Home / Romansa / Dipandang Rendah Mertua / Tak Direstui Ibunya

Share

Tak Direstui Ibunya

Author: Ashya Khoir
last update Huling Na-update: 2021-09-16 17:50:22

POV. Doni

   "Ibu maunya, kamu cari istri yang setara dengan keluarga kita Doni!" Ucap Ibu. Aku sontak kaget mendengar ucapan Ibu.

  "Lihatlah, kakakmu, Pegawai Negri dan suaminya Pejabat kaya raya, adikmu Dokter, dan nanti pasti pacarnya juga bidan, masa depan cerah! Masa tua Ibu nanti, Ibu yakin, mereka mampu mengurus Ibu dengan baik. Kamu seharusnya mencontoh saudaramu, kalau cari calon istri yang menjanjikan masa depanmu! Jangan malah mencari calon istri orang biasa, kerjaannya serabutan, mana mampu mengurus Ibu dan bapak ketika nanti sudah tua!" Tegas Ibu, melanjutkan ucapannya tadi. Sembari merapihkan piring di atas meja makan, seusai makan siang bersamaku.

   "Bu, seharusnya Ibu lihat aku.

Aku bukan siapa-siapa... Aku juga pengangguran, aku bukan seperti kakak dan adik yang Pegawai Negri ataupun Dokter .

 Biarlah, aku cari calon istri sesuai kriteriaku, lagi pula, Fatimah itu Kuliah jurusan Akuntansi dan aku jurusan Tehnik, jadi setara denganku, justru, Fatimah jauh lebih mandiri dibanding aku... Fatimah punya pekerjaan, punya penghasilan, sedangkan Aku, hem_ hanya pengangguran... syukur-syukur Fatimah mau nerima aku apa adanya. Fatimah juga perempuan baik, mandiri, masih muda mampu membiayai kuliahnya sendiri, beli kendaraan sendiri, nyari makan sendiri. Kita lihat sisi kebaikan dan kemandiriannya, saja, Bu... Jangan terlalu berambisi mencari menantu yang setara dengan Kakak atau Adik..." jawabku, lembut. sambil ku dekati Ibu yang sejak tadi menatapku, dengan wajah masam.

   "Aku merasa cocok dengan Fatimah... Aku ingin kearah yang lebih serius dengannya, Setelah menikah, kami akan menjalankan bisnis bersama... Ibu percaya saja, takdir kedepannya siapa yang tahu. Bisa jadi kelak dengannya aku justru bisa sukses. Doakan aku bahagia dengan Fatimah, Ya, Bu... Aku pulang kampung untuk membicarakan semua ini sama ibu, kumohon Ibu merestui, demi aku, ya..." Pintaku, sembari mengusap lembut tangan Ibu.

 "Ah, terserahmu saja, Doni! Ibu tetep gak mau ketemu sama pacarmu, Fatimah Fatimah, itu!" Jawabnya seraya beranjak masuk ke dalam kamarnya, dan meninggalkan tumpukkan piring kotor, yang sejak tadi belum sempat ia cuci, karena serius berdebat denganku.

***

   Ketika sudah masuk dibulan Agustus , 

saat yang dinanti-nanti akhirnya tiba, yakni wisuda Kak Doni. 

   Keluarga, beserta orang tuanya, akan datang menghadiri wisuda itu.

Kak Doni berjanji akan mengenalkanku dengan Orang Tuanya besok siang.

   Namun, keesokkan harinya, ketika aku sudah mandi dan sudah siap untuk dijemput, tiba-tiba saja dia membatalkan janjinya, dan mengirim pesan kepadaku. kamipun saling berbalas pesan.

   [Maaf, Dek, kita gak jadi ketemuan, karena ibu gak mau, ibu mau tidur mungkin kelelahan, kita ketemuan aja besok sabtu, saat hari H wisuda Kakak, ya, Dek. Jangan lupa Kakak minta tolong, cariin rental mobil untuk wisuda kakak, bapak ibu gak bawa mobil karena masih di servis. Kakak gak sempet, sekarang mau cari jas sewaan buat Bapak dan jasa salon buat ibu sebelum acara wisuda.]

.....

   [Yaudah, Kak, gak papa. Ok, aku cariin rentalan mobil, Sabtu, aku berangkat langsung bareng mobil rentalannya. Kakak nunggu aja di rumah Kakak, ya. salam untuk Keluarga Kakak semua...] 

.....

  [Ok Dek, makasih ya , udah banyak bantu Kakak. I LOVE YOU] 

.....

   Aku, memang senang membantu kak Doni, karena aku merasa dia adalah laki-laki yang selama ini aku cari. Laki-laki yang baik, yang suka membantuku, menemaniku kemanapun, mengantarkanku ke kampus, bahkan kemanapun, saat aku butuh bantuan, dia selalu mau membantuku. 

   Memang kak Doni belum bisa seperti laki-laki lain, yang mentraktir pacarnya, membelikan hadiah berbentuk materi, atau memberi kejutan hadiah lainnya. Tapi dia mau menolongku, dengan tenaganya, dengan pikirannya, perhatiannya dan kepeduliannya.

   Aku, sama sekali gak melihat kearah harta calon imamku. Aku hanya ingin laki-laki yang bersamaku, laki-laki yang baik, setia , bertanggung jawab, dan selalu menyayangiku apapun keadaannya dan itu ada pada diri kak Doni. 

   Ketika kami memutuskan untuk bertunangan dan menikah, aku sama sekali belum pernah menginjang daerah asalnya. tidak tahu seperti apa kondisi keluarganya didaerahnya. sebenarnya bagiku mau Dia kaya ataupun miskin itu tidak penting. karena aku hanya melihat dari kebaikannya selama ini, bukan pada hartanya. Itulah yang selalu ku tanamkan dalam hati.

***

   Sabtu pagi, aku, sudah berada didalam mobil rentalan menuju rumah kak Doni, tak lupa, aku bawakan oleh-oleh kue bolu coklat dan cemilan, dari toko roti ternama, untuk buah tangan. Aku benar-benar tidak mau mengecewakan keluarganya. 

   Setibanya disana, aku disambut keluarganya, dan bersalaman dengan semua. Karena waktu sudah sangat mepet, tanpa basa basi, kami langsung bergegas berangkat, menuju kampus tempat acara wisuda di gelar.

   Sesampainya dikampus, aku bercengkrama dengan Pak Yansah Bapaknya kak Doni. Pak Yansah sangat asyik, sejak tadi selalu mengajakku mengobrol, bahkan Ia mengeluarkan Ponselnya dan memotretku bersama istrinya.

Sepertinya Pak Yansah baik dan ramah orangnya. Sedangkan, Ibu Yana sedari tadi hanya diam, tak tertarik mendengarkan obrolan kami , dan hanya memandang dipanggung melihat kegiatan wisuda.

  Sembari menunggu acara wisuda selesai, aku mencari warung untuk membelikan minum untuk Orang tua Kak doni. Kasihan lama menunggu acara wisuda, sudah pasti haus.

Setelah mendapat air mineral botol, aku bergegas kembali bergabung ke tempat duduk Orang tuanya, aku tawarkan minuman dan mereka pun mau.

Kemudian aku bukakan tutup botolnya, dan aku berikan 1 untuk Bapak Yansah dan satunya untuk Ibu yana, mereka pun kompak bilang terimakasih.

  Seminggu setelah acara wisuda, Ibu Yana menelponku dan menanyakan keseriusanku untuk menikah dan mengutarakan rasa keberatannya, untuk menyetujui rencana Aku dan kak Doni, dengan berbagai alasan.

***

   Dibulan September, tiba-tiba ada kabar baik dari kak Doni. Menurutnya, keluarganya akan melamarku. Aku sangat bahagia mendengarnya. Kak Doni pun sangat bahagia.

   Namun, kelanjutannya tidak ada kabar lagi, Tanggal pastinya pun masih belum jelas. ternyata dari situ aku paham keluarga Kak doni masih berat menerimaku. Bahkan mereka tidak sudi mengeluarkan biaya untuk acara pertunangan kami. 

   Entah, apa masalahnya, sebegitunya tidak menyukaiku. Aku belum paham saat itu, namun lama kelamaan aku mengerti, saat kak Doni keceplosan bilang ibunya ingin dia menikah dengan Dokter , Pegawai Negri atau Bidan.

   Aku sangat sedih mendengarnya. Tapi dia berusaha meyakinkanku, bahwa, dia sangat mencintai aku apa adanya, dan sudah yakin memilihku, untuk menjadi pendamping hidupnya.

   Pada akhirnya aku dan kak Doni berusaha mencari solusi sendiri. Bagaimana caranya agar bisa melangsungkan acara tunangan. Dapat uang dari mana untuk acara lamaran nanti.

Kak Doni dan aku mulai mencari info lowongan pekerjaan untuk kak Doni, dikoran maupun di medsos.

   Lamaran demi lamaran pekerjaan sudah tersebar, tapi tidak ada satupun yang menghubungi, HP Kak Doni masih saja sunyi, tak ada kabar baik sama sekali.

Hari demi hari menanti panggilan kerja, hasilnya tetap Nihil. Karena tidak ada solusi lagi, akhirnya aku ikhlaskan mengeluarkan sebagian uang tabunganku untuk dipakai acara itu, dengan dalih pinjam dulu. Tapi aku ikhlas.

   "yasudah, pakai saja tidak apa-apa" pikirku.

   Acara lamaran digelar sederhana, hanya sebagian kecil keluarga saja.

   Sebulan kemudian, acara pernikahan kami, akan digelar. Keluarga kak Doni awalnya hanya mau membantuku sebesar 1 juta rupiah, aku kaget mendengarnya. Tapi aku paham mungkin mereka tidak menyukaiku, jadi mereka mempersulit semuanya. 

   Entah ada angin apa, tiba-tiba keputusan mereka berubah, ternyata mereka mau membantu biaya pernikahan sebesar 6 juta rupiah, lebih besar dari sebelumnya. Ya Jujur untuk ukuran pernikahan dipusat kota dan serba menyewa seperti halnya menyewa tempat walaupun hanya halaman rumah orang, menyewa alat-alat prasmanan, kursi tamu, tarub, membeli catering masakan untuk menyuguhi tamu keluarga kak Doni, membayar salon seadanya, membeli mas kawin, baju kebaya, dan untuk acara syukuran sederhana, itu sangat amat kurang.Tapi aku berusaha menerima, dan tetap bersyukur.

   Uang tabunganku pun hampir terkuras semua, demi mengurus acara pernikahan sederhana ini, mau sesederhana apapun pernikahan tetaplah membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Apalagi, untuk acara syukuran mengundang Empat puluh orang untuk mendoakan kedua mempelai. Rasanya tidak afdol jika pernikahan tanpa acara syukuran, tidak apa-apa tanpa resepsi, yang penting syukuran tetap di adakan.

   Orang Tuaku, bukan orang mampu, jadi aku tidak bisa bergantung pada mereka, dan sudah Dua tahun belakangan, bapakku, sakit dan sama sekali tidak bisa bekerja. 

Biarlah, aku korbankan jerih payahku. 

Semoga Allah ganti berlipat ganda dikemudian hari. harapku, dilubuk hati.

   Awalnya, keluargaku, ingin acara pernikahan di adakan dikampung, karena dikampung pasti banyak saudara besar yang membantu suka rela, dan tempat maupun peralatan tidak perlu menyewa. Pasti akan lebih murah biayanya. Tapi sayangnya keluarganya keberatan, karena jauhnya jarak dari daerahnya ke daerahku Sepuluh jam perjalanan.

   Pada akhirnya, acaranya diputuskan untuk digelar di kota, meski tanpa keluarga besarku yang lengkap. Acara hanya akan di adakan di masjid, dan di halaman rumah tetangga. 

   Tak apa, seperti inipun, aku tetap bersyukur.

   Aku teringat nasihat diagamaku, Bahwa: "Sebaik-baiknya wanita, adalah yang memudahkan maharnya, dan tidak mempersulit calon suaminya." 

Ya, aku berusaha biasa saja dan tidak menganggap ini masalah. Aku selalu ingat kebaikan Kak Doni sehingga aku belajar untuk ikhlas menerimanya.

***

Kaugnay na kabanata

  • Dipandang Rendah Mertua   Pernikahan Yang Miris

    "Fatimah, ini sudah subuh, bagunlah.segeralah solat kemudian siap-siap, nanti acara akadnya pukul 07.00 pagi, lho.Jangan sampai telat." Ucap Ibuku, membangunkanku seraya menepuk-nepuk lenganku. "Baik, Bu, Aku mau bersiap-siap dulu." Sautku. Seraya berdiri dan mengambil handuk, kemudian berjalan tergontai menuju kamar mandi. Jam menunjukkan pukul 06.30, setengah jam lagi acara akad dimulai. Wajahku sudah selesai dimake over, tanganku pun tak luput diberi hiasan hena seadanya. "Fatimah, inikah baju kebaya yang mau kamu kenakan di akad nikah hari ini?" Tanya Mbak Sari, Si perias pengantin pernikahan. "Benar, mbak Sari, memangnya kenapa ya mbak?"Aku kembali bertanya dan menghampirinya. "Ini terlalu tipis, Fatimah, kamu harus pakai baju dalaman atau manset" ucap mbak sari. Sambil memegang dan meraba setiap sisi bagian

    Huling Na-update : 2021-09-16
  • Dipandang Rendah Mertua   Bertengkar Hebat

    Sejak resmi menikah aku langsung dibawa suamiku untuk pindah tinggal dirumahnya. Semua barangku dibawa menggunakan mobil pickup, termasuk lemari pakaian dan barang-barang daganganku berupa baju, tas dan sepatu. Kini seminggu sudah aku tinggal dirumah suami dan kami hanya tinggal berdua. Temannya sudah pindah dari sebelum kami menikah. Orang tua dan keluarga besar suamiku juga telah kembali kedaerah asal mereka tepat setelah acara akad kami digelar. Awal menikah kami selalu menghabiskan momen indah bersama, jalan-jalan berdua mengendarai motor berboncengan menyusuri kota. Selalu foto bersama saat sedang apapun. Setelah mandi, setelah bangun tidur, sedang mencuci baju bahkan sedang memasak pun selalu di foto. Hem... namanya juga pengantin baru, momen apapun rasanya sayang jika tidak diabadikan. *** Hari ini adalah hari senin. Seperti biasa hari senin adalah hari tersibukku karena ak

    Huling Na-update : 2021-11-09
  • Dipandang Rendah Mertua   Suami Mengadu Dengan Ibunya

    ( POV DONI ) "Halo, Bu, Maafin aku ya, Dari dulu gak mau dengar ucapan Ibu." ucap Doni, seraya berjalan menjauhiku menuju teras belakang rumah. "Kata-kata ibu memang benar dan hari ini kejadian beneran. Fatimah perempuan gila! Bener-bener kurang ajar! Sudah seenaknya hina orang tua, bilangin matre dan pelit. Setiap hari Fatimah cuma bisanya ngatur. Aku nyesel nikah sama dia." Ucap Doni, dengan amarahnya yang menggebu. " Nah kan, benar kata ibu dulu. kamu sih,gak mau dengar! Itulah kalau gak mau dengar nasehat ibu. Dari awal ibu sudah ada firasat gak baik sama Fatimah, Cuma aneh saja bapakmu itu justru suka dengannya . Dipuji-puji terus, dia bilang anaknya baik , sopan. Berlebihan sekali bapakmu. Emang aneh Bapakmu itu. Asal setuju-setuju saja!". Sambung ibu, dengan penuh emosi. " T

    Huling Na-update : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Fatimah Minggat

    Setibanya Aku di depan rumah temanku Zia, aku langsung menekan bel di pagar rumahnya. kutengok ke sela-sela besi pagar dia terlihat Keluar dari dalam rumah dan berlari kecil menghampiriku.. “Hei, Fatimah” Sapanya sambil memandangku heran.“Kenapa kok matamu sembab banget? Tumben aja kamu mampir ke sini,dari mana aja kamu... Ayo masuk ,” Ajaknya, Seraya membukakan pintu gerbang dan menuntunku untuk masuk kedalam. “Duduklah dulu Fatimah, aku akan ambilkan kamu minum ya,” akupun hanya mengangguk tanpa menjawab sepatah katapun. “Ini minumlah dulu teh nya, kamu udah makan belum? Aku ambilin makan ya,” akupun kembali mengangguk tanda megiyakan. Kemudian aku menuruti ajakannya untuk mengisi perutku yang menang sedari kemarin belum dimasuki nasi. Setelah selesai makan. Akupun mulai bercerita padanya. Aku curhat panjang lebar dan mencurahkan semua perasaan yang ada dalam hatiku. Aku ceritakan s

    Huling Na-update : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Pertama Kali ke Rumah Mertua

    Hari ini Setengah tahun sudah kami berumah tangga. Setelah kejadian 3 bulan lalu yang kami bertengkar hebat. Saat ini rumah tangga kami justru semakin adem ayem. Tidak pernah bermasalah lagi. Suamiku pun mulai mendengarkan saranku, Ia mulai giat bekerja. Meski belum selincah aku, tapi aku sangat bersyukur sudah ada usaha dia untuk mengimbangi. Hari ini bertepatan dengan bulan Ramadan, dan 3 hari lagi Idul fitri. Suamiku mendapat telpon dari Ibunya. Ini kali pertamanya suamiku berkomunikasi dengan Ibunya sejak keributan 3 bulan lalu. "Doni, apa kabar kamu. Ibu kangen kamu Doni. Ibu minta kamu pulang lebaran nanti, Ya. Ibu sangat rindu," pintanya. "Baik bu, kami semua baik. Iya, aku mau pulang kampung, asalkan ibu bolehin aku bawa Fatimah. Dan jangan nyakitin hati Fatimah lagi." Jawab Kak Doni tegas. "Oiya pastilah Nak, bawa aja istrimu gak apa-apa. Ibu tunggu k

    Huling Na-update : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Diajak ke Dukun

    Hari ini adalah hari raya Idul Fitri, Sejak pagi aku disibukkan dengan urusan dapur membantu Ibu mertua memasak , bersih-bersih rumah dan menyusun kue, untuk hidangan hari lebaran. Saat memasak bersama, beberapa kali aku menyapa Ibu mertua, membuka pembicaraan , atau pura-pura bertanya tentang sesuatu hal. Namun mertuaku seperti malas menanggapi. Ia hanya menyuruhku ini dan itu namun setelahnya langsung beranjak pergi . Jika aku ada di dapur , Ia pindah ke ruang makan. Dan juga sebaliknya jika aku di ruang makan dia pindah ke ruang lain. Seperti sangat Jijik denganku. Sedangkan Bapak mertuaku berbeda dengan Ibu mertua, Jika aku berada dekat dengannya dia tidak beranjak pergi. Hanya saja sejak kemarin saat aku baru datang hingga sekarang. Aku selalu memperhatikannya jika ia duduk dekatku Dia langsung membaca ayat-ayat Al-Quran, lumayan terdengar sampai ditelingaku. Namun jika ak

    Huling Na-update : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Sakit Ketika di Rumah

    Sore hari sekembalinya kami dari rumah Mbah Asmo. Ibu mertua menyuruh ku dan Kak Doni untuk berlebaran ke rumah Bibik terlebih dahulu. Bibiknya ada Tujuh orang dan kami akan mengunjunginya satu persatu. Pertama kami akan mendatangi rumah Bibik bungsunya terlebih dahulu. Kesan pertama kali bertemu dengan bibiknya yang bungsu. Sangat baik. Bahkan aku dihadiahi sendal jepit bermerek . Saat aku melihat-lihat sendal jepit, tiba-tiba iya menyodorkannya padaku. Sendal jepit itu adalah barang jualannya. Kebetulan ia menjual aneka macam sepatu sendal tas dan lainnya. Tak hanya itu saja. Saat kami berpamitan pun Ia memberiku uang . Untuk beli bensin, ujarnya. Ia sangat ramah kepadaku, selalu mengajak ngobrol. Jadi aku merasa dihargai dan merasa betah selama berada dirumahnya. Setelah berpamitan kami pun bergantian mendatangi bibik yang lainnya. Kesan ku saat bertemu bibiknya yang lain. Aku merasa dibully,

    Huling Na-update : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Mertua Tak Adil

    Siang hari tepat pukul 14:00. Aku dan suamiku bersiap untuk kembali lagi kekota yang berjarak Delapan jam dari rumah mertua. Aku lihat dirumah hanya ada Mbak Luluk . Karena Mertua sedang berada dirumah saudaranya yang tidak begitu jauh. Kami pun sudah siap untuk berangkat. Aku salami Mbak Luluk dan aku berikan selembar uang ratusan ribu untuknya. Suamiku sudah berada diatas motornya, barang bawaan tidak sebanyak saat kami berangkat. Sekarang hanya tinggal tas besar yang kami letakkan didepan dan didalamnya hanya berisikan baju saja. Aku pun langsung naik diatas motor dan suami mulai menghidupkan mesin motir dan melaju pelan menjauh dari rumah. Belum terlalu lama berjalan. Suami mematikan mesin motornya dan memanggil ibunya yang sedang duduk didepan rumah saudaranya. Kami pun berpamitan dan bersalaman. Ibu mertua bertanya pada suamiku kok cepat sekali sudah mau pulang. Suamiku h

    Huling Na-update : 2021-11-10

Pinakabagong kabanata

  • Dipandang Rendah Mertua   Spesial PoV Bapak Mertua

    Episode 18 POV Bapak Mertua...Namaku Pak Yansah, umurku saat ini 60 tahun. Aku bekerja sebagai Petani Sawit. Aku memiliki Empat Orang anak. Dan aku menyayangi semuanya.Saat pertama kali aku mengenal Fatimah, aku sangat senang dan setuju. Fatimah memiliki sifat yang hampir sama dengan anakku Andini. Sama-sama tahu sopan santun dan suka basa-basi terhadapku. Dan mau meladeni setiap aku mengajaknya mengobrol.Mereka berdua juga pantang menyerah, sama-sama perasa dan pengertian. Namun Ke Duanya juga mudah sekali menangis alias sensitif sekali perasaanya. Beda dengan Yesi aku tak pernah sekalipun melihatnya sedih ataupun menangis. Bahkan saat Ia menikah dengan Erik.Aku sebenarnya suka dengan Fatimah tanpa mempersoalkan latar belakang keluarganya. Tapi karena Istriku sangat membenci Fatimah dan setiap hari bercerita tentang ketidak sukaannya terhadap Fatimah. Aku pun jadi bimbang.

  • Dipandang Rendah Mertua   Dihina Karena Belum Hamil

    Episode 17 *** “Kak Doni, aku keluar dulu, ya.” Ucapku pada suamiku yang sedang duduk diteras rumah bersama Bapak Mertua dan Suami mbak Andini. “Lho, mau kemana Dek?” tanyanya penasaran. “Mau ke tempat Mbah Sri, kak. Aku mau urut dulu badanku pegel-pegel, kepalaku agak migrain juga, mungkin masuk angin,” jawabku. “Kakak anter ya, udah minum obat belum Dek ?” tanyanya lagi. “Gak usah Kak, jalan kaki aja deket. Sambil olah raga. Tadi udah minum obat, tapi masih aja kerasa migrain. Mangkanya mau coba urut. Biasanya sembuh. Ibu dan yang lain dimana, Kak?” tanyaku “Pada dikamar Dek, lagi ngobrol kayaknya,” jawabnya memberitahu. Aku menghampiri Ibu kekamar. “Lagi pada ngapain nih, hehe... Ibu, Aku mau pamit bentar, mau keluar dulu ya Bu,” ucapku lembut sambil tersenyum. “Memangnya mau kemana kamu

  • Dipandang Rendah Mertua   Mertua Datang

    Episode 16 "Assalamu'alaikum... Doni, Doni," terdengar suara memanggil dari luar gerbang. "Wa'alaikum salam..." saut kami bersamaan. Kami mengintip dari balik jendela, terlihat Mbak Andini, Suaminya, Bapak, Ibu, Erik, Yesi dan Dua keponakan berdiri menunggu dibalik gerbang. Kami langsung keluar membukakan pintu gerbang mempersilahkan semuanya masuk kedalam rumah. Kami menyalami semua satu persatu. Mbak Andini masih selalu sama melempar senyum ramahnya padaku. "Apa kabar Fatimah, semua sehat, kan," sapanya Mbak Andini padaku. "Alhamdulillah, kami sehat semua Mbak... Oiya, tadi berangkat jam berapa Mbak... " tanyaku basa basi. "Jam 11 malem. Ini Mbak bawain oleh-oleh dari rumah buat kamu. Banyak roti dan kue. Mbak tarok kulkas ya..." ucapnya. Sambil meminta izin untuk meletakkan bungkusan kue kedalam kulkas. "Wah, repot-repot b

  • Dipandang Rendah Mertua   PoV Ibu Mertua

    Episode 15 (POV Ibu Mertua) *** Namaku Ibu Yana, aku istri dari Bapak Yansah. Aku memiliki Empat orang anak Dua Perempuan dan Dua laki-laki. Andini anak pertamaku yang berumur 40 tahun sejak menikah tak lagi tinggal bersamaku. Ia diajak suaminya tinggal di Kota C yang berjarak Delapan jam dari rumahku. Suami Andini adalah orang kaya raya, dia pejabat di Kota C. Sedangkan Andini bekerja sebagai Pegawai Negri. Mereka memiliki 2 anak Putra dan Putri. Kehidupan Andini sangat mapan bersama suaminya. Ia tinggal disebuah Rumah mewah 2 lantai dan memiliki 2 Mobil mewah. Dahulu aku sering menasehati Andini untuk mencari suami yang kaya. Sebenarnya aku menyuruhnya mencari suami Dokter. Namun Ia menolak dan memilih menikah dengan Anak Pejabat. Meskipun begitu aku sangat setuju. Tak masalah menikah tidak

  • Dipandang Rendah Mertua   Bagai Langit dan Bumi

    Episode 14 *** Kami semua duduk dikursi tamu dibawah tarub diluar rumah Yesi. Aku melihat sekeliling rumah Yesi. Menurutku biasa saja. Terlihat seperti Rumah tua yang mungkin berumur puluhan tahun dan sudah terlihat usang. Menuju rumahnya pun jalannya sulit licin dan hanya cukup 1 kendaraan. Masuk kedalam melewati jalan yang rusak yang sangat becek dan melewati kebun karet sejauh 2 kilo. Disitu aku melihat memang acaranya mewah kursi tamunya banyak, dan ada hiburan biduan yang berjoget sekitar 15 biduan. Aku sejak tadi menemani Mbak Luluk diatas kursi rodanya, aku perhatikan orang-orang yakni keluarga Yesi menatap heran kearah Mbak Luluk. Kemudian aku melihat Mbak Andini sedang menemani anaknya bermain di sekitaran kuade panggung pengantin. Kemudian Ia naik keatas panggung pengantin dan mencoba duduk dikursi pengantin bersama anaknya.

  • Dipandang Rendah Mertua   Akad Nikah Adik Ipar

    Episode 13 *** Jam 3 pagi hari sebelum subuh, Kami sampai dirumah mertua.Dan tak lama setelah kami sampai Mbak Andini beserta suami dan ke 2 anaknya pun tiba dirumah mertua. Jadi aku lebih dulu sampainya. Aku bergegas ke dapur untuk membuatkan teh Mbak Andini dan keluarganya. Aku belum istirahatsama sekali. Diperjalanan juga aku tidak bisa istirahat karena kondisi mobil travel sangat berdesakkan. Membuat aku kesulitan untuk beristirahat. Dirumah mertua ada 4 kamar besar dan 1 kamar kecil. Satu yang besar kamar mbak Luluk, Kamar Mbak Andini , Kamar Erik Dan Kamar Mertua. Sedangkan kamar Aku dan Kak doni tidur di kamar kecil yang tidur pun tak bisa lurus harus menekukkan kaki. Tanpa pintu. Apalagi disitu adalah tempat sholat umum. Jadi aku susah untuk berganti pakaian dan sulit untuk

  • Dipandang Rendah Mertua   Fatimah Belajar Ikhlas

    Episode 12 *** (POV DONI) “Halo, Bu. Aku dengar dari Mbak Andini katanya keluargaYesi minta uang 50 juta untuk tebus anaknya. Maksudnya apa itu Bu, kenapa dulu istriku gak diperlakukan sama. Malah diperlakukan gak layak. Yesi dikasih sebanyak itu, belum serah-serahannya kemudian duitnya. Belum lagi nanti mau di adakan acara pesta besar-besaran dirumah kita juga kan. Alangkah enaknya hidup Yesi belum apa-apa keluarga kita udah keluar uang banyak buat dia.” Dengan nada emosi ku melanjutkan ucapanku. “Kalau Fatimah dengar ini pasti marah Bu, dia banyak berkorban buat aku buat keluarga kita. Dia gak mempersulit keluarga kita saat akan menikahinya.Dia mengeluarkan uang banyak hingga tabung

  • Dipandang Rendah Mertua   Merasa Dibedakan

    Episode 11 *** "Kak, enak ya jadi Yesi. Si calon adik ipar baru Kakak... lihat difoto, serah-serahannya mewah banget Kak," sambil menghampiri suamiku yang sedang duduk dilantai ruang tamu, seraya menunjukkan foto acara lamaran adik laki-lakinya kemarin di hpnya. "Aku hitung nih Kak dia dikasih 30 kotak serah-serahan dari orang tua Kakak, dan itu isinya komplit dan serba double lagi, tas dapat 3, sepatu 3, higheels 2, Skincare lengkap dobel-doble isinya dan gede-gede lagi ukurannya, Selimut dobel, Badcover dobel,, kebaya mewah, Cincin kawin terlihat gede, Cd 1 pak, Bh 1 pak. Dan masih banyak lagi, Enak sekali Yesi." Selorohku, Sambil menyenderkan badan didinding ruang tamu. "Dah gitu dapet segala perabotan dari kayu jati, dan udah disiapin disitu, tuh ada lemari baju, meja makan, sofa , kursi tamu, dipan dan lemari hias bejejer dirumah Orang tua Kakak, mana didalam l

  • Dipandang Rendah Mertua   Mertua Tak Adil

    Siang hari tepat pukul 14:00. Aku dan suamiku bersiap untuk kembali lagi kekota yang berjarak Delapan jam dari rumah mertua. Aku lihat dirumah hanya ada Mbak Luluk . Karena Mertua sedang berada dirumah saudaranya yang tidak begitu jauh. Kami pun sudah siap untuk berangkat. Aku salami Mbak Luluk dan aku berikan selembar uang ratusan ribu untuknya. Suamiku sudah berada diatas motornya, barang bawaan tidak sebanyak saat kami berangkat. Sekarang hanya tinggal tas besar yang kami letakkan didepan dan didalamnya hanya berisikan baju saja. Aku pun langsung naik diatas motor dan suami mulai menghidupkan mesin motir dan melaju pelan menjauh dari rumah. Belum terlalu lama berjalan. Suami mematikan mesin motornya dan memanggil ibunya yang sedang duduk didepan rumah saudaranya. Kami pun berpamitan dan bersalaman. Ibu mertua bertanya pada suamiku kok cepat sekali sudah mau pulang. Suamiku h

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status