untuk berpacaran. Dan hubungan mereka sudah berjalan 4 bulan. Tentu saja tanpa sepengetahuan keluarga Riko. Karena ia sendiri tak mau direkcoki lagi oleh orang tuanya. Rossa sendiri sudah mengetahui bagaimana hubungan Riko dengan kedua orang tuanya. Walaupun Rossa tidak menuntut namun Gadis itu selalu mengingatkan Riko untuk tetap menjalin hubungan baik dengan keluarga besar Riko. "Selamat ya." Ucap Riko pada Yuna dan Rama. "Lo jaga baik-baik Yuna. Awas kalau lu sakit tidur berhubungan sama gue." Ucap Riko membuat Rossa langsung cemberut."Tuh yayang bebeb kamu marah tuh."Riko langsung melirik ke arah Rossa yang merajuk menatapnya. "Hahahaha. Nggak ap
Sudah 1 jam Riko berada di Bandung. Dan sudah satu jam pula ia, Yuna dan Rama saling berbincang-bincang tentang banyak hal. Awalnya Yuna benar-benar merasa tidak enak dengan Rama , namun pria itu bisa meyakinkan Yuna kalau baginya tidak ada masalah tentang masa lalu Yuna dengan Riko. Masa lalu ya sebatas masa lalu, sekarang adalah masa depan dirinya dan Yuna, jadi tidak ada sakit hati atau kecewa dan sebagainya. Bahkan Riko pun tidak membahas lagi tentang masa lalunya dengan Yuna, Jadi mereka hanya bicara tentang sekarang. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang. "Di sini ada yang jual makanan gak sih, laper aku." Ucap Riko sembari bertanya. Karena memang dari pagi ia belum makan. "Lapar? Kamu belum makan?" "Belum. Didatangi pagi-pagi cuma buat digambar bikin nafsu makan hilang." Rutuknya ."Ck! Kasihan banget sih hidup lu bro. Ya udah ke rumah gue yuk. Kebetulan ibu gue tadi masak banyak.""Eh, nggak usah. gue beli makanan di luar aja." "Nggak apa-apa sekalian Lo kenalan sama i
Kinan masih terdiam di dalam ruang rawatnya. Mulai dari ia siuman tadi sampai sekarang, ia belum melihat kehadiran abangnya Riko datang ke sini. Apa sekecewa itu abangnya padanya. Bahkan sampai ia dirawat seperti ini pun Riko tak melihatnya sama sekali.Ia juga tak berniat bertanya kepada suaminya karena ia sudah yakin Apa jawaban yang akan Mas Devan berikan padanya. "Sayang..." Devan mengejutkan Kinan karena muncul secara tiba-tiba. "Mas, mas Devan dari mana?" "Mas dari ruangan dokter." Jawabnya, "Apa kamu butuh sesuatu?" Tanyanya lagi dengan khawatir. Kinan menggeleng, "enggak mas. Cuma lagi mikir aja kenapa Bang Riko nggak ke sini. Apa sebenci itu bang Riko sama aku.""Sssttt.. udah Mas bilang jangan dipikirin dulu. Nanti terjadi sesuatu lagi sama kandungan kamu. Dokter bilang kamu harus jaga kandungan kamu agar anak kita di dalam juga nggak ikutan stres. Kalau urusan Riko sudah diurus sama papa. Jadi biar papa Yang menyelesaikan semua masalah dengan Riko.""Tapi sampai kapan M
Riko Baru saja sampai di rumah adiknya. Ia cukup terkejut mendengar Yuna mengatakan jika dirinya harus memberitahu Kinan untuk tak datang lagi ke kontrakan Yuna. Apa maksud Yuna? Apa Kinan pernah ke tempat tinggal Yuna?.Langit sudah mulai gelap saat Riko sampai di kediaman adiknya itu. Ia langsung nyelonong masuk tanpa permisi. "Kinan!" Teriak Riko membuat Kinan yang tadinya sedang bersantai di ruang tv langsung terkejut."Bang Riko?""Oh, kebetulan kamu di sini. Sepertinya kita perlu bicara Kinan." Ucapnya cukup sinis pada adiknya itu. Kinan yang melihat raut wajah Riko mendadak ketakutan. Beruntung di rumah sudah ada suaminya."Riko? Ada perlu apa ke sini?" Tanya Devan yang keluar dari dalam kamar."Gue nggak mau basa-basi di sini. Karena gua masih banyak urusan." Ucapnya. Riko lalu kembali melirik ke arah Kinan, "Abang mau tanya sama kamu Kinan, sejauh mana kamu ikut campur urusan Abang dengan Yuna?"Kinan tergugu. Ia tak tahu harus menjawab pertanyaan Abangnya seperti apa."Hey b
Yuna masih terisak sedih. Ia benar-benar tak bisa mengontrol hatinya. Ia benar-benar terluka dengan apa yang tadi Riko lakukan padanya. Ia tak menyangka Riko akan seperti itu. Pria itu sangat jahat."Sudah. Jangan berpikir yang aneh-aneh lagi. Semua sudah selesai.""Tapi aku nggak nyangka Rama kalau dia sampai sejahat itu. Ngancam bongkar aib aku kalau aku nggak mau ikut dia." Isaknya.Rama menatap Yuna yang masih menunduk. Ia tersenyum lucu. Rama meletakkan tangannya di atas kepala Yuna dan sedikit menunduk untuk bisa mensejajarkan wajahnya dengan Yuna, "Jangan pikirkan lagi. Kamu tahu, aku nggak peduli soal dia. Tapi aku pastikan, dia tak akan berani lagi untuk seperti tadi sama kamu." Ucap Rama penuh yakin.Yuna menatap penuh mata Rama dan itu membuat kepercayaan diri-annya kembali lagi. Ia lalu mengangguk. "Sekarang, hapus air mata kamu, kita ke rumahku." Yuna kembali mengangguk. Ia mulai kembali melangkah, walaupun langkahnya ada sedikit keraguan namun ia mencoba meyakinkan diri
Seperti janjinya pada ibunya, pagi-pagi sekali Rama sudah bersiap untuk menjemput Yuna dan membawanya ke rumah. Tentu saja kegigihan Rama ini mendapat godaan dari orang tuanya. Dan fakta bahagia yang Rama terima lagi pagi ini adalah bahwa ayahnya juga tidak mempermasalahkan tentang status keluarga Yuna. Yang jelas yang mereka tahu Yuna adalah anak baik-baik. Yuna adalah gadis yang penuh dengan sopan santun. apalagi sapaan Yuna pada warga sekitar sangat ramah dan lembut. Jika Yuna tidak mau berhubungan lagi dengan masa lalunya, tidak apa-apa. mereka akan dengan senang hati menerima Yuna di kampung ini. Bahkan mereka akan senang hati menerima sebagai menantunya.Rama berjalan kaki untuk sampai di rumah Yuna. Bahkan pria itu tak menyadari jika Yuna masih tertidur. Rama mencoba menghubungi ponsel Yuna. "Halo..." Sapa Yuna dari seberang sana dengan suara yang masih serak membuat Rama tertawa. "Kamu masih tidur? ya ampun Maaf aku ganggu ya.""Siapa ini?"Tawar Rama kembali meledak. Bahka
PLAAKK!!"Kamu benar-benar kurang ajar Riko!!!" Teriakan Hartono pada Anak laki-laki semata wayangnya itu. Tamparan keras baru saja ia layangkan pada Riko yang kini sudah terlihat seperti orang gila. Sangat tak terurus.Sementara Ayu, wanita itu menatap anaknya dengan tatapan frustasi. Ia selalu menangis setiap Riko kembali dalam keadaan mabuk."Mau sampai kapan kamu seperti ini terus? Kamu ingin perusahaan ini hancur?" Teriak Hartono lagi.Riko yang tadi terdiam karena rasa panas dari tamparan keras itu belum hilang di pipinya, tiba-tiba tertawa menakutkan."Apa yang papa mau dari aku? Anak laki-laki yang sempurna? Bawa Yuna padaku dulu.""RIKO!!" Kali ini giliran Ayu yang berteriak. "Kamu jangan gila Riko. Mau dikemanain muka kami kalau kamu sama perempuan tak jelas itu!!""Ma, ini hidup Riko. Riko yang jalani semuanya. kenapa Mama dan papa yang ngatur. Riko berhak pilih masa depan Riko sendiri ma." "Kamu memang berhak Riko, tapi tidak dengan perempuan itu.""Emangnya kenapa? Yuna
Terkadang apa yang kita rencanakan dengan begitu matang tidak bisa kita realisasikan di dalam kehidupan kita. karena memang Tuhan yang tidak mengizinkan. Terkadang ada pula kita tidak menginginkan hal itu tapi Tuhan memberikan itu. Jadi mau tidak mau, kita harus menerimanya bagaimanapun kondisinya.Seperti yang saat ini Yuna rasakan. Ia tak menginginkan kehidupan seperti ini. Banyak kehidupan yang indah yang sudah ia khayalkan untuk masa depannya namun Tuhan tidak mengizinkan kehidupan indah itu masuk dalam hidupnya.Jadi mau tidak mau, ia harus menerima semua takdir yang Tuhan tuliskan untuknya. menerimanya dengan lapang dada tanpa protes apapun.Ini ia harus menatap ke depan. Menata kehidupannya untuk menjadi yang lebih baik. Walaupun nanti rintangan akan datang, ia harus bisa melalui semua itu. Mengakui kesalahan dihadapan Tuhan itu jauh lebih baik. Dan mau berubah agar mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Yuna kini menatap lurus pria yang saat ini mulai memetik beberapa straw
Pagi menyapa. Yuna masih asik bergelung nyaman dalam selimut tebalnya yang baru ia beli kemarin. Dan hari ini, ia ada janji bertemu dengan Rama. Oh ya, dua hari sudah berlalu sejak kejadian ciuman panas waktu subuh di teras kontrakan Yuna. Dan sejak saat itu juga, hubungan Yuna dan Rama kembali mencair. Rama bahkan semakin gencar memberikan perhatian pada Yuna walaupun sesekali pria itu juga terus mengatakan jika cintanya terluka karena Yuna. Tapi Yuna selalu menganggapnya sebagai lelucon dari Rama.Yuna menggeliat. Hari ini hari Minggu dan ia berencana untuk ke kebun strawberry milik Rama lagi. Ia ingin memetiknya kembali. Dan ia sudah janji dengan Rama ke sana pukul delapan nanti. Yuna melirik jam di ponsel kecilnya dan masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Tapi ia akan bersiap. Hari ini ia juga berencana akan ikut masak bersama dengan para ibu-ibu di sini karena nanti sore ada acara silaturahmi kampung. Kata Rama, acara itu biasanya akan dimeriahkan dengan karaoke kecil-kecilan di