Share

Fatimah Minggat

Author: Ashya Khoir
last update Last Updated: 2021-11-10 22:31:25

Setibanya Aku di depan rumah temanku Zia, aku langsung menekan bel di pagar rumahnya. kutengok ke sela-sela besi pagar dia terlihat Keluar dari dalam rumah dan berlari kecil menghampiriku..

“Hei, Fatimah” Sapanya sambil memandangku heran.“Kenapa kok matamu sembab banget? Tumben aja kamu mampir ke sini, dari mana aja kamu... Ayo masuk ,” Ajaknya, Seraya membukakan pintu gerbang dan menuntunku untuk masuk kedalam.

 “Duduklah dulu Fatimah, aku akan ambilkan kamu minum ya,” akupun hanya mengangguk tanpa menjawab sepatah katapun.

“Ini minumlah dulu teh nya, kamu udah makan belum? Aku ambilin makan ya,” akupun kembali mengangguk tanda megiyakan.  Kemudian aku menuruti ajakannya untuk mengisi perutku yang menang sedari kemarin belum dimasuki nasi. Setelah selesai makan.

Akupun mulai bercerita padanya. Aku curhat panjang lebar dan mencurahkan semua perasaan yang ada dalam hatiku. Aku ceritakan semua masalahku, dan iyapun memberi nasehat dan menguatkanku.

Temanku Zia hanya tinggal seorang diri dirumahnya. Karena Keluarganya memiliki rumah lagi di daerah yang berbeda. yang merwka tempati sekeluarga besar.

Sejak pagi hingga malam hari ini aku sama sekali tak mengecek ponselku, ponselku sengaja aku matikan. Bahkan sebelum pergi aku sudah lebih dulu memblokir semua akun medsos suamiku, dan juga nomor hp nya.

Biarkan aku menenangkan diri disini. Aku sudah tak berharap banyak dengannya. Sekarang yang ada dalam hatiku hanya rasa benci , kecewa , sakit hati, marah dan jijik tiap kali mengingat perlakuan kejam dia dan keluarganya.

Malam ini aku sangat lelah hingga tak sadar terlelap tidur sejak malam hingga siang hari. Saat aku membuka mata kulihat dari jendela sinar matahari sedang sempurna-sempurnanya, kulihat disekeliling kamar tak ada siapapun. Aku ambil ponselku dan segera kunyalakan.  Tak lama terdengar suara dari ponselku.

Tring tring!

Kubuka ponselku ada pesan masuk dari Zia.

[Fatimah, aku kerja dulu ya. Tadi pagi aku bangunin kamu aku mau pamit,  tapi kamu nyenyak banget tidurnya aku gak tega. Kalau kamu udah bangun ambil makan aja sendiri ya , terus ada kue juga disitu makan aja. Udah, kamu gak usah sedih-sedih lagi. Sabar aja nanti kita curhat lagi ok, aku kerja dulu sekarang.]

.....

[Ok, Zia... makasih banyak ya, kamu udah baik banget sama aku, maaf kalau aku udah ngerepotin kamu...] balasku.

.....

Sudah lebih 24 jam aku pergi meninggalkan rumah suamiku. Aku lebih merasa tenang disini. Aku bergegas membersihkan tempat tidur, kemudian beranjak berdiri dan segera membersihkan badanku, dan juga sarapan.

Setelahnya aku kembali duduk menyender dibawah dipan dan menatap kosong... aku merenung nasibku yang seperti ini... ku jatuhkan kepalaku diatas kasur dan kupejamkan mataku. Entahlah aku sangat sedih dan aku benar-benar merasa tak ada gairah sama sekali.

Setiap kali ku pejamkan mata, selalu saja  terbayang sikap kasar suamiku yang membuatku trauma. Ku tegakkan kembali kepalaku kupandangi sorot cahaya mentari dari luar jendela. Ku merasa tenang menatap cahaya itu. Mungkin pikiranku sekarang memang sedang kacau-kacaunya. Aku butuh menenangkan diri disini.

Namun tiba-tiba aku dikagetkan dengan kehadiran suamiku dibalik jendela yang sedari tadi kutatap.

Hah, Kak Doni... akupun segera melangkah keluar rumah. Dia langsung mendekat namun dengan sigap kutolak tubuhnya, Dia terus berusaha mendekati dan  memelukku... Terus menerus kudorong tubuhnya untuk menjauh.

“Kenapa Kakak kesini, kurang puas apa udah nyakitin aku Kak??? Sana Kakak pulang! aku udah ga mau liat muka Kakak lagi,” Bentakku sambil terus menolak sentuhannya.

“Udah Kak, ga usah sentuh-sentuh aku, cepet Kakak pulang, kurang bikin sakit hati apa lagi Kak , udah berbuat sekejam itu sama aku... Udah ga pernah inget lagi seberapa pengorbananku selama ini... Aku udah menutup hatiku buat Kakak,  pulang aja sana Kak.” Bentakku kembali.

“Maafin Kakak Dek... Kemarin Kakak bener-bener khilaf udah ngelakuin itu sama Adek, Mohon maafin Kakak ya dek... Kakak mohon... kasih kesempatan buat kakak perbaiki diri.. Kakak akui kemarin Kakak memang salah...mohon maafin Kakak Dek...” Rayunya, sambil terus berusaha meraih tubuhku bahkan ia menjatuhkan lututnya ketanah seraya memohon berulang-ulang kali.

“Kakak janji ga akan ulangi lagi dek, ayok dek... pulang bareng-bareng kita perbaiki lagi semuanya. Kita saling introspeksi diri, Kakak sayang sama Adek.. ayok kita pulang ya Dek...Tolong jangan marah lagi, Kakak janji itu yang terakhir kakak berbuat kayak gtu.“ aku pun jadi tertegun mendegar ucapannya, dan tanganku tak kuat lagi menahan beban tubuhnya, dan dia pun berhasil meraih tubuhku dan langsung memelukku dengan sangat erat, seraya membisikan kata maaf berulang kali di dekat telingaku. Kudengar beberapa kali ia menghela nafas dan gemetar... aku melihat ada penyesalan dalam dirinya, aku merasa iba dan tak berdaya dibuatnya.

“Aku bener-bener trauma Kak... sama apa yang udah Kakak lakuin kemaren... kenapa Kakak bisa setega itu sama Aku...?

“Kakak juga tau dek Kakak salah. Kakak udah jahat sama Adek.. tapi gak akan Kakak ulangi lagi... selama ini juga kan gak pernah nyakitin Adek, kemarin itu Kakak bener-bener khilaf...” ungkapnya, dengan rasa penyesalan.

“Kemarin Kakak ngusir aku berulang kali, sekarang tiba-tiba berubah... Aku gak yakin Kakak bener sadar. Apalagi kemarin Ibumu dan Om mu udah berlaku sejahat itu sama aku. Kenapa Kakak gak nurutin aja kemauan Ibu dan Om untuk bercerai sama aku, hah?” tanyaku lantang.

“Ayok, sekarang Adek ikut Kakak pulang, nanti Kakak ceritain semuanya... Sejujurnya dari dalam lubuk hati Kakak sayang banget sama Adek, Kakak gak akan mau pisah sampai kapanpun, Kita akan selama-lamanya bareng Dek , sampai kita punya anak , sampai tua,  sampai akhir hayat,” tegasnya , sambil mengenggam tanganku erat-erat untuk kesekian kalinya.

Setelah mendengar penjelasannya, akupun menurut. Namun aku tegaskan lagi padanya agar tidak mengulangi kesalahan seperti kemarin,  seumur hidupku. Jika ia ingkar janji. Aku akan benar-benar nekat untuk pergi dan tidak akan mau kembali lagi padanya. Ia mengangguk dan mengiyakan, tanda menyetujui syaratku.

Untuk kali pertama ini aku memaklumi. Mungkin ini adalah sebuah ujian pengantin baru. Yang baru menyesuaikan diri dan kami berdua memang masih sangat muda. Apalagi suamiku belum terbiasa bekerja, beda dengan aku yang pengalaman kerjanya sudah lebih banyak.

Aku berusaha memaafkannya dan kami akhirnya bersalaman kemudian kami pulang bersama- sama.

***

(POV DONI)

Entah mengapa aku merasa sangat menyesal, aku merasa begitu tega terhadap istriku. Apa yang ku lakukan sangat keterlaluan . Aku tega menyakiti hati istriku yang selama ini sudah sangat baik.

Tapi sekarang istriku sepertinya sudah sangat kecewa terhadapku, Ia begitu terlihat hancur. Aku bisa merasakan apa yang dia rasa. Hatiku pun ikut tak tenang sekarang.

Kupandangi istriku dari balik kaca jendela, rasanya hatiku tak kuasa , ingin ku berlari menghalanginya untuk pergi. Aku tidak siap kehilangan dia. Istriku yang selama ini banyak berkorban, istriku yang sangat baik, yang tidak pernah menyusahkanku, istri yang banyak membantuk, yang sejak kemunculannya hari-hariku menjadi berwarna dan makin bahagia. Dia telah merubah hidupku jadi lebih baik dari sebelumnya.

Apa yang telah aku lakukan sungguh aku menyesal dan aku akui aku sangat bodoh. Aku sangat tak tau diri. Aku harus bagaimana.

Aku benci dengan Ibu dan Om yang ikut-ikutan menyerang istriku. Aku kira mereka jauh-jauh datang ke sini untuk melerai kami untuk mencarikan solusi , nyatanya mereka hanya menambah berantakan semuanya.

Aku menyesal aku benar-benar bodoh sudah menyia-nyiakan wanita sebaik dan setulus Fatimah... Maafkan Aku dek... jerit dari dalam hatiku.

Aku khawatir dengan istriku, pasti sekarang perasaannya hancur . aku bisa membayangkan sekacau apa dirinya sekarang.

Aku harus segera mencari Fatimah... Ku melangkah cepat menuju kamar untuk mengambil ponselku, Ku segera menelpon Fatimah. Ku harap dia masih sudi mengangkat telponku.

Tut Tut Tut...

Ah aku harus bagaimana , ku telpon berkali-kali tidak bisa tersambung. Aku pun mengirimkan pesan ke no hp nya dan ke aplikasi hijau namun tak ada satupun yang terkirim.

Aku buka medsos aku cek sudah diblokir. Ya tuhan apa yang harus aku lakukan. Aku benar-benar menyesal sudah membuat hati istriku terluka. pasti dia saat ini sudah benar-benar marah padaku.

Aku bergegas mengambil kunci motor dan jaket, saat aku akan menghidupkan motor, tiba-tiba Ibu memanggil.

“Hei, Doni . mau kemana kamu, makan dulu pagi-pagi mau ngelayap kemana kamu?” tanyanya , penasaran.

“Udahlah bu, Ibu gak perlu tau. Mending Ibu Ajak Bapak dan Om pulang. Percuma kalian kesini Bu, tapi sama sekali gak bisa nyelesain masalah aku sama Fatimah.” Ucapku, dengan nada menyesal.

“Ngapain kamu masih ngeharap Fatimah Doni! Perempuan begitu gak tahu diri gak usah kamu kejar, mending kamu pulang ikut Ibu kamu cari istri dikampung saja. Malah bisa dapat orang yang jelas. Kamu itu aneh seperti tergila-gila saja sama perempuan macam itu.” Tandasnya.

“Kalau cara Ibu seperti itu , Doni gak akan mau lagi curhat dan minta solusi sama Ibu kalau Doni ada masalah. Kalian gak bijaksana sebagai orang tua. Doni kira dengan bercerita curhat sama Ibu bisa ada solusi yang gak merugikan rumah tangga kami, nyatanya percuma. Gara-gara kalian memperkeruh semuanya sekarang fatimah pergi entah kemana, bahkan memblokir nomor ku. Aku dah benar-benar kehilangan dia Bu. puas sekarang kalian Bu, sudah menghancurkan rumah tangga yang baru aku bangun!” Bentakku kecewa.

“Dasar kau Doni, Anak durhaka. Beraninya kamu melawan orang tua, hanya karena wanita miskin itu. Terlalu tunduk kamu sama Fatimah. Sampai nasihat orang tua saja kamu lawan! Kami akan segera pulang, percuma juga kami kesini. Kamu jadi anak tidak punya pendirian. Apa susahnya putuskan saja tadi bilang cerai saja terus pulang beres. Malah plin plan segala.” Ucapnya marah.

“Terserah ibu mau bicara apa, Aku sekarang mau pergi mau cari Fatimah sampai ketemu. Aku sayang sama dia bu, dan kalian gak boleh menghalangi aku buat kembali sama Fatimah dialah kebahagianku Bu. Asal kalian tau.” Ucap ku seraya berlalu pergi mengendarai motor dan meninggalkan Ibu.

Aku berjalan dengan motorku ku terjang panas dan hujan menyusuri kota, aku berniat mencari Fatimah . Aku akan datangi semua rumah temannya satu persatu, hingga malam hari aku belum juga menemukan istriku.

Hingga pagi harinya ku lanjutkan untuk mencari ke rumah teman-temannya yang lain. Sudah aku tanya beberapa teman lainnya tapi tetap tidak ada yang melihat.

Akhirnya aku lanjutkan mencari ke rumah temannya yang bernama Zia, setelah sampai disana kulihat pintu gerbang tidak terkunci, aku pun membukanya pelan dan melangkah hati-hati dan mengitip kearah jendela. Ternyata dugaanku benar.

Fatimah belahan jiwaku istriku tercinta ada disitu.

***

Ashya Khoir

Ikutin terus novel ini pasti bakal kecanduan 🥰😇😘

| 2
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mirus Aldy
kok gk ada klanjutn ny
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dipandang Rendah Mertua   Pertama Kali ke Rumah Mertua

    Hari ini Setengah tahun sudah kami berumah tangga. Setelah kejadian 3 bulan lalu yang kami bertengkar hebat. Saat ini rumah tangga kami justru semakin adem ayem. Tidak pernah bermasalah lagi. Suamiku pun mulai mendengarkan saranku, Ia mulai giat bekerja. Meski belum selincah aku, tapi aku sangat bersyukur sudah ada usaha dia untuk mengimbangi. Hari ini bertepatan dengan bulan Ramadan, dan 3 hari lagi Idul fitri. Suamiku mendapat telpon dari Ibunya. Ini kali pertamanya suamiku berkomunikasi dengan Ibunya sejak keributan 3 bulan lalu. "Doni, apa kabar kamu. Ibu kangen kamu Doni. Ibu minta kamu pulang lebaran nanti, Ya. Ibu sangat rindu," pintanya. "Baik bu, kami semua baik. Iya, aku mau pulang kampung, asalkan ibu bolehin aku bawa Fatimah. Dan jangan nyakitin hati Fatimah lagi." Jawab Kak Doni tegas. "Oiya pastilah Nak, bawa aja istrimu gak apa-apa. Ibu tunggu k

    Last Updated : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Diajak ke Dukun

    Hari ini adalah hari raya Idul Fitri, Sejak pagi aku disibukkan dengan urusan dapur membantu Ibu mertua memasak , bersih-bersih rumah dan menyusun kue, untuk hidangan hari lebaran. Saat memasak bersama, beberapa kali aku menyapa Ibu mertua, membuka pembicaraan , atau pura-pura bertanya tentang sesuatu hal. Namun mertuaku seperti malas menanggapi. Ia hanya menyuruhku ini dan itu namun setelahnya langsung beranjak pergi . Jika aku ada di dapur , Ia pindah ke ruang makan. Dan juga sebaliknya jika aku di ruang makan dia pindah ke ruang lain. Seperti sangat Jijik denganku. Sedangkan Bapak mertuaku berbeda dengan Ibu mertua, Jika aku berada dekat dengannya dia tidak beranjak pergi. Hanya saja sejak kemarin saat aku baru datang hingga sekarang. Aku selalu memperhatikannya jika ia duduk dekatku Dia langsung membaca ayat-ayat Al-Quran, lumayan terdengar sampai ditelingaku. Namun jika ak

    Last Updated : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Sakit Ketika di Rumah

    Sore hari sekembalinya kami dari rumah Mbah Asmo. Ibu mertua menyuruh ku dan Kak Doni untuk berlebaran ke rumah Bibik terlebih dahulu. Bibiknya ada Tujuh orang dan kami akan mengunjunginya satu persatu. Pertama kami akan mendatangi rumah Bibik bungsunya terlebih dahulu. Kesan pertama kali bertemu dengan bibiknya yang bungsu. Sangat baik. Bahkan aku dihadiahi sendal jepit bermerek . Saat aku melihat-lihat sendal jepit, tiba-tiba iya menyodorkannya padaku. Sendal jepit itu adalah barang jualannya. Kebetulan ia menjual aneka macam sepatu sendal tas dan lainnya. Tak hanya itu saja. Saat kami berpamitan pun Ia memberiku uang . Untuk beli bensin, ujarnya. Ia sangat ramah kepadaku, selalu mengajak ngobrol. Jadi aku merasa dihargai dan merasa betah selama berada dirumahnya. Setelah berpamitan kami pun bergantian mendatangi bibik yang lainnya. Kesan ku saat bertemu bibiknya yang lain. Aku merasa dibully,

    Last Updated : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Mertua Tak Adil

    Siang hari tepat pukul 14:00. Aku dan suamiku bersiap untuk kembali lagi kekota yang berjarak Delapan jam dari rumah mertua. Aku lihat dirumah hanya ada Mbak Luluk . Karena Mertua sedang berada dirumah saudaranya yang tidak begitu jauh. Kami pun sudah siap untuk berangkat. Aku salami Mbak Luluk dan aku berikan selembar uang ratusan ribu untuknya. Suamiku sudah berada diatas motornya, barang bawaan tidak sebanyak saat kami berangkat. Sekarang hanya tinggal tas besar yang kami letakkan didepan dan didalamnya hanya berisikan baju saja. Aku pun langsung naik diatas motor dan suami mulai menghidupkan mesin motir dan melaju pelan menjauh dari rumah. Belum terlalu lama berjalan. Suami mematikan mesin motornya dan memanggil ibunya yang sedang duduk didepan rumah saudaranya. Kami pun berpamitan dan bersalaman. Ibu mertua bertanya pada suamiku kok cepat sekali sudah mau pulang. Suamiku h

    Last Updated : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Merasa Dibedakan

    Episode 11 *** "Kak, enak ya jadi Yesi. Si calon adik ipar baru Kakak... lihat difoto, serah-serahannya mewah banget Kak," sambil menghampiri suamiku yang sedang duduk dilantai ruang tamu, seraya menunjukkan foto acara lamaran adik laki-lakinya kemarin di hpnya. "Aku hitung nih Kak dia dikasih 30 kotak serah-serahan dari orang tua Kakak, dan itu isinya komplit dan serba double lagi, tas dapat 3, sepatu 3, higheels 2, Skincare lengkap dobel-doble isinya dan gede-gede lagi ukurannya, Selimut dobel, Badcover dobel,, kebaya mewah, Cincin kawin terlihat gede, Cd 1 pak, Bh 1 pak. Dan masih banyak lagi, Enak sekali Yesi." Selorohku, Sambil menyenderkan badan didinding ruang tamu. "Dah gitu dapet segala perabotan dari kayu jati, dan udah disiapin disitu, tuh ada lemari baju, meja makan, sofa , kursi tamu, dipan dan lemari hias bejejer dirumah Orang tua Kakak, mana didalam l

    Last Updated : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Fatimah Belajar Ikhlas

    Episode 12 *** (POV DONI) “Halo, Bu. Aku dengar dari Mbak Andini katanya keluargaYesi minta uang 50 juta untuk tebus anaknya. Maksudnya apa itu Bu, kenapa dulu istriku gak diperlakukan sama. Malah diperlakukan gak layak. Yesi dikasih sebanyak itu, belum serah-serahannya kemudian duitnya. Belum lagi nanti mau di adakan acara pesta besar-besaran dirumah kita juga kan. Alangkah enaknya hidup Yesi belum apa-apa keluarga kita udah keluar uang banyak buat dia.” Dengan nada emosi ku melanjutkan ucapanku. “Kalau Fatimah dengar ini pasti marah Bu, dia banyak berkorban buat aku buat keluarga kita. Dia gak mempersulit keluarga kita saat akan menikahinya.Dia mengeluarkan uang banyak hingga tabung

    Last Updated : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Akad Nikah Adik Ipar

    Episode 13 *** Jam 3 pagi hari sebelum subuh, Kami sampai dirumah mertua.Dan tak lama setelah kami sampai Mbak Andini beserta suami dan ke 2 anaknya pun tiba dirumah mertua. Jadi aku lebih dulu sampainya. Aku bergegas ke dapur untuk membuatkan teh Mbak Andini dan keluarganya. Aku belum istirahatsama sekali. Diperjalanan juga aku tidak bisa istirahat karena kondisi mobil travel sangat berdesakkan. Membuat aku kesulitan untuk beristirahat. Dirumah mertua ada 4 kamar besar dan 1 kamar kecil. Satu yang besar kamar mbak Luluk, Kamar Mbak Andini , Kamar Erik Dan Kamar Mertua. Sedangkan kamar Aku dan Kak doni tidur di kamar kecil yang tidur pun tak bisa lurus harus menekukkan kaki. Tanpa pintu. Apalagi disitu adalah tempat sholat umum. Jadi aku susah untuk berganti pakaian dan sulit untuk

    Last Updated : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Bagai Langit dan Bumi

    Episode 14 *** Kami semua duduk dikursi tamu dibawah tarub diluar rumah Yesi. Aku melihat sekeliling rumah Yesi. Menurutku biasa saja. Terlihat seperti Rumah tua yang mungkin berumur puluhan tahun dan sudah terlihat usang. Menuju rumahnya pun jalannya sulit licin dan hanya cukup 1 kendaraan. Masuk kedalam melewati jalan yang rusak yang sangat becek dan melewati kebun karet sejauh 2 kilo. Disitu aku melihat memang acaranya mewah kursi tamunya banyak, dan ada hiburan biduan yang berjoget sekitar 15 biduan. Aku sejak tadi menemani Mbak Luluk diatas kursi rodanya, aku perhatikan orang-orang yakni keluarga Yesi menatap heran kearah Mbak Luluk. Kemudian aku melihat Mbak Andini sedang menemani anaknya bermain di sekitaran kuade panggung pengantin. Kemudian Ia naik keatas panggung pengantin dan mencoba duduk dikursi pengantin bersama anaknya.

    Last Updated : 2021-11-10

Latest chapter

  • Dipandang Rendah Mertua   Spesial PoV Bapak Mertua

    Episode 18 POV Bapak Mertua...Namaku Pak Yansah, umurku saat ini 60 tahun. Aku bekerja sebagai Petani Sawit. Aku memiliki Empat Orang anak. Dan aku menyayangi semuanya.Saat pertama kali aku mengenal Fatimah, aku sangat senang dan setuju. Fatimah memiliki sifat yang hampir sama dengan anakku Andini. Sama-sama tahu sopan santun dan suka basa-basi terhadapku. Dan mau meladeni setiap aku mengajaknya mengobrol.Mereka berdua juga pantang menyerah, sama-sama perasa dan pengertian. Namun Ke Duanya juga mudah sekali menangis alias sensitif sekali perasaanya. Beda dengan Yesi aku tak pernah sekalipun melihatnya sedih ataupun menangis. Bahkan saat Ia menikah dengan Erik.Aku sebenarnya suka dengan Fatimah tanpa mempersoalkan latar belakang keluarganya. Tapi karena Istriku sangat membenci Fatimah dan setiap hari bercerita tentang ketidak sukaannya terhadap Fatimah. Aku pun jadi bimbang.

  • Dipandang Rendah Mertua   Dihina Karena Belum Hamil

    Episode 17 *** “Kak Doni, aku keluar dulu, ya.” Ucapku pada suamiku yang sedang duduk diteras rumah bersama Bapak Mertua dan Suami mbak Andini. “Lho, mau kemana Dek?” tanyanya penasaran. “Mau ke tempat Mbah Sri, kak. Aku mau urut dulu badanku pegel-pegel, kepalaku agak migrain juga, mungkin masuk angin,” jawabku. “Kakak anter ya, udah minum obat belum Dek ?” tanyanya lagi. “Gak usah Kak, jalan kaki aja deket. Sambil olah raga. Tadi udah minum obat, tapi masih aja kerasa migrain. Mangkanya mau coba urut. Biasanya sembuh. Ibu dan yang lain dimana, Kak?” tanyaku “Pada dikamar Dek, lagi ngobrol kayaknya,” jawabnya memberitahu. Aku menghampiri Ibu kekamar. “Lagi pada ngapain nih, hehe... Ibu, Aku mau pamit bentar, mau keluar dulu ya Bu,” ucapku lembut sambil tersenyum. “Memangnya mau kemana kamu

  • Dipandang Rendah Mertua   Mertua Datang

    Episode 16 "Assalamu'alaikum... Doni, Doni," terdengar suara memanggil dari luar gerbang. "Wa'alaikum salam..." saut kami bersamaan. Kami mengintip dari balik jendela, terlihat Mbak Andini, Suaminya, Bapak, Ibu, Erik, Yesi dan Dua keponakan berdiri menunggu dibalik gerbang. Kami langsung keluar membukakan pintu gerbang mempersilahkan semuanya masuk kedalam rumah. Kami menyalami semua satu persatu. Mbak Andini masih selalu sama melempar senyum ramahnya padaku. "Apa kabar Fatimah, semua sehat, kan," sapanya Mbak Andini padaku. "Alhamdulillah, kami sehat semua Mbak... Oiya, tadi berangkat jam berapa Mbak... " tanyaku basa basi. "Jam 11 malem. Ini Mbak bawain oleh-oleh dari rumah buat kamu. Banyak roti dan kue. Mbak tarok kulkas ya..." ucapnya. Sambil meminta izin untuk meletakkan bungkusan kue kedalam kulkas. "Wah, repot-repot b

  • Dipandang Rendah Mertua   PoV Ibu Mertua

    Episode 15 (POV Ibu Mertua) *** Namaku Ibu Yana, aku istri dari Bapak Yansah. Aku memiliki Empat orang anak Dua Perempuan dan Dua laki-laki. Andini anak pertamaku yang berumur 40 tahun sejak menikah tak lagi tinggal bersamaku. Ia diajak suaminya tinggal di Kota C yang berjarak Delapan jam dari rumahku. Suami Andini adalah orang kaya raya, dia pejabat di Kota C. Sedangkan Andini bekerja sebagai Pegawai Negri. Mereka memiliki 2 anak Putra dan Putri. Kehidupan Andini sangat mapan bersama suaminya. Ia tinggal disebuah Rumah mewah 2 lantai dan memiliki 2 Mobil mewah. Dahulu aku sering menasehati Andini untuk mencari suami yang kaya. Sebenarnya aku menyuruhnya mencari suami Dokter. Namun Ia menolak dan memilih menikah dengan Anak Pejabat. Meskipun begitu aku sangat setuju. Tak masalah menikah tidak

  • Dipandang Rendah Mertua   Bagai Langit dan Bumi

    Episode 14 *** Kami semua duduk dikursi tamu dibawah tarub diluar rumah Yesi. Aku melihat sekeliling rumah Yesi. Menurutku biasa saja. Terlihat seperti Rumah tua yang mungkin berumur puluhan tahun dan sudah terlihat usang. Menuju rumahnya pun jalannya sulit licin dan hanya cukup 1 kendaraan. Masuk kedalam melewati jalan yang rusak yang sangat becek dan melewati kebun karet sejauh 2 kilo. Disitu aku melihat memang acaranya mewah kursi tamunya banyak, dan ada hiburan biduan yang berjoget sekitar 15 biduan. Aku sejak tadi menemani Mbak Luluk diatas kursi rodanya, aku perhatikan orang-orang yakni keluarga Yesi menatap heran kearah Mbak Luluk. Kemudian aku melihat Mbak Andini sedang menemani anaknya bermain di sekitaran kuade panggung pengantin. Kemudian Ia naik keatas panggung pengantin dan mencoba duduk dikursi pengantin bersama anaknya.

  • Dipandang Rendah Mertua   Akad Nikah Adik Ipar

    Episode 13 *** Jam 3 pagi hari sebelum subuh, Kami sampai dirumah mertua.Dan tak lama setelah kami sampai Mbak Andini beserta suami dan ke 2 anaknya pun tiba dirumah mertua. Jadi aku lebih dulu sampainya. Aku bergegas ke dapur untuk membuatkan teh Mbak Andini dan keluarganya. Aku belum istirahatsama sekali. Diperjalanan juga aku tidak bisa istirahat karena kondisi mobil travel sangat berdesakkan. Membuat aku kesulitan untuk beristirahat. Dirumah mertua ada 4 kamar besar dan 1 kamar kecil. Satu yang besar kamar mbak Luluk, Kamar Mbak Andini , Kamar Erik Dan Kamar Mertua. Sedangkan kamar Aku dan Kak doni tidur di kamar kecil yang tidur pun tak bisa lurus harus menekukkan kaki. Tanpa pintu. Apalagi disitu adalah tempat sholat umum. Jadi aku susah untuk berganti pakaian dan sulit untuk

  • Dipandang Rendah Mertua   Fatimah Belajar Ikhlas

    Episode 12 *** (POV DONI) “Halo, Bu. Aku dengar dari Mbak Andini katanya keluargaYesi minta uang 50 juta untuk tebus anaknya. Maksudnya apa itu Bu, kenapa dulu istriku gak diperlakukan sama. Malah diperlakukan gak layak. Yesi dikasih sebanyak itu, belum serah-serahannya kemudian duitnya. Belum lagi nanti mau di adakan acara pesta besar-besaran dirumah kita juga kan. Alangkah enaknya hidup Yesi belum apa-apa keluarga kita udah keluar uang banyak buat dia.” Dengan nada emosi ku melanjutkan ucapanku. “Kalau Fatimah dengar ini pasti marah Bu, dia banyak berkorban buat aku buat keluarga kita. Dia gak mempersulit keluarga kita saat akan menikahinya.Dia mengeluarkan uang banyak hingga tabung

  • Dipandang Rendah Mertua   Merasa Dibedakan

    Episode 11 *** "Kak, enak ya jadi Yesi. Si calon adik ipar baru Kakak... lihat difoto, serah-serahannya mewah banget Kak," sambil menghampiri suamiku yang sedang duduk dilantai ruang tamu, seraya menunjukkan foto acara lamaran adik laki-lakinya kemarin di hpnya. "Aku hitung nih Kak dia dikasih 30 kotak serah-serahan dari orang tua Kakak, dan itu isinya komplit dan serba double lagi, tas dapat 3, sepatu 3, higheels 2, Skincare lengkap dobel-doble isinya dan gede-gede lagi ukurannya, Selimut dobel, Badcover dobel,, kebaya mewah, Cincin kawin terlihat gede, Cd 1 pak, Bh 1 pak. Dan masih banyak lagi, Enak sekali Yesi." Selorohku, Sambil menyenderkan badan didinding ruang tamu. "Dah gitu dapet segala perabotan dari kayu jati, dan udah disiapin disitu, tuh ada lemari baju, meja makan, sofa , kursi tamu, dipan dan lemari hias bejejer dirumah Orang tua Kakak, mana didalam l

  • Dipandang Rendah Mertua   Mertua Tak Adil

    Siang hari tepat pukul 14:00. Aku dan suamiku bersiap untuk kembali lagi kekota yang berjarak Delapan jam dari rumah mertua. Aku lihat dirumah hanya ada Mbak Luluk . Karena Mertua sedang berada dirumah saudaranya yang tidak begitu jauh. Kami pun sudah siap untuk berangkat. Aku salami Mbak Luluk dan aku berikan selembar uang ratusan ribu untuknya. Suamiku sudah berada diatas motornya, barang bawaan tidak sebanyak saat kami berangkat. Sekarang hanya tinggal tas besar yang kami letakkan didepan dan didalamnya hanya berisikan baju saja. Aku pun langsung naik diatas motor dan suami mulai menghidupkan mesin motir dan melaju pelan menjauh dari rumah. Belum terlalu lama berjalan. Suami mematikan mesin motornya dan memanggil ibunya yang sedang duduk didepan rumah saudaranya. Kami pun berpamitan dan bersalaman. Ibu mertua bertanya pada suamiku kok cepat sekali sudah mau pulang. Suamiku h

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status