Yuna terbangun tepat pukul tiga subuh. Mimpi buruk membangunkannya yang membuatnya sulit untuk tidur bahkan sampai pagi tiba. "Jangan menyerah Yuna. Lo yang salah, jadi Lo harus tanggung jawab sama tubuh Lo sendiri." Ucapnya bermonolog. ia terus mencoba menyemangati dirinya sendiri. melupakan hal selamam dan semua yang terjadi di hari-hari sebelumnya. ia harus bisa keluar dari semua itu. di sini, ia tetap akan menyalahkan dirinya yang bisa bertindak seb.inal itu semalam. semua ini bukan salah Riko. bahkan Riko sudah menolaknya dan mencoba untuk menghentikan semuanya sebelum semuanya terlanjur, tapi dirinnya justru menggila dan tak mengindahkan permintaan riko semalam. Yuna menghela nafas panjang. ia akan memulai hidupnya dari sekarang tanpa cinta. dirinya yang sudah rusak seperti ini akan ia cari kekasih yang sepadan pula. "Semangat Yuna." Yuna keluar dari kamar kos nya. mulai hari ini ia akan menggunakan angkutan umum. jika sebelumnya ia menggunakan taksi online, tapi tidak untuk
Riko melihat Wulan sudah berada tepat di depan pintu kamar Yuna. Ia berdoa agar Yuna mau membukakan pintu.Wulan mengetuk tiga ketukan. "Yuna, buka pintunya, gue Wulan mau masuk." Ucap Wulan. Gadis itu melirik Riko yang terlihat sangat berharap. "Lo sama siapa?" Terdengar suara seruan dari dalam dan suara itu mampu membuat jantung Riko berdesir."Gue sendiri. Pacar Lo udah balik." Wulan melirik Riko. Ia memberi kode dengan tangannya untuk Riko mendekat. Pria itu menurut. Kini Riko sudah berdiri di samping Wulan. "Buka dulu pintunya.""Gue nggak percaya.""Kenapa? Lo minta bantuan gue kan? Kenapa sekarang Lo nggak percaya sama gue." Tak ada jawaban dari dalam. Riko masih terus berdoa sampai suara kunci yang terbuka terdengar. Saat gagang pintu terlihat bergerak turun, Riko langsung mengambil alih dan mendorong pintu tersebut lalu menutupnya kembali. Ia sempat berterima kasih pada Wulan dan meyakinkan Wulan jika tak akan terjadi apa-apa.Riko menutup pintu kembali dan menguncinya."W
Buukk! Bukkk!"AAAAGGGHHHH...." Teriakan Riko terdengar sangat keras di dalam mobil. Ia benar-benar meluapkan kekesalannya karena Yuna yang menghilang lagi. Ia pikir masalahnya sudah selesai dan Yuna tidak akan jauh lagi darinya Namun ternyata ia salah. Yuna ternyata berbohong padanya.Riko memukul setir mobilnya cukup keras. Ia meremas kertas yang tadi Wulan temukan dari dalam kamar Yuna.Surat itu hanya berisi beberapa kata yang bunyinya,Wulan aku pergi sebentar dan ingin menyendiri dulu. jangan pernah cari aku.Hanya beberapa kata bukan, namun beberapa kata itu mampu meluluhlantahkan perasaan Riko. Mampu menghancurkan semua harapan dan mimpi Riko terhadap Yuna."Kenapa lagi sih Yun. Kenapa menghilang lagi? Aku bisa cari kamu dimana lagi Ai." Ucapnya marah bercampur kecewa. Ia menjambak rambutnya kesal.Riko meraih ponselnya lalu menghubungi seseorang. Tak terlalu lama ia menunggu sampai panggilan tersebut diangkat."Nanti saya kirimkan sebuah foto dan data diri seseorang pada kali
Sore ini Yuna tak ingin kemana-mana. Setelah menjual ponselnya tadi, ia benar-benar terputus dari semua kehidupannya di masa lalu. Tapi memang itu kemauannya.Ia ingin hidupnya tak terfokus lagi pada masa lalunya. Menatap masa depan harus ia lakukan sekarang.Tania tak pernah mau tahu lagi apa yang terjadi di Jakarta. Sementara itu di ibukota, Kinan yang akhirnya tahu jika Yuna tidak berada di Jakarta lagi melainkan di tempat yang tak diketahui siapapun membuatnya tiba-tiba panik dan cemas. Wanita hamil itu bahkan sudah menangis sejadi-jadinya walaupun Devan sudah membantu untuk menenangkannya dan mengatakan pada Kinan jika Yuna baik-baik saja. Namun Kinan sama sekali tidak percaya karena suaminya dan juga Abangnya Riko tidak bisa menunjukkan bukti jika Yuna sedang dalam keadaan baik-baik saja. "Kamu bener-bener nggak tahu di mana keberadaan Yuna saat ini?" Tanya Riko pada pada Risa. Bahkan pertanyaan Riko itu membuat Devan bingung."Maksudnya apa?" tanya Devan. "Risa ini sepupunya
Yuna terbangun dari tidurnya saat jam masih menunjukkan pukul 02.00 malam. Hawa dingin yang menusuk tulang membuat selimut tebal yang ia punya tidak mempan sama sekali untuk menghangatkan tubuhnya. Yuna melirik ke sekelilingnya keringat dingin mengalir tanpa aba-aba. Mimpi yang baru saja menghantuinya cukup buruk. Ia Tak tahu apa makna dari mimpi tersebut Namun, ia merasakan rasa sedih yang dihadirkan oleh mimpi tersebut terasa begitu nyata. Air matanya menetes tanpa diperintahkan. Yuna mengusap air matanya. Masih jelas diingatannya, di dalam mimpi tersebut, ia melihat Riko menggandeng seorang anak laki-laki. Dan anak laki-laki itu sangat mirip dengan Riko. Ia Tak tahu anak siapa yang Riko gandeng saat itu. Dan di samping anak itu, ada bayangan seorang perempuan yang ia yakin adalah ibu dari anak tersebut. Namun ia tak bisa melihat jelas wajahnya. yang terlihat nyata, hanya rambutnya yang panjang dan terlihat sangat cantik walaupun ia hanya melihatnya dari belakang.Yuna merasakan
Dibantu oleh Rama, Yuna mulai membawa keranjang cabainya yang sudah hampir penuh ke penimbangan. Walaupun Yuna tak mengharapkan uang tersebut, Namun ia cukup bangga dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Ia bukan anak manja saat di kota, tapi jika berhubungan dengan perkebunan seperti ini, ini adalah pengalaman pertamanya dan akan menjadi pengalaman berharga dalam hidupnya.Yuna menatap uang yang tak seberapa itu di genggamannya. Walaupun begitu iya benar-benar menghargai uang tersebut. "Pasti nominalnya kecil kan?" Bisik Rama.Yuna menautkan alisnya, "maksudnya?""Iya, dibandingkan uang yang kamu punya saat ini, itu adalah nominal paling kecil kan?"Yuna menatap uang yang ada di tangannya itu, ia lalu tersenyum. "Aku tahu ini nominalnya kecil. bahkan dibandingkan uang yang aku punya saat ini, nominal uang ini sangat-sangat kecil. Tapi kamu tahu kebahagiaan di uang ini begitu besar dibandingkan kebahagiaan yang ada di uang yang aku punya saat ini. Paham nggak sih maksud aku?" Rama ter
Yuna dan Rama baru saja sampai di tempat penjualan bibit. Ada yang bibit benih ada pula yang sudah tumbuh. "Ini berapaan kang?" Tanya Yuna menunjuk bibit strawberry yang dibungkus plastik kecil."Itu 2000an saja neng. Isinya ada 20 biji. Yang sudah tumbuh juga ada neng." Jawab mas penjualnya."Yang mana yang bagus Ram?" Yuna menanyai Rama. Pria itu langsung melirik apa yang Yoona pegang. "Sebenarnya bibit yang dijual di tempat penjualan bibit ini sama-sama bagus. Cuma mereknya aja yang beda-beda kamu maunya yang mana?""Kamu pernah coba di sini sebelumnya?""Udah." Jawabnya. Rama mendekatkan wajahnya pada Yuna "kamu percaya nggak kalau aku punya kebun strawberry yang luas." Bisiknya pada Yoona. Gadis itu langsung membola dan menatap Rama dengan tatapan yang antusias. "Kamu punya Kebun strawberry? beneran?" Rama mengangguk. "Kok nggak kasih tahu?""Sebenarnya mau kasih tahu, cuma nanti pulang dari sini. mau kasih kejutan.""Lah kok dikasih tahu sekarang?""Soalnya kamu nanya bibit m
Pagi-pagi buta, Riko sudah berada di dalam mobilnya. Di belakang mobilnya juga sudah ada beberapa orang suruhannya yang ada dalam satu mobil. Ia sudah tak sabar ingin bertemu dengan pujaan hatinya. Sebenarnya ia akan berangkat semalam saat ia mendapatkan kabar tersebut dari orang suruhannya, namun karena perjalanan yang akan di tempuh cukup jauh, ia akan melakukannya pagi ini saja. Dengan penuh harapan, Riko mulai melajukan mobilnya. Berharap nanti di sana ia benar-benar bisa bertemu dengan Yuna. Untuk kabar ini ia belum memberitahukan pada Devan dan juga pada Kinan. Ia ingin memastikan terlebih dahulu jika yang dimaksud oleh anak buahnya itu memanglah Yuna.Ia juga tak mau memberikan harapan palsu pada Kinan yang selama ini selalu bersedih sesaat setelah mendengar kabar Yuna tidak berada di Jakarta. Jadi ia harus benar-benar memastikan terlebih dahulu apakah benar itu Yuna atau tidak. jika itu benar Yuna, baru ia akan memberitahukan pada semuanya."Semoga benar itu kamu Ay." ucapny