Hari ini Setengah tahun sudah kami berumah tangga. Setelah kejadian 3 bulan lalu yang kami bertengkar hebat. Saat ini rumah tangga kami justru semakin adem ayem. Tidak pernah bermasalah lagi.
Suamiku pun mulai mendengarkan saranku, Ia mulai giat bekerja. Meski belum selincah aku, tapi aku sangat bersyukur sudah ada usaha dia untuk mengimbangi.
Hari ini bertepatan dengan bulan Ramadan, dan 3 hari lagi Idul fitri. Suamiku mendapat telpon dari Ibunya. Ini kali pertamanya suamiku berkomunikasi dengan Ibunya sejak keributan 3 bulan lalu.
"Doni, apa kabar kamu. Ibu kangen kamu Doni. Ibu minta kamu pulang lebaran nanti, Ya. Ibu sangat rindu," pintanya.
"Baik bu, kami semua baik. Iya, aku mau pulang kampung, asalkan ibu bolehin aku bawa Fatimah. Dan jangan nyakitin hati Fatimah lagi." Jawab Kak Doni tegas.
"Oiya pastilah Nak, bawa aja istrimu gak apa-apa. Ibu tunggu kedatanganmu," Jawabnya meyakinkan.
***
Tepat Satu hari sebelum lebaran, Kami bersiap-siap untuk mudik kekampung Kak Doni. Kami mengendarai motor menuju kampung.
Dibagian depan diletakkan tas besar berisi bajuku dan baju suami sedangkan dibelakang aku memangku plastik besar berisi oleh-oleh untuk mertua. Dan aku mengendong tas ransel berisi bekal makan siang kami nanti diperjalanan.
Karena hari ini kami sedang akan melakukan perjalanan jauh 8 jam jadi kami memutuskan untuk tidak puasa sehari dan menggantinya nanti setelah lebaran.

Ditengah perjalanan, tiba-tiba turun hujan sangat deras, kami berhenti mencari tempat berteduh sambil menikmati bekal makan siang. Setelah menunggu Dua jam hujan tak kunjung reda, kami pun bertekat melanjutkan perjalanan.
kami harus melewati jalan yang lumayan rawan tindak kejahatan. Jadi kami harus cepat sampai sebelum hari semakin gelap. akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan ditengah hujan. Kami bentangkan plastik besar agar melindungi dan menutupi seluruh bagian tas kami terlebih dahulu.
Setelah Empat jam, Kami pun tiba dirumah mertua, mereka menyambut kami didepan rumah. Kulihat disana ada Ibu mertua, Bapak mertua , Mbak Luluk Dan Erik adik nya Kak Doni.
Saudara kandung Kak Doni ada Empat orang.
Yang Pertama Mbak Andini umurnya 40 tahun dia seorang Pegawai negri.
Kemudian yang Ke Dua Mbak Luluk dia berumur 35 tahun dia berbeda menurut cerita Kak Doni, saat Mbak Luluk kecil pernah mengalami cidera berat yang membuat Ia susah berjalan hingga saat ini, dan selalu beraktifitas menggunakan kursi roda, ia pun tidak pernah mengenyam bangku pendidikan. Aku baru pertama kali bertemu dan bertatap muka dengan Mbak Luluk, karena saat aku menikah memang dia tidak diikut hadir. Kemudian
Ketiga Kak Doni.
Yang ke Empat adik laki-laki bernama Erik yang berumur 23 tahun, Yang sedang mengenyam pendidikan kedokteran. Umur Kak Doni dan Erik hanya beda Satu Setengah tahun saja. Bahkan tubuhnya pun lebih besar dan tinggi Erik.
Setelah sampai aku pun langsung meminta izin ke belakang, untuk membersihkan badanku yang basah kuyub karena terkena hujan, sepanjangan perjalanan tadi. Ibunya pun mempersilahkan. Aku bergegas kekamar mandi dan Ibunya menyiapkan makan malam ditemani Mbak Luluk diatas kursi rodanya.
Setelah selesai mandi dan bersih-bersih, kami pun diajak makan malam bersama. Ku lihat diatas meja makan sudah terhidang makanan yang menurutku enak-enak. Ada Ayam goreng, Sambal nanas, Sop daging dan juga Ikan gurame bakar lengkap dengan lalapannya.
Saat makan bersama , aku tertegun melihat Mbak Luluk yang sedang lahap menyantap makanan. Kulihat tangannya sulit memegang sendok, hingga setiap kali mengambil nasi dengan sendoknya, maka sebagian besar makanannya akan jatuh berceceran di atas meja dan juga dilantai.
Sebentar-bentar aku perhatikan dan akupun jadi iba. Mungkin akibat cidera masa kecilnya akhirnya membuat tulang tangan maupun tubuhnya terganggu dan menjadikan Ia kesulitan beraktifitas, selama bertahun-tahun Ia selalu menggunakan kursi roda.
Dalam hatiku timbul perasaan heran terhadap perilaku Ibu mertuaku selama ini, yang tidak menyukaiku dan terlalu pilih-pilih menantu harus yang sempurna, kaya dan berpangkat. Padahal Ia memiliki anak yang seperti Mbak Luluk. seharusnya Ia bersyukur bisa mempunyai menantu walau orang biasa seperti aku.
Seharusnya belajar dari anaknya, seperti apapun kondisi orang tidak boleh kita membeda-bedakan semua harus diperlakukan baik. Seperti halnya aku yang hanya orang biasa aku ingin diperlakukan baik seperti yang lain. Batinku.
Setelah menyantap makan malam, Kak Doni diajak Orang tuanya mengobrol di Ruang Tivi, dan aku segera membersihkan meja makan , menyapu lantai bekas jatuhan makanan Mbak Luluk tadi. Dalam hatiku pun timbul fikiran, Kasihan Mbak Luluk.. mau makan saja sampai berceceran dimana-mana. Dan tidak bisa melakukan aktifitas seperti orang pada umumnya.
Aku sangat tertegun melihat kondisinya. Aku baru sekali ini bertemu dengan Orang berkebutuhan khusus. Aku benar-benar merasa kasihan sekali. Setelah semuanya bersih dan rapih aku pun bergegas ke belakang untuk mencuci piring.
Setelah selesai mencuci piring, aku bergabung bersama mereka di ruang Tivi. Lalu Ibunya pun mulai membuka obrolan.
"Fatimah dan Doni, besok siang, Ibu dan Bapak mau ajak kalian ke rumah mbah Asmo untuk berobat, beberapa hari lalu ibu kerumah mbah Asmo dan bertanya tentang kalian berdua. Dia bilang dibadan Fatimah ini ketempelan Jin yang sangat berbahaya, jadi harus segera dibuang," Ungkap Ibu mertua dengan nada meyakinkan, dan Bapak mertua ikut mengangguk tanda setuju dengan ucapan ibu.
Aku kaget setengah mati mendengarkan pengakuan Ibu mertua, aku melirik kearah suamiku dan Mengerutkan dahiku tanda bingung dan heran tak percaya sama sekali dengan ucapan Mertua. Suamiku pun maksud dengan apa yang ada dalam pikiranku , dan dia langsung menjawab.
" Apa-apaan sih Ibu Bapak nih, orang sehat begini dibilang sakit. Fatimah baik-baik saja kok, buat apa kerumah Dukun segala. Musyrik yang ada dosa, dan dilaknat nanti." Tegas Kak doni tanda menolak.
"Hei Doni, apa salahnya kita berusaha. Ini demi rumah tanggamu biar bahagia. Kita keluarkan dulu Jin dibadan Fatimah. Siapa tau kalian ribut waktu itu karena diganggu jin ditubuh Fatimah, Kata mbah Asmo diatas tempat tidur kalian di Plafon ada Jin yang mengawasi Fatimah setiap hari. Mangkanya di kamarmu hawanya terasa panas." Ibu mertua meyakinkan dan tak mau kalah.
"Iya Doni, turuti saja kata Ibumu. Demi Kebaikan kamu." Tegas BApak mertua mendukung ucapan Istrinya.
Tak mau pusing berdebat dan memanjangkan persoalan dengan Orang tuanya, Akhirnya suamiku pun setuju.
"Ya, terserah kalian. Asal jangan pernah berniat aneh-aneh sama Istriku Fatimah." Ancamnya dengan tegas.
***
#Bersambung.Hari ini adalah hari raya Idul Fitri, Sejak pagi aku disibukkan dengan urusan dapur membantu Ibu mertua memasak , bersih-bersih rumah dan menyusun kue, untuk hidangan hari lebaran. Saat memasak bersama, beberapa kali aku menyapa Ibu mertua, membuka pembicaraan , atau pura-pura bertanya tentang sesuatu hal. Namun mertuaku seperti malas menanggapi. Ia hanya menyuruhku ini dan itu namun setelahnya langsung beranjak pergi . Jika aku ada di dapur , Ia pindah ke ruang makan. Dan juga sebaliknya jika aku di ruang makan dia pindah ke ruang lain. Seperti sangat Jijik denganku. Sedangkan Bapak mertuaku berbeda dengan Ibu mertua, Jika aku berada dekat dengannya dia tidak beranjak pergi. Hanya saja sejak kemarin saat aku baru datang hingga sekarang. Aku selalu memperhatikannya jika ia duduk dekatku Dia langsung membaca ayat-ayat Al-Quran, lumayan terdengar sampai ditelingaku. Namun jika ak
Sore hari sekembalinya kami dari rumah Mbah Asmo. Ibu mertua menyuruh ku dan Kak Doni untuk berlebaran ke rumah Bibik terlebih dahulu. Bibiknya ada Tujuh orang dan kami akan mengunjunginya satu persatu. Pertama kami akan mendatangi rumah Bibik bungsunya terlebih dahulu. Kesan pertama kali bertemu dengan bibiknya yang bungsu. Sangat baik. Bahkan aku dihadiahi sendal jepit bermerek . Saat aku melihat-lihat sendal jepit, tiba-tiba iya menyodorkannya padaku. Sendal jepit itu adalah barang jualannya. Kebetulan ia menjual aneka macam sepatu sendal tas dan lainnya. Tak hanya itu saja. Saat kami berpamitan pun Ia memberiku uang . Untuk beli bensin, ujarnya. Ia sangat ramah kepadaku, selalu mengajak ngobrol. Jadi aku merasa dihargai dan merasa betah selama berada dirumahnya. Setelah berpamitan kami pun bergantian mendatangi bibik yang lainnya. Kesan ku saat bertemu bibiknya yang lain. Aku merasa dibully,
Siang hari tepat pukul 14:00. Aku dan suamiku bersiap untuk kembali lagi kekota yang berjarak Delapan jam dari rumah mertua. Aku lihat dirumah hanya ada Mbak Luluk . Karena Mertua sedang berada dirumah saudaranya yang tidak begitu jauh. Kami pun sudah siap untuk berangkat. Aku salami Mbak Luluk dan aku berikan selembar uang ratusan ribu untuknya. Suamiku sudah berada diatas motornya, barang bawaan tidak sebanyak saat kami berangkat. Sekarang hanya tinggal tas besar yang kami letakkan didepan dan didalamnya hanya berisikan baju saja. Aku pun langsung naik diatas motor dan suami mulai menghidupkan mesin motir dan melaju pelan menjauh dari rumah. Belum terlalu lama berjalan. Suami mematikan mesin motornya dan memanggil ibunya yang sedang duduk didepan rumah saudaranya. Kami pun berpamitan dan bersalaman. Ibu mertua bertanya pada suamiku kok cepat sekali sudah mau pulang. Suamiku h
Episode 11 *** "Kak, enak ya jadi Yesi. Si calon adik ipar baru Kakak... lihat difoto, serah-serahannya mewah banget Kak," sambil menghampiri suamiku yang sedang duduk dilantai ruang tamu, seraya menunjukkan foto acara lamaran adik laki-lakinya kemarin di hpnya. "Aku hitung nih Kak dia dikasih 30 kotak serah-serahan dari orang tua Kakak, dan itu isinya komplit dan serba double lagi, tas dapat 3, sepatu 3, higheels 2, Skincare lengkap dobel-doble isinya dan gede-gede lagi ukurannya, Selimut dobel, Badcover dobel,, kebaya mewah, Cincin kawin terlihat gede, Cd 1 pak, Bh 1 pak. Dan masih banyak lagi, Enak sekali Yesi." Selorohku, Sambil menyenderkan badan didinding ruang tamu. "Dah gitu dapet segala perabotan dari kayu jati, dan udah disiapin disitu, tuh ada lemari baju, meja makan, sofa , kursi tamu, dipan dan lemari hias bejejer dirumah Orang tua Kakak, mana didalam l
Episode 12 *** (POV DONI) “Halo, Bu. Aku dengar dari Mbak Andini katanya keluargaYesi minta uang 50 juta untuk tebus anaknya. Maksudnya apa itu Bu, kenapa dulu istriku gak diperlakukan sama. Malah diperlakukan gak layak. Yesi dikasih sebanyak itu, belum serah-serahannya kemudian duitnya. Belum lagi nanti mau di adakan acara pesta besar-besaran dirumah kita juga kan. Alangkah enaknya hidup Yesi belum apa-apa keluarga kita udah keluar uang banyak buat dia.” Dengan nada emosi ku melanjutkan ucapanku. “Kalau Fatimah dengar ini pasti marah Bu, dia banyak berkorban buat aku buat keluarga kita. Dia gak mempersulit keluarga kita saat akan menikahinya.Dia mengeluarkan uang banyak hingga tabung
Episode 13 *** Jam 3 pagi hari sebelum subuh, Kami sampai dirumah mertua.Dan tak lama setelah kami sampai Mbak Andini beserta suami dan ke 2 anaknya pun tiba dirumah mertua. Jadi aku lebih dulu sampainya. Aku bergegas ke dapur untuk membuatkan teh Mbak Andini dan keluarganya. Aku belum istirahatsama sekali. Diperjalanan juga aku tidak bisa istirahat karena kondisi mobil travel sangat berdesakkan. Membuat aku kesulitan untuk beristirahat. Dirumah mertua ada 4 kamar besar dan 1 kamar kecil. Satu yang besar kamar mbak Luluk, Kamar Mbak Andini , Kamar Erik Dan Kamar Mertua. Sedangkan kamar Aku dan Kak doni tidur di kamar kecil yang tidur pun tak bisa lurus harus menekukkan kaki. Tanpa pintu. Apalagi disitu adalah tempat sholat umum. Jadi aku susah untuk berganti pakaian dan sulit untuk
Episode 14 *** Kami semua duduk dikursi tamu dibawah tarub diluar rumah Yesi. Aku melihat sekeliling rumah Yesi. Menurutku biasa saja. Terlihat seperti Rumah tua yang mungkin berumur puluhan tahun dan sudah terlihat usang. Menuju rumahnya pun jalannya sulit licin dan hanya cukup 1 kendaraan. Masuk kedalam melewati jalan yang rusak yang sangat becek dan melewati kebun karet sejauh 2 kilo. Disitu aku melihat memang acaranya mewah kursi tamunya banyak, dan ada hiburan biduan yang berjoget sekitar 15 biduan. Aku sejak tadi menemani Mbak Luluk diatas kursi rodanya, aku perhatikan orang-orang yakni keluarga Yesi menatap heran kearah Mbak Luluk. Kemudian aku melihat Mbak Andini sedang menemani anaknya bermain di sekitaran kuade panggung pengantin. Kemudian Ia naik keatas panggung pengantin dan mencoba duduk dikursi pengantin bersama anaknya.
Episode 15 (POV Ibu Mertua) *** Namaku Ibu Yana, aku istri dari Bapak Yansah. Aku memiliki Empat orang anak Dua Perempuan dan Dua laki-laki. Andini anak pertamaku yang berumur 40 tahun sejak menikah tak lagi tinggal bersamaku. Ia diajak suaminya tinggal di Kota C yang berjarak Delapan jam dari rumahku. Suami Andini adalah orang kaya raya, dia pejabat di Kota C. Sedangkan Andini bekerja sebagai Pegawai Negri. Mereka memiliki 2 anak Putra dan Putri. Kehidupan Andini sangat mapan bersama suaminya. Ia tinggal disebuah Rumah mewah 2 lantai dan memiliki 2 Mobil mewah. Dahulu aku sering menasehati Andini untuk mencari suami yang kaya. Sebenarnya aku menyuruhnya mencari suami Dokter. Namun Ia menolak dan memilih menikah dengan Anak Pejabat. Meskipun begitu aku sangat setuju. Tak masalah menikah tidak
Episode 18 POV Bapak Mertua...Namaku Pak Yansah, umurku saat ini 60 tahun. Aku bekerja sebagai Petani Sawit. Aku memiliki Empat Orang anak. Dan aku menyayangi semuanya.Saat pertama kali aku mengenal Fatimah, aku sangat senang dan setuju. Fatimah memiliki sifat yang hampir sama dengan anakku Andini. Sama-sama tahu sopan santun dan suka basa-basi terhadapku. Dan mau meladeni setiap aku mengajaknya mengobrol.Mereka berdua juga pantang menyerah, sama-sama perasa dan pengertian. Namun Ke Duanya juga mudah sekali menangis alias sensitif sekali perasaanya. Beda dengan Yesi aku tak pernah sekalipun melihatnya sedih ataupun menangis. Bahkan saat Ia menikah dengan Erik.Aku sebenarnya suka dengan Fatimah tanpa mempersoalkan latar belakang keluarganya. Tapi karena Istriku sangat membenci Fatimah dan setiap hari bercerita tentang ketidak sukaannya terhadap Fatimah. Aku pun jadi bimbang.
Episode 17 *** “Kak Doni, aku keluar dulu, ya.” Ucapku pada suamiku yang sedang duduk diteras rumah bersama Bapak Mertua dan Suami mbak Andini. “Lho, mau kemana Dek?” tanyanya penasaran. “Mau ke tempat Mbah Sri, kak. Aku mau urut dulu badanku pegel-pegel, kepalaku agak migrain juga, mungkin masuk angin,” jawabku. “Kakak anter ya, udah minum obat belum Dek ?” tanyanya lagi. “Gak usah Kak, jalan kaki aja deket. Sambil olah raga. Tadi udah minum obat, tapi masih aja kerasa migrain. Mangkanya mau coba urut. Biasanya sembuh. Ibu dan yang lain dimana, Kak?” tanyaku “Pada dikamar Dek, lagi ngobrol kayaknya,” jawabnya memberitahu. Aku menghampiri Ibu kekamar. “Lagi pada ngapain nih, hehe... Ibu, Aku mau pamit bentar, mau keluar dulu ya Bu,” ucapku lembut sambil tersenyum. “Memangnya mau kemana kamu
Episode 16 "Assalamu'alaikum... Doni, Doni," terdengar suara memanggil dari luar gerbang. "Wa'alaikum salam..." saut kami bersamaan. Kami mengintip dari balik jendela, terlihat Mbak Andini, Suaminya, Bapak, Ibu, Erik, Yesi dan Dua keponakan berdiri menunggu dibalik gerbang. Kami langsung keluar membukakan pintu gerbang mempersilahkan semuanya masuk kedalam rumah. Kami menyalami semua satu persatu. Mbak Andini masih selalu sama melempar senyum ramahnya padaku. "Apa kabar Fatimah, semua sehat, kan," sapanya Mbak Andini padaku. "Alhamdulillah, kami sehat semua Mbak... Oiya, tadi berangkat jam berapa Mbak... " tanyaku basa basi. "Jam 11 malem. Ini Mbak bawain oleh-oleh dari rumah buat kamu. Banyak roti dan kue. Mbak tarok kulkas ya..." ucapnya. Sambil meminta izin untuk meletakkan bungkusan kue kedalam kulkas. "Wah, repot-repot b
Episode 15 (POV Ibu Mertua) *** Namaku Ibu Yana, aku istri dari Bapak Yansah. Aku memiliki Empat orang anak Dua Perempuan dan Dua laki-laki. Andini anak pertamaku yang berumur 40 tahun sejak menikah tak lagi tinggal bersamaku. Ia diajak suaminya tinggal di Kota C yang berjarak Delapan jam dari rumahku. Suami Andini adalah orang kaya raya, dia pejabat di Kota C. Sedangkan Andini bekerja sebagai Pegawai Negri. Mereka memiliki 2 anak Putra dan Putri. Kehidupan Andini sangat mapan bersama suaminya. Ia tinggal disebuah Rumah mewah 2 lantai dan memiliki 2 Mobil mewah. Dahulu aku sering menasehati Andini untuk mencari suami yang kaya. Sebenarnya aku menyuruhnya mencari suami Dokter. Namun Ia menolak dan memilih menikah dengan Anak Pejabat. Meskipun begitu aku sangat setuju. Tak masalah menikah tidak
Episode 14 *** Kami semua duduk dikursi tamu dibawah tarub diluar rumah Yesi. Aku melihat sekeliling rumah Yesi. Menurutku biasa saja. Terlihat seperti Rumah tua yang mungkin berumur puluhan tahun dan sudah terlihat usang. Menuju rumahnya pun jalannya sulit licin dan hanya cukup 1 kendaraan. Masuk kedalam melewati jalan yang rusak yang sangat becek dan melewati kebun karet sejauh 2 kilo. Disitu aku melihat memang acaranya mewah kursi tamunya banyak, dan ada hiburan biduan yang berjoget sekitar 15 biduan. Aku sejak tadi menemani Mbak Luluk diatas kursi rodanya, aku perhatikan orang-orang yakni keluarga Yesi menatap heran kearah Mbak Luluk. Kemudian aku melihat Mbak Andini sedang menemani anaknya bermain di sekitaran kuade panggung pengantin. Kemudian Ia naik keatas panggung pengantin dan mencoba duduk dikursi pengantin bersama anaknya.
Episode 13 *** Jam 3 pagi hari sebelum subuh, Kami sampai dirumah mertua.Dan tak lama setelah kami sampai Mbak Andini beserta suami dan ke 2 anaknya pun tiba dirumah mertua. Jadi aku lebih dulu sampainya. Aku bergegas ke dapur untuk membuatkan teh Mbak Andini dan keluarganya. Aku belum istirahatsama sekali. Diperjalanan juga aku tidak bisa istirahat karena kondisi mobil travel sangat berdesakkan. Membuat aku kesulitan untuk beristirahat. Dirumah mertua ada 4 kamar besar dan 1 kamar kecil. Satu yang besar kamar mbak Luluk, Kamar Mbak Andini , Kamar Erik Dan Kamar Mertua. Sedangkan kamar Aku dan Kak doni tidur di kamar kecil yang tidur pun tak bisa lurus harus menekukkan kaki. Tanpa pintu. Apalagi disitu adalah tempat sholat umum. Jadi aku susah untuk berganti pakaian dan sulit untuk
Episode 12 *** (POV DONI) “Halo, Bu. Aku dengar dari Mbak Andini katanya keluargaYesi minta uang 50 juta untuk tebus anaknya. Maksudnya apa itu Bu, kenapa dulu istriku gak diperlakukan sama. Malah diperlakukan gak layak. Yesi dikasih sebanyak itu, belum serah-serahannya kemudian duitnya. Belum lagi nanti mau di adakan acara pesta besar-besaran dirumah kita juga kan. Alangkah enaknya hidup Yesi belum apa-apa keluarga kita udah keluar uang banyak buat dia.” Dengan nada emosi ku melanjutkan ucapanku. “Kalau Fatimah dengar ini pasti marah Bu, dia banyak berkorban buat aku buat keluarga kita. Dia gak mempersulit keluarga kita saat akan menikahinya.Dia mengeluarkan uang banyak hingga tabung
Episode 11 *** "Kak, enak ya jadi Yesi. Si calon adik ipar baru Kakak... lihat difoto, serah-serahannya mewah banget Kak," sambil menghampiri suamiku yang sedang duduk dilantai ruang tamu, seraya menunjukkan foto acara lamaran adik laki-lakinya kemarin di hpnya. "Aku hitung nih Kak dia dikasih 30 kotak serah-serahan dari orang tua Kakak, dan itu isinya komplit dan serba double lagi, tas dapat 3, sepatu 3, higheels 2, Skincare lengkap dobel-doble isinya dan gede-gede lagi ukurannya, Selimut dobel, Badcover dobel,, kebaya mewah, Cincin kawin terlihat gede, Cd 1 pak, Bh 1 pak. Dan masih banyak lagi, Enak sekali Yesi." Selorohku, Sambil menyenderkan badan didinding ruang tamu. "Dah gitu dapet segala perabotan dari kayu jati, dan udah disiapin disitu, tuh ada lemari baju, meja makan, sofa , kursi tamu, dipan dan lemari hias bejejer dirumah Orang tua Kakak, mana didalam l
Siang hari tepat pukul 14:00. Aku dan suamiku bersiap untuk kembali lagi kekota yang berjarak Delapan jam dari rumah mertua. Aku lihat dirumah hanya ada Mbak Luluk . Karena Mertua sedang berada dirumah saudaranya yang tidak begitu jauh. Kami pun sudah siap untuk berangkat. Aku salami Mbak Luluk dan aku berikan selembar uang ratusan ribu untuknya. Suamiku sudah berada diatas motornya, barang bawaan tidak sebanyak saat kami berangkat. Sekarang hanya tinggal tas besar yang kami letakkan didepan dan didalamnya hanya berisikan baju saja. Aku pun langsung naik diatas motor dan suami mulai menghidupkan mesin motir dan melaju pelan menjauh dari rumah. Belum terlalu lama berjalan. Suami mematikan mesin motornya dan memanggil ibunya yang sedang duduk didepan rumah saudaranya. Kami pun berpamitan dan bersalaman. Ibu mertua bertanya pada suamiku kok cepat sekali sudah mau pulang. Suamiku h