Share

Bertengkar Hebat

Author: Ashya Khoir
last update Last Updated: 2021-11-09 23:20:19

Sejak resmi menikah aku langsung dibawa suamiku untuk pindah tinggal dirumahnya. Semua barangku dibawa menggunakan mobil pickup, termasuk lemari pakaian dan barang-barang daganganku berupa baju, tas dan sepatu.

  Kini seminggu sudah aku tinggal dirumah suami dan kami hanya tinggal berdua. Temannya sudah pindah dari sebelum kami menikah. Orang tua dan keluarga besar suamiku juga telah kembali kedaerah asal mereka tepat setelah acara akad kami digelar.

   Awal menikah kami selalu menghabiskan momen indah bersama, jalan-jalan berdua mengendarai motor berboncengan menyusuri kota. Selalu foto bersama saat sedang apapun. 

Setelah mandi, setelah bangun tidur, sedang mencuci baju bahkan sedang memasak pun selalu di foto. Hem... namanya juga pengantin baru, momen apapun rasanya sayang jika tidak diabadikan.

***

   Hari ini adalah hari senin. Seperti biasa hari senin adalah hari tersibukku karena aku harus mempersiapkan pesanan para pelangganku untuk segera dikirim. Aku harus membungkus baju, tas dan sepatu yang sangat banyak, aku tak mau mengecewakan pelanggan , aku harus bisa segera mengantarkan barang pesanan. 

Saat kulihat jam sudah menunjukkan pukul 11:00 , aku intip dibalik pintu kamar. Kulihat suamiku masih terlelap tidur. 

Aku tak menyangka Kak Doni setelah menikah jadi begini. watak aslinya makin hari makin terlihat. Dia yang dulu saat pacaran amat sangat peduli, suka membantuku, setiap janjian selalu tepat waktu, tak pernah mengeluh, selalu terlihat  baik dimataku.

 Nyatanya setelah resmi menjadi suami malah terlihat malas-malasan, suka mengeluh, mudah marah, dan selalu bangun siang. Aku mulai merasa kesal melihatnya seperti ini setiap hari.

Aku langsung melangkah masuk kedalam kamar.

   "Kak, bangun kak... ini sudah siang lho. Ayo kerja, kerjaanku banyak banget, kak. Bantuin dong... Masak tiap hari bangunnya jam 11 terus sih. Orang-orang berangkat kerja setiap hari dari pagi jam 7. Kakak udah mau Dzuhur masih asik tidur. Inget kak, kan udah jadi suami, harus rajin jangan males-malesan kayak gini..." protesku, seraya menghampirinya dan duduk diatas dipan. Dan terlihat ia membuka matanya dan menatapku dengan wajah kusut.

   "Ah, Adek ni... gak ngerti orang lagi capek. Kakak lagi gak enak badan, dek!" Jawabnya, membela diri. seketika itu ia langsung membenamkan wajahnya lagi ke bawah guling yang ia peluk. Perasaanku pun menjadi campur aduk antara kesal dan marah.

   "Masak setiap hari capek, setiap hari sakit. Terus kapan sehatnya. Kapan serius kerjanya? Inget kak, sekarang status kakak udah bukan bujang lagi.. udah punya istri. Meski kita kerja  dirumah tapi tetap harus disiplin bangun pagi, kerja seperti umumnya orang-orang. Lebih bagus lagi kalau kita tambah jam kerja, lembur setiap malam, biar omset kita bertambah. Bukan malah santai-santai terus, kak." Dengan cepat aku meraih selimutnya dan kulipat seraya melanjutkan ucapanku...

"Setiap hari alasan sakit terus... kita udah 3 bulan menikah, sebulan kakak sehatnya hanya 2 kali sisanya sakit terus, tapi gak jelas sakitnya apa. Minum obat gak pernah. Mungkin itu cuma alasan kakak saja karena malas kerja. Iya kan... sejak nikah justru hidup kita gini-gini saja terus, pengeluaran banyak. tapi gak sesuai dengan pemasukannya. Udah gak ada kemajuan, beda sebelum kita nikah  omset dagangan adek justru besar," Jawabku lagi.

   "Adek ini aneh ya! Gak ada toleransi sama sekali. Namanya orang sakit gak bisa dipaksa, dek!" Sautnya. Seketika itu dia beranjak dari tempat tidur dan langsung melempar bantal guling kearahku, dan melangkah kearah ruang tamu. Sontak aku kaget dan syok. Ah kasar sekali. Aku tak mau kalah aku balas mengambil remote tv yang ada disebelahku dan aku lempar ke arah pintu kamar dan tepat mengenai daun pintunya.

   Taaaakkkk! 

   Ku lihat baterai dan tutup remote tercerai berai dilantai. Dia pun membalikkan badannya dan melihat kearah lantai kemudian melotot kearahku seraya berucap.

   "Kurang ajar!" Ia langsung meraih helm berwarna pink yang berada di atas meja ruang tamu dan melemparkan kearah pintu tadi dan mengenai remote hingga terpental ke bawah kaki ku. Seketika aku meraih helm itu, dan berdiri menatap mukanya.

  "Kak! Ini helmku, kenapa tega melempar helm ku. Ini helm kesayanganku kak! aku beli dengan uangku, jerih payahku. Dari sebelum ada Kakak, seenaknya saja kakak melemparnya! Mangkanya kakak jangan kasar duluan... Yang ngajarin kasar Kakak, lempar-lempar bantal duluan..."Air mataku seketika menetes dan terus menetes, aku langsung menyeka mataku dengan kedua tanganku. Hatiku rasanya hancur, tak pernah menyangka akan terjadi keributan seperti ini. Aku tak pernah membayangkan sebelumnya. Ku kira suamiku selembut saat pacaran. Nyatanya hari ini setelah 3 bulan pernikahan watak aslinya terlihat jelas, Aku sangat kecewa.

  Tak hanya disitu, Saat melihatku menagis pun ia tak peduli. Justru ia ganti baju, menghidupkan motornya dan pergi meninggalkanku sendirian. Tanpa pamit dan tanpa pesan sepatah kata pun.

***

   Malam harinya aku hanya sendiri. Ku berkali-kali mengecek ponselku. Sebentar-sebentar aku buka semua mensos ku cek akun suamiku, tak ada pesan tak ada kabar. 

   Jam sudah menunjukkan pukul 00.00 tengah malam. Sejujurnya aku sangat penakut. tidak pernah mau dirumah sendirian. Aku terbiasa di kos-kosan yang ramai ada banyak teman.  Malam ini harus sendirian dirumah cukup besar ini, belum lagi teringat suamiku yang  suka bercerita kejadian-kejadian horor dirumah ini. Aku sama sekali tak bisa tidur. Sejak tadi hanya bersembunyi didalam selimut dan mengecek ponsel dari balik selimut.

  Jam sudah pukul 01.30 dini hari, aku takut sekaligus penasaran. Kemana suamiku pergi. Aku mencoba menelpon salah satu teman akrabnya Anto namanya. Dan ternyata diangkat. Ku pun langsung bertanya.

"Halo, Kak Anto. Suamiku ada disitu gak, ya? Soalnya sejak siang hingga tengah malam gak pulang," Tanyaku.

"Oh iya, Suamimu memang ada disini sejak siang tadi.Tapi barusan udah pulang, mungkin sekarang lagi dijalan." Jawabnya.

"Oh , Makasih Kak," ku langsung matikan telponnya. Bersamaan dengan itu terdengar suara motor Kak Doni. Akhirnya ia pulang.

***

   Pagi harinya, seperti biasa aku bangun lebih dulu. Semalam Kak Doni tidak tidur dikamar utama, ia tidur di kamar satunya. Aku sudah terlalu menahan sabar sedari kemarin.

Kak Doni benar-benar tidak dewasa dan egois.

   Hari ini aku sangat stres , pusing dan bingung. Pekerjaanku kacau balau. Para pelanggan marah karena aku belum bisa mengantarkan pesanan mereka. Mood ku pun drop seketika. Bingung mau mulai dari mana.

   Sebelumnya Diriku maupun usahaku tidak pernah sekacau ini, aku selalu tanggung jawab dalam segala hal. Oleh sebab itu usaha ku selalu berkembang pesat dan lancar. Tapi tidak dengan kali ini. Sungguh sesak hati memikirkan ini. 

  Aku kembali mengintip Kak doni dari pintu, aku buka pelan-pelan.

Hem... masih nyenyak tidur, padahal sudah jam 10 siang. Pikiranku kesal lagi. Rasanya ingin menahan rasa kesal tapi tidak bisa. aku kepusingan sendiri memikirkan semua.

Lantas aku datangi lagi. Aku langsung membangunkannya.

"Kak, Ayo bangun... kerja... pelanggan kita udah pada marah lho, kak."

"Terserah, Dek! Bodo amat. Gak usah nyuruh-nyuruh Kakak lagi. Urusin saja sendiri pekerjaanmu!"

Bentaknya , seraya merubah posisi menengkurapkan badannya dikasur, dan melanjutkan tidur.

   "Tolonglah kak, kebiasaan kakak sebelum menikah jangan dibawa-bawa lagi. Kakak harusnya bisa adaptasi, Aku sejak dulu selalu serius kerja. Gak pernah malas-malasan... masak kakak seorang suami gak malu liat istri yang lebih banyak kerjanya...Mau kakak apa sih, Kalau kakak bosan gak mau kerja beginian Yasudah Kakak cari lagi kerja diluaran sana pasti banyak. Gak masalah kak. Yang penting Kakak serius kerjanya. Pikirkan masa depan kit.... .. .. " 

belum selesai ku berbicara, Kak Doni langsung memotong.

   "Terserah... ! Terserah! Terserah!! Sana keluar! Keluar dari kamarku, aku mau lanjut tidur lagi! Paham! Sana pergi aja yang jauh sekalian!" Hardiknya. Sembari mengacungkan jari telunjuknya kearah mukaku. Aku seketika terdiam menghela nafas panjang, dan mengerahkan seluruh kekuatan hati dan fikiranku. Dengan mulut gemetar dan terbata-bata aku paksakan bicara.

  "O ... Jadi... kakak...  ngusir aku? kak... aku akan segera pergi dari rumah ini hari ini juga... " air mataku membanjiri pipi, sesekali aku menyeka dengan bajuku. aku kumpulkan tenagaku kembali untuk melanjutkan ucapanku.

   Harusnya Kakak sadar diri. Aku kurang baik apa, kurang sabar apa, tunangan dan nikah biaya aku yang tanggung.  Orang tuamu PELIT! MATRE! Nyari menantu saja pakai syarat harus kaya harus berpangkat! Kalau kakak mikir, seharusnya kakak tebus kesalahan orang tua Kakak. Cukup mereka yang jahat. Kakak berlakulah sebaik-baiknya sama aku. Kerja yang bener selayaknya suami, jadilah suami yang lembut, jangan sakiti istri seperti ini, suatu saat Kakak pasti bakal menyesal udah nyakitin hati aku!" 

 Deraian air mataku benar-benar tak mampu di bendung lagi, jatuh beriringan membasahi wajahku.. lagi dan lagi sebagian kekuatanku sudah hampir hilang. Rasanya sakit... hatiku... jiwaku... pikiranku.. semua sakit.

   Aku yang sedari awal ikhlas, tulus. sejak kejadian ini aku berubah. Aku mulai mengungkit semuanya, mengungkit pengorbananku maupun kebaikanku. Ku sadar aku seharusnya tidak boleh begini. Kebaikan apapun yang pernah aku lakukan seharusnya tidak untuk diungkit lagi. Tapi aku terpaksa melakukannya... 

Hanya inilah caraku untuk mengingatkan padanya betapa besarnya pengorbananku untuknya. Betapa relanya aku diperlakukan tidak layak saat pertunangan maupun pernikahan seperti orang2 umumnya. Cukup dulu saja membuat aku hilang harga diri... terlalu mau banyak berkorban atas nama cinta, atas nama laki-laki yang awalnya aku kira sangat baik. namun kini terlihat jelas wujud prilaku sebenarnya. Jahat kejam. Aku tidak boleh menyesal... tapi aku tidak mungkin bisa untuk tidak menyesal karena pernah berkorban untuk laki-laki pecundang seperti dia.

***

   Aku bergegas masuk ke kamar. Dan mengambil tas besar, koper dan plastik besar. Aku masukkan semua barang-barangku. Aku seret tas koperku ke teras depan rumah. semua barangku hampir tak tersisa didalam kamar. Mengemas ini semua benar-benar melelahkan... sangat berat, capek sekali badanku tenaga benar-benar habis. Aku tetap berusaha untuk kuat karena aku sudah bertekad untuk pergi dari rumah suamiku. Barangku semua sudah aku letakkan diluar.

  Diwaktu yang bersamaan, terdengar suara Suamiku yang tiba-tiba menelpon ibunya. Pikiranku jadi makin kacau tidak karuan.  Tamatlah pernikahan kita, pasti setelah ini kita akan berpisah bercerai dan tidak mungkin ada harapan untuk bersama lagi. Tau sendiri bagaimana ibu mertuaku... justru ia yang paling menentang pernikahan kami, dia sangat tidak suka denganku, dia yang paling melarang hubunganku dengan kak Doni.

   Ya Allah... aku pasrah... aku harus siap menanggung segala resiko apapun setelah ini... ucapku dalam hati...

Air mataku kembali menetes membasahi kedua pipiku...

***

Ashya Khoir

Jangan lupa like dan ikutin terus ya bisa juga di share biar ramai yang baca, makasih kk sayang

| 4
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Husyanti titik
bagus buat pelajaran bagi kita
goodnovel comment avatar
Ashya Khoir
ok wait ya kk
goodnovel comment avatar
Amil Ma'nawi
lanjutan nya mna
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dipandang Rendah Mertua   Suami Mengadu Dengan Ibunya

    ( POV DONI ) "Halo, Bu, Maafin aku ya, Dari dulu gak mau dengar ucapan Ibu." ucap Doni, seraya berjalan menjauhiku menuju teras belakang rumah. "Kata-kata ibu memang benar dan hari ini kejadian beneran. Fatimah perempuan gila! Bener-bener kurang ajar! Sudah seenaknya hina orang tua, bilangin matre dan pelit. Setiap hari Fatimah cuma bisanya ngatur. Aku nyesel nikah sama dia." Ucap Doni, dengan amarahnya yang menggebu. " Nah kan, benar kata ibu dulu. kamu sih,gak mau dengar! Itulah kalau gak mau dengar nasehat ibu. Dari awal ibu sudah ada firasat gak baik sama Fatimah, Cuma aneh saja bapakmu itu justru suka dengannya . Dipuji-puji terus, dia bilang anaknya baik , sopan. Berlebihan sekali bapakmu. Emang aneh Bapakmu itu. Asal setuju-setuju saja!". Sambung ibu, dengan penuh emosi. " T

    Last Updated : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Fatimah Minggat

    Setibanya Aku di depan rumah temanku Zia, aku langsung menekan bel di pagar rumahnya. kutengok ke sela-sela besi pagar dia terlihat Keluar dari dalam rumah dan berlari kecil menghampiriku.. “Hei, Fatimah” Sapanya sambil memandangku heran.“Kenapa kok matamu sembab banget? Tumben aja kamu mampir ke sini,dari mana aja kamu... Ayo masuk ,” Ajaknya, Seraya membukakan pintu gerbang dan menuntunku untuk masuk kedalam. “Duduklah dulu Fatimah, aku akan ambilkan kamu minum ya,” akupun hanya mengangguk tanpa menjawab sepatah katapun. “Ini minumlah dulu teh nya, kamu udah makan belum? Aku ambilin makan ya,” akupun kembali mengangguk tanda megiyakan. Kemudian aku menuruti ajakannya untuk mengisi perutku yang menang sedari kemarin belum dimasuki nasi. Setelah selesai makan. Akupun mulai bercerita padanya. Aku curhat panjang lebar dan mencurahkan semua perasaan yang ada dalam hatiku. Aku ceritakan s

    Last Updated : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Pertama Kali ke Rumah Mertua

    Hari ini Setengah tahun sudah kami berumah tangga. Setelah kejadian 3 bulan lalu yang kami bertengkar hebat. Saat ini rumah tangga kami justru semakin adem ayem. Tidak pernah bermasalah lagi. Suamiku pun mulai mendengarkan saranku, Ia mulai giat bekerja. Meski belum selincah aku, tapi aku sangat bersyukur sudah ada usaha dia untuk mengimbangi. Hari ini bertepatan dengan bulan Ramadan, dan 3 hari lagi Idul fitri. Suamiku mendapat telpon dari Ibunya. Ini kali pertamanya suamiku berkomunikasi dengan Ibunya sejak keributan 3 bulan lalu. "Doni, apa kabar kamu. Ibu kangen kamu Doni. Ibu minta kamu pulang lebaran nanti, Ya. Ibu sangat rindu," pintanya. "Baik bu, kami semua baik. Iya, aku mau pulang kampung, asalkan ibu bolehin aku bawa Fatimah. Dan jangan nyakitin hati Fatimah lagi." Jawab Kak Doni tegas. "Oiya pastilah Nak, bawa aja istrimu gak apa-apa. Ibu tunggu k

    Last Updated : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Diajak ke Dukun

    Hari ini adalah hari raya Idul Fitri, Sejak pagi aku disibukkan dengan urusan dapur membantu Ibu mertua memasak , bersih-bersih rumah dan menyusun kue, untuk hidangan hari lebaran. Saat memasak bersama, beberapa kali aku menyapa Ibu mertua, membuka pembicaraan , atau pura-pura bertanya tentang sesuatu hal. Namun mertuaku seperti malas menanggapi. Ia hanya menyuruhku ini dan itu namun setelahnya langsung beranjak pergi . Jika aku ada di dapur , Ia pindah ke ruang makan. Dan juga sebaliknya jika aku di ruang makan dia pindah ke ruang lain. Seperti sangat Jijik denganku. Sedangkan Bapak mertuaku berbeda dengan Ibu mertua, Jika aku berada dekat dengannya dia tidak beranjak pergi. Hanya saja sejak kemarin saat aku baru datang hingga sekarang. Aku selalu memperhatikannya jika ia duduk dekatku Dia langsung membaca ayat-ayat Al-Quran, lumayan terdengar sampai ditelingaku. Namun jika ak

    Last Updated : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Sakit Ketika di Rumah

    Sore hari sekembalinya kami dari rumah Mbah Asmo. Ibu mertua menyuruh ku dan Kak Doni untuk berlebaran ke rumah Bibik terlebih dahulu. Bibiknya ada Tujuh orang dan kami akan mengunjunginya satu persatu. Pertama kami akan mendatangi rumah Bibik bungsunya terlebih dahulu. Kesan pertama kali bertemu dengan bibiknya yang bungsu. Sangat baik. Bahkan aku dihadiahi sendal jepit bermerek . Saat aku melihat-lihat sendal jepit, tiba-tiba iya menyodorkannya padaku. Sendal jepit itu adalah barang jualannya. Kebetulan ia menjual aneka macam sepatu sendal tas dan lainnya. Tak hanya itu saja. Saat kami berpamitan pun Ia memberiku uang . Untuk beli bensin, ujarnya. Ia sangat ramah kepadaku, selalu mengajak ngobrol. Jadi aku merasa dihargai dan merasa betah selama berada dirumahnya. Setelah berpamitan kami pun bergantian mendatangi bibik yang lainnya. Kesan ku saat bertemu bibiknya yang lain. Aku merasa dibully,

    Last Updated : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Mertua Tak Adil

    Siang hari tepat pukul 14:00. Aku dan suamiku bersiap untuk kembali lagi kekota yang berjarak Delapan jam dari rumah mertua. Aku lihat dirumah hanya ada Mbak Luluk . Karena Mertua sedang berada dirumah saudaranya yang tidak begitu jauh. Kami pun sudah siap untuk berangkat. Aku salami Mbak Luluk dan aku berikan selembar uang ratusan ribu untuknya. Suamiku sudah berada diatas motornya, barang bawaan tidak sebanyak saat kami berangkat. Sekarang hanya tinggal tas besar yang kami letakkan didepan dan didalamnya hanya berisikan baju saja. Aku pun langsung naik diatas motor dan suami mulai menghidupkan mesin motir dan melaju pelan menjauh dari rumah. Belum terlalu lama berjalan. Suami mematikan mesin motornya dan memanggil ibunya yang sedang duduk didepan rumah saudaranya. Kami pun berpamitan dan bersalaman. Ibu mertua bertanya pada suamiku kok cepat sekali sudah mau pulang. Suamiku h

    Last Updated : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Merasa Dibedakan

    Episode 11 *** "Kak, enak ya jadi Yesi. Si calon adik ipar baru Kakak... lihat difoto, serah-serahannya mewah banget Kak," sambil menghampiri suamiku yang sedang duduk dilantai ruang tamu, seraya menunjukkan foto acara lamaran adik laki-lakinya kemarin di hpnya. "Aku hitung nih Kak dia dikasih 30 kotak serah-serahan dari orang tua Kakak, dan itu isinya komplit dan serba double lagi, tas dapat 3, sepatu 3, higheels 2, Skincare lengkap dobel-doble isinya dan gede-gede lagi ukurannya, Selimut dobel, Badcover dobel,, kebaya mewah, Cincin kawin terlihat gede, Cd 1 pak, Bh 1 pak. Dan masih banyak lagi, Enak sekali Yesi." Selorohku, Sambil menyenderkan badan didinding ruang tamu. "Dah gitu dapet segala perabotan dari kayu jati, dan udah disiapin disitu, tuh ada lemari baju, meja makan, sofa , kursi tamu, dipan dan lemari hias bejejer dirumah Orang tua Kakak, mana didalam l

    Last Updated : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Fatimah Belajar Ikhlas

    Episode 12 *** (POV DONI) “Halo, Bu. Aku dengar dari Mbak Andini katanya keluargaYesi minta uang 50 juta untuk tebus anaknya. Maksudnya apa itu Bu, kenapa dulu istriku gak diperlakukan sama. Malah diperlakukan gak layak. Yesi dikasih sebanyak itu, belum serah-serahannya kemudian duitnya. Belum lagi nanti mau di adakan acara pesta besar-besaran dirumah kita juga kan. Alangkah enaknya hidup Yesi belum apa-apa keluarga kita udah keluar uang banyak buat dia.” Dengan nada emosi ku melanjutkan ucapanku. “Kalau Fatimah dengar ini pasti marah Bu, dia banyak berkorban buat aku buat keluarga kita. Dia gak mempersulit keluarga kita saat akan menikahinya.Dia mengeluarkan uang banyak hingga tabung

    Last Updated : 2021-11-10

Latest chapter

  • Dipandang Rendah Mertua   Spesial PoV Bapak Mertua

    Episode 18 POV Bapak Mertua...Namaku Pak Yansah, umurku saat ini 60 tahun. Aku bekerja sebagai Petani Sawit. Aku memiliki Empat Orang anak. Dan aku menyayangi semuanya.Saat pertama kali aku mengenal Fatimah, aku sangat senang dan setuju. Fatimah memiliki sifat yang hampir sama dengan anakku Andini. Sama-sama tahu sopan santun dan suka basa-basi terhadapku. Dan mau meladeni setiap aku mengajaknya mengobrol.Mereka berdua juga pantang menyerah, sama-sama perasa dan pengertian. Namun Ke Duanya juga mudah sekali menangis alias sensitif sekali perasaanya. Beda dengan Yesi aku tak pernah sekalipun melihatnya sedih ataupun menangis. Bahkan saat Ia menikah dengan Erik.Aku sebenarnya suka dengan Fatimah tanpa mempersoalkan latar belakang keluarganya. Tapi karena Istriku sangat membenci Fatimah dan setiap hari bercerita tentang ketidak sukaannya terhadap Fatimah. Aku pun jadi bimbang.

  • Dipandang Rendah Mertua   Dihina Karena Belum Hamil

    Episode 17 *** “Kak Doni, aku keluar dulu, ya.” Ucapku pada suamiku yang sedang duduk diteras rumah bersama Bapak Mertua dan Suami mbak Andini. “Lho, mau kemana Dek?” tanyanya penasaran. “Mau ke tempat Mbah Sri, kak. Aku mau urut dulu badanku pegel-pegel, kepalaku agak migrain juga, mungkin masuk angin,” jawabku. “Kakak anter ya, udah minum obat belum Dek ?” tanyanya lagi. “Gak usah Kak, jalan kaki aja deket. Sambil olah raga. Tadi udah minum obat, tapi masih aja kerasa migrain. Mangkanya mau coba urut. Biasanya sembuh. Ibu dan yang lain dimana, Kak?” tanyaku “Pada dikamar Dek, lagi ngobrol kayaknya,” jawabnya memberitahu. Aku menghampiri Ibu kekamar. “Lagi pada ngapain nih, hehe... Ibu, Aku mau pamit bentar, mau keluar dulu ya Bu,” ucapku lembut sambil tersenyum. “Memangnya mau kemana kamu

  • Dipandang Rendah Mertua   Mertua Datang

    Episode 16 "Assalamu'alaikum... Doni, Doni," terdengar suara memanggil dari luar gerbang. "Wa'alaikum salam..." saut kami bersamaan. Kami mengintip dari balik jendela, terlihat Mbak Andini, Suaminya, Bapak, Ibu, Erik, Yesi dan Dua keponakan berdiri menunggu dibalik gerbang. Kami langsung keluar membukakan pintu gerbang mempersilahkan semuanya masuk kedalam rumah. Kami menyalami semua satu persatu. Mbak Andini masih selalu sama melempar senyum ramahnya padaku. "Apa kabar Fatimah, semua sehat, kan," sapanya Mbak Andini padaku. "Alhamdulillah, kami sehat semua Mbak... Oiya, tadi berangkat jam berapa Mbak... " tanyaku basa basi. "Jam 11 malem. Ini Mbak bawain oleh-oleh dari rumah buat kamu. Banyak roti dan kue. Mbak tarok kulkas ya..." ucapnya. Sambil meminta izin untuk meletakkan bungkusan kue kedalam kulkas. "Wah, repot-repot b

  • Dipandang Rendah Mertua   PoV Ibu Mertua

    Episode 15 (POV Ibu Mertua) *** Namaku Ibu Yana, aku istri dari Bapak Yansah. Aku memiliki Empat orang anak Dua Perempuan dan Dua laki-laki. Andini anak pertamaku yang berumur 40 tahun sejak menikah tak lagi tinggal bersamaku. Ia diajak suaminya tinggal di Kota C yang berjarak Delapan jam dari rumahku. Suami Andini adalah orang kaya raya, dia pejabat di Kota C. Sedangkan Andini bekerja sebagai Pegawai Negri. Mereka memiliki 2 anak Putra dan Putri. Kehidupan Andini sangat mapan bersama suaminya. Ia tinggal disebuah Rumah mewah 2 lantai dan memiliki 2 Mobil mewah. Dahulu aku sering menasehati Andini untuk mencari suami yang kaya. Sebenarnya aku menyuruhnya mencari suami Dokter. Namun Ia menolak dan memilih menikah dengan Anak Pejabat. Meskipun begitu aku sangat setuju. Tak masalah menikah tidak

  • Dipandang Rendah Mertua   Bagai Langit dan Bumi

    Episode 14 *** Kami semua duduk dikursi tamu dibawah tarub diluar rumah Yesi. Aku melihat sekeliling rumah Yesi. Menurutku biasa saja. Terlihat seperti Rumah tua yang mungkin berumur puluhan tahun dan sudah terlihat usang. Menuju rumahnya pun jalannya sulit licin dan hanya cukup 1 kendaraan. Masuk kedalam melewati jalan yang rusak yang sangat becek dan melewati kebun karet sejauh 2 kilo. Disitu aku melihat memang acaranya mewah kursi tamunya banyak, dan ada hiburan biduan yang berjoget sekitar 15 biduan. Aku sejak tadi menemani Mbak Luluk diatas kursi rodanya, aku perhatikan orang-orang yakni keluarga Yesi menatap heran kearah Mbak Luluk. Kemudian aku melihat Mbak Andini sedang menemani anaknya bermain di sekitaran kuade panggung pengantin. Kemudian Ia naik keatas panggung pengantin dan mencoba duduk dikursi pengantin bersama anaknya.

  • Dipandang Rendah Mertua   Akad Nikah Adik Ipar

    Episode 13 *** Jam 3 pagi hari sebelum subuh, Kami sampai dirumah mertua.Dan tak lama setelah kami sampai Mbak Andini beserta suami dan ke 2 anaknya pun tiba dirumah mertua. Jadi aku lebih dulu sampainya. Aku bergegas ke dapur untuk membuatkan teh Mbak Andini dan keluarganya. Aku belum istirahatsama sekali. Diperjalanan juga aku tidak bisa istirahat karena kondisi mobil travel sangat berdesakkan. Membuat aku kesulitan untuk beristirahat. Dirumah mertua ada 4 kamar besar dan 1 kamar kecil. Satu yang besar kamar mbak Luluk, Kamar Mbak Andini , Kamar Erik Dan Kamar Mertua. Sedangkan kamar Aku dan Kak doni tidur di kamar kecil yang tidur pun tak bisa lurus harus menekukkan kaki. Tanpa pintu. Apalagi disitu adalah tempat sholat umum. Jadi aku susah untuk berganti pakaian dan sulit untuk

  • Dipandang Rendah Mertua   Fatimah Belajar Ikhlas

    Episode 12 *** (POV DONI) “Halo, Bu. Aku dengar dari Mbak Andini katanya keluargaYesi minta uang 50 juta untuk tebus anaknya. Maksudnya apa itu Bu, kenapa dulu istriku gak diperlakukan sama. Malah diperlakukan gak layak. Yesi dikasih sebanyak itu, belum serah-serahannya kemudian duitnya. Belum lagi nanti mau di adakan acara pesta besar-besaran dirumah kita juga kan. Alangkah enaknya hidup Yesi belum apa-apa keluarga kita udah keluar uang banyak buat dia.” Dengan nada emosi ku melanjutkan ucapanku. “Kalau Fatimah dengar ini pasti marah Bu, dia banyak berkorban buat aku buat keluarga kita. Dia gak mempersulit keluarga kita saat akan menikahinya.Dia mengeluarkan uang banyak hingga tabung

  • Dipandang Rendah Mertua   Merasa Dibedakan

    Episode 11 *** "Kak, enak ya jadi Yesi. Si calon adik ipar baru Kakak... lihat difoto, serah-serahannya mewah banget Kak," sambil menghampiri suamiku yang sedang duduk dilantai ruang tamu, seraya menunjukkan foto acara lamaran adik laki-lakinya kemarin di hpnya. "Aku hitung nih Kak dia dikasih 30 kotak serah-serahan dari orang tua Kakak, dan itu isinya komplit dan serba double lagi, tas dapat 3, sepatu 3, higheels 2, Skincare lengkap dobel-doble isinya dan gede-gede lagi ukurannya, Selimut dobel, Badcover dobel,, kebaya mewah, Cincin kawin terlihat gede, Cd 1 pak, Bh 1 pak. Dan masih banyak lagi, Enak sekali Yesi." Selorohku, Sambil menyenderkan badan didinding ruang tamu. "Dah gitu dapet segala perabotan dari kayu jati, dan udah disiapin disitu, tuh ada lemari baju, meja makan, sofa , kursi tamu, dipan dan lemari hias bejejer dirumah Orang tua Kakak, mana didalam l

  • Dipandang Rendah Mertua   Mertua Tak Adil

    Siang hari tepat pukul 14:00. Aku dan suamiku bersiap untuk kembali lagi kekota yang berjarak Delapan jam dari rumah mertua. Aku lihat dirumah hanya ada Mbak Luluk . Karena Mertua sedang berada dirumah saudaranya yang tidak begitu jauh. Kami pun sudah siap untuk berangkat. Aku salami Mbak Luluk dan aku berikan selembar uang ratusan ribu untuknya. Suamiku sudah berada diatas motornya, barang bawaan tidak sebanyak saat kami berangkat. Sekarang hanya tinggal tas besar yang kami letakkan didepan dan didalamnya hanya berisikan baju saja. Aku pun langsung naik diatas motor dan suami mulai menghidupkan mesin motir dan melaju pelan menjauh dari rumah. Belum terlalu lama berjalan. Suami mematikan mesin motornya dan memanggil ibunya yang sedang duduk didepan rumah saudaranya. Kami pun berpamitan dan bersalaman. Ibu mertua bertanya pada suamiku kok cepat sekali sudah mau pulang. Suamiku h

DMCA.com Protection Status