Share

Dipandang Rendah Mertua
Dipandang Rendah Mertua
Penulis: Ashya Khoir

Sebelum Menikah

Penulis: Ashya Khoir
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-16 16:23:29

( بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم)

-( Sambutan dari penulis )-

---------------------------------

DIPANDANG RENDAH MERTUA. Semoga kisah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Banyak sekali hikmah yang bisa dipetik dari kisah ini, bagaimana cara kita menghadapi keluarga yang dzolim, haruskah membalas dengan kekerasan dan kejahatan yang sama? Haruskah selalu sabar? Haruskan berakhir dengan perceraian? Haruskan menyerah jika keluarga suami atau istri kita sangat jahat dan sangat membenci kita? Bagaimana cara suami membela istri? Bagaimana cara suami bijaksana menasehati keluarganya yang sering kali menyakiti hati istrinya? Bagaimana suami bisa belajar menjadi suami terbaik bagi istrinya? Begitupula istri berusaha menjadi istri terbaik untuk suaminya? Untuk orang tua bisa belajar untuk selalu bijaksana berbuat adil, tidak pilih kasih terhadap anak maupun menantu?

Alhamdulillah banyak sekali pembaca yang menyambut positif cerita ini. Pembaca pun bervariasi mulai tua, muda, Suami, Istri, single ataupun tidak. Saya sebagai penulisnya merasa senang sekali, jika cerita yang saya buat bisa memberi hikmah.

------------------------------

Tidak dipaksa untuk membaca, jika tidak suka, cukup tinggalkan saja, selera orang beda-beda 😘

=====================

(
PROLOG)

***

Sungguh, menyedihkan nasib hidup Fatimah. Segala pengorbanannya dan kebaikannya untuk mengambil hati mertua dan keluarga besar suaminya hanya sia-sia.

Memiliki suami yang sangat baik tak cukup membuatnya bahagia. Fatimah, mengharapkan kasih sayang dari mertuanya seperti menantu lainnya. Namun apa yang ia dapatkan. Hanya cacian, hinaan, fitnah dan kata-kata sumpah serapah.

Apakah Fatimah bisa hilang kesabarannya dan berniat menyudahi pernikahannya? Fatimah sangat menyayangi suaminya. Suaminya pun sangat baik, sabar, penyayang dan setia, suaminya juga tak henti berjuang berusaha membuat keluarganya menerima Fatimah tapi tak pernah ada hasil.

    Akankah Fatimah menggugat cerai suaminya? Hanya demi membalas sikap keji sang mertua dan keluarganya. Akankah ia korbankan suaminya demi rasa kecewa sedih dan traumanya selama ini? Bagaimana nasib sang anak semata wayang Fatimah yang menyaksikan tragedi mengerikan sang Ibu?

# SELAMAT MEMBACA #

=========///=========

(Episode 1)

"Assalamu'alaikum, Fatimah. ini Ibu Yana, orang tuanya Doni. Ibu ingin bicara sangat penting denganmu," terdengar suara perempuan dari seberang telponku dan tanpa ragu akupun langsung menjawab.

  "Iya, Bu, Waalaikumsalam. Apa kabar, bu...?"

Aku segera beranjak dari tempat tidurku kemudian duduk diatas kasur dan memfokuskan pendengaranku. Maklum ini sudah pukul 21.30, aku terlalu lelah malam ini hingga sulit menahan kantuk dan cepat sekali terlelap.

   "Ibu dapat kabar dari Doni, katanya kalian sudah berniat untuk kearah yang lebih serius, tunangan dan menikah, apakah kamu sudah yakin, Fatimah?" Tanpa basa basi, Bu Yana mulai bertanya.

   "Benar, Bu ... aku dan Kak Doni memang sudah serius, akupun sudah merasa yakin, yang kak Doni utarakan kepada Ibu memang bena r...," jawabku pelan dan hati-hati.

   "Apakah kamu seyakin itu? Sedangkan Doni saja belum bekerja, Doni baru lulus kuliah dan kamupun masih kuliah, terus uang dari mana untuk menafkahimu nanti? Bagaimana membayar biaya kuliahmu nanti? Tolong kamu pikirkah lagi," Ibu Yana mulai mencecar sejumlah pertanyaan, yang membuatku semakin gugup menjawabnya.

   "Iii__ iya, Bu... tapi sebelumnya kami sudah memikirkan matang-matang Bu, rencana kami setelah menikah akan melanjutkan usaha olshop pakaian yang sudah bertahun-tahun aku tekuni," ucapku lembut dan sedikit gemetar.

   "Intinya, Ibu masih bimbang terhadap keputusan kalian, pikirkan lagi, kalian masih sangat muda dan belum punya pekerjaan tetap." Ujar Bu Yana dengan suara meninggi. Sontak aku terdiam, dan aku belum tau akan menjawab apa, namun seketika aku tatap layar ponselku.

Hem ... sudah dimatikan telponnya ...

Aku kembali terdiam, merenung, teringat ucapannya tadi. 

***

   Kak Doni memang belum bekerja, umurnya masih 24 tahun, sangat muda. Ia anak ke-3 dari 4 bersaudara. Kuliahnya sudah hampir lulus dan sedang menunggu jadwal wisuda. 

   Asal usul kami sama-sama merantau, namun asal daerah kami berbeda, kak Doni dari daerah A sedangkan aku dari daerah B dan jarak daerah kami sama-sama Delapan jam ke Kota yang kami tempati, di kota ini orang tuanya memiliki rumah ke dua yang diperuntukkan untuk kak Doni selama mengenyam pendidikan. Diapun mengajak temannya untuk menemani tinggal bersama di rumah tersebut. 

Biaya hidup murni ditransfer dari orang tuanya, uang makan, uang kuliah dan lainnya. Kak Doni termasuk anak orang kaya, keluarganya semuanya Pegawai Negri, Dokter, Ibunya memiliki toko elektronik dan bapaknya petani sawit.

   Berbeda dengan Kak Doni yang anak orang kaya, aku justru anak petani yang kurang mampu. Aku yang bernama asli Nur Fatimah dan biasa dipanggil Fatimah saat ini berumur 21 tahun. Ya, Bapak Ibuku memang suka menamai anak-anaknya dengan nama Islami, bagi kami tidak masalah terlihat kampungan dan jadul, yang penting punya makna yang baik.

   Aku anak ke-5 dari 5 bersaudara, aku anak bontot, namun aku sangat mandiri seperti ke-4 kakakku yang lain. Aku bukan berasal dari keluarga kaya, jadi dari kecil sudah terbiasa mandiri, sering berjualan kue keliling, jual ikan keliling dan jualan sayur keliling. Begitulah kerasnya kehidupan masa kecilku, hingga membentukku menjadi wanita mandiri.

   Saat ini, aku masih menjadi mahasiswi semester akhir, aku kuliah sambil bekerja di toko kain sebagai kasir. Kalau pagi hingga sore aku bekerja dan sore hingga pukul 09 malam kuliah.

   Tak hanya itu, aku juga mempunyai kegiatan lain, aku membuka bisnis sampingan olshop yang sudah hampir Tiga tahun berjalan dengan omset yang lumayan. Caraku membagi waktu, disela-sela kesibukan aku rajin mempromosikan jualanku dimedsos.

Sebetulnya penghasilan dari olshop lebih besar dari gajiku sebagai kasir toko. Tapi aku tetap menekuni keduanya.

   Aku memiliki tabungan yang lumayan, meskipun sudah aku pakai untuk membayar kuliah, membeli motor baru dan sebagai modal usaha olshopku. Tapi sisa tabunganku masih lumayan banyak.

   Dikota ini aku tinggal sendirian dikos-kosan sempit, sebenarnya tabunganku cukup untuk DP dan angsuran perumahan atau membeli tanah cash sebesar 50 juta rupiah dipinggiran kota, tapi aku masih ragu aku memilih untuk menabung saja di bank dan tinggal sederhana dikosan sempit.

   Aku memang sangat hemat dalam menggunakan uangku, aku pengiritan dan terus bekerja keras, karena aku tidak mau hidup susah seperti dulu. Orang tuaku hanya petani kecil-kecilan yang penghasilannya tidak tentu.

   Dulu untuk membayar sekolah ku dan kakak-kakakku saja sudah kesulitan, bahkan kami dapat bantuan dari pemerintah biaya sekolah gratis bagi anak kurang mampu.

   Bapakku memiliki impian besar untuk menguliahkan ke-5 anak-anaknya saat lulus sekolah, tapi uang dari mana. Namun nyatanya takdir baik berpihak pada kami, aku dan ke 4 kakakku semua bisa kuliah dari jerih payah dan usaha sendiri dan tak lepas pula karena dukungan dan doa Bapak dan juga Ibuku.

   Saat lulus sekolah aku dan kakak merantau di kota ini dan mulai mencari pekerjaan yang bisa dilakukan sambil kuliah. Hingga akhirnya semua kakakku lulus menjadi sarjana, tinggal aku yang sudah semester akhir dan Satu tahun lagi diwisuda.

   Dulu cita-citaku ingin menjadi Bidan atau Pengacara, tapi itu hanyalah impian, aku hanya mampu kuliah dengan mengambil jurusan yang paling murah dan terjangkau. Bisa kuliah hingga S1 saja aku sudah sangat bersyukur. Tidak peduli mau jurusan apapun, yang terpenting bisa mewujudkan impian orang tuaku.

***

  Tanggal 2 Januari, adalah hari yang tak bisa ku lupakan, karena aku sudah memutuskan pacarku yang sudah Tiga tahun bersama. Aku putuskan saja karena aku sudah dikhianati. aku sakit hati dan kecewa, tapi aku puas sudah memutuskannya.

  Tanggal 14 januari, aku bertemu kakak tingkat di halaman kampus tempat aku kuliah. Ketika aku berjalan menuju kantor untuk membayar biaya semesteran, Dia melempar senyum kearahku sambil menghidupkan motornya. akupun berjalan pelan sembari membalas senyumnya.

   Ah... tampan juga Laki-laki ini. Pikirku dalam hati.

   Kakak tingkatku tadi, memang sangat tampan, badannya tinggi, penampilannya keren, hidungnya mancung, murah senyum, ramah dan manis. Tapi aku tidak terlalu memikirkannya, karena aku sudah sering berpapasan dan disapa oleh kakak tingkat lainnya, yang juga tampan. Jadi sudah tak begitu heran.

   Namun malam harinya ketika aku bersiap untuk tidur, ponselku bunyi.

   Tring!

   Aku bergegas mengecek dan membuka aplikasi bergambar telpon , ada pesan masuk.

   [Hai, Fatimah, bolehkah kenalan... aku dapat nomor kamu dari teman satu kelasmu, aku yang tadi papasan sama kamu dikampus]

Aku lihat fotonya , ternyata kakak tingkat tadi yang dikampus, dan ternyata Doni namanya.

   [Hai, juga, Kak, salam kenal kak, hehehe]

Aku tanpa pikir panjang langsung membalas pesannya .

   Setelah perkenalanku dengannya, akhirnya aku semakin sering berhubungan melalui media sosial atau telpon, bahkan sering bertemu dengannya, kami memiliki kecocokan, kami pun sering berbagi kisah masa lalu, ternyata masa laluku sama dengan masalalunya, sama-sama pernah terluka.

Akhirnya bertepatan 1 minggu setelahnya kami pun resmi berpacaran. Hari-hari yang ku jalani dengannya begitu indah .

   Semenjak berpacaran aku berubah  menjadi royal, aku tidak peduli bahwa aku perempuan yang kodratnya harusnya dibayarin bukan ngebayarin, justru aku enjoy saja, aku suka mentraktirnya, aku suka membawakan makanan, suka membelanjakan cemilan dan berbagai jenis makanan dari mini market untuk stock dikulkasnya. 

   Sekali belanja aku bisa menghabiskan uang ratusan ribu. Selama pacaran dengannya aku tidak pelit, dia tidak pernah minta sepeserpun dariku, tapi aku yang memang berniat memberinya, dia tidak pernah memanfaatkan aku. Kami memang dari awal kenal selalu saling tolong menolong, saling membantu sebisa kami.

   Sejujurnya aku kasihan dengan Kak Doni walaupun dia anak orang kaya, tapi nyatanya, jatah bulanannya jauh dari kata cukup. Menurutnya, kiriman orang tuanya hanya cukup untuk membeli bensin dan makan setengah bulan. Kalau di hemat-hemat Satu bulan bisa makan, tapi, ya, sehari Satu kali hingga Dua kali saja. Entah mengapa bisa begitu, padahal orang tuanya kaya, tapi anaknya seperti kurang perhatian.

   Sampai-sampai badannya kurus, untuk ukuran laki-laki bertubuh tinggi 178 centi meter yang hanya memiliki berat badan 52 kilo gram itu sangat kurus, tulang pipi dan tulang tangannya pun kelihatan jelas. Aku jadi iba terhadapnya.

   Namun, meskipun kurus, ketampanannya tetap terlihat dari wajahnya.

***

Bab terkait

  • Dipandang Rendah Mertua   Tak Direstui Ibunya

    POV. Doni "Ibu maunya, kamu cari istri yang setara dengan keluarga kita Doni!" Ucap Ibu. Aku sontak kaget mendengar ucapan Ibu. "Lihatlah, kakakmu, Pegawai Negri dan suaminya Pejabat kaya raya, adikmu Dokter, dan nanti pasti pacarnya juga bidan, masa depan cerah! Masa tua Ibu nanti, Ibu yakin, mereka mampu mengurus Ibu dengan baik. Kamu seharusnya mencontoh saudaramu, kalau cari calon istri yang menjanjikan masa depanmu! Jangan malah mencari calon istri orang biasa, kerjaannya serabutan, mana mampu mengurus Ibu dan bapak ketika nanti sudah tua!"Tegas Ibu, melanjutkan ucapannya tadi. Sembari merapihkan piring di atas meja makan, seusai makan siang bersamaku. "Bu, seharusnya Ibu lihat aku. Aku bukan siapa-siapa... Aku juga pengangguran, aku bukan seperti kakak

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • Dipandang Rendah Mertua   Pernikahan Yang Miris

    "Fatimah, ini sudah subuh, bagunlah.segeralah solat kemudian siap-siap, nanti acara akadnya pukul 07.00 pagi, lho.Jangan sampai telat." Ucap Ibuku, membangunkanku seraya menepuk-nepuk lenganku. "Baik, Bu, Aku mau bersiap-siap dulu." Sautku. Seraya berdiri dan mengambil handuk, kemudian berjalan tergontai menuju kamar mandi. Jam menunjukkan pukul 06.30, setengah jam lagi acara akad dimulai. Wajahku sudah selesai dimake over, tanganku pun tak luput diberi hiasan hena seadanya. "Fatimah, inikah baju kebaya yang mau kamu kenakan di akad nikah hari ini?" Tanya Mbak Sari, Si perias pengantin pernikahan. "Benar, mbak Sari, memangnya kenapa ya mbak?"Aku kembali bertanya dan menghampirinya. "Ini terlalu tipis, Fatimah, kamu harus pakai baju dalaman atau manset" ucap mbak sari. Sambil memegang dan meraba setiap sisi bagian

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • Dipandang Rendah Mertua   Bertengkar Hebat

    Sejak resmi menikah aku langsung dibawa suamiku untuk pindah tinggal dirumahnya. Semua barangku dibawa menggunakan mobil pickup, termasuk lemari pakaian dan barang-barang daganganku berupa baju, tas dan sepatu. Kini seminggu sudah aku tinggal dirumah suami dan kami hanya tinggal berdua. Temannya sudah pindah dari sebelum kami menikah. Orang tua dan keluarga besar suamiku juga telah kembali kedaerah asal mereka tepat setelah acara akad kami digelar. Awal menikah kami selalu menghabiskan momen indah bersama, jalan-jalan berdua mengendarai motor berboncengan menyusuri kota. Selalu foto bersama saat sedang apapun. Setelah mandi, setelah bangun tidur, sedang mencuci baju bahkan sedang memasak pun selalu di foto. Hem... namanya juga pengantin baru, momen apapun rasanya sayang jika tidak diabadikan. *** Hari ini adalah hari senin. Seperti biasa hari senin adalah hari tersibukku karena ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • Dipandang Rendah Mertua   Suami Mengadu Dengan Ibunya

    ( POV DONI ) "Halo, Bu, Maafin aku ya, Dari dulu gak mau dengar ucapan Ibu." ucap Doni, seraya berjalan menjauhiku menuju teras belakang rumah. "Kata-kata ibu memang benar dan hari ini kejadian beneran. Fatimah perempuan gila! Bener-bener kurang ajar! Sudah seenaknya hina orang tua, bilangin matre dan pelit. Setiap hari Fatimah cuma bisanya ngatur. Aku nyesel nikah sama dia." Ucap Doni, dengan amarahnya yang menggebu. " Nah kan, benar kata ibu dulu. kamu sih,gak mau dengar! Itulah kalau gak mau dengar nasehat ibu. Dari awal ibu sudah ada firasat gak baik sama Fatimah, Cuma aneh saja bapakmu itu justru suka dengannya . Dipuji-puji terus, dia bilang anaknya baik , sopan. Berlebihan sekali bapakmu. Emang aneh Bapakmu itu. Asal setuju-setuju saja!". Sambung ibu, dengan penuh emosi. " T

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Fatimah Minggat

    Setibanya Aku di depan rumah temanku Zia, aku langsung menekan bel di pagar rumahnya. kutengok ke sela-sela besi pagar dia terlihat Keluar dari dalam rumah dan berlari kecil menghampiriku.. “Hei, Fatimah” Sapanya sambil memandangku heran.“Kenapa kok matamu sembab banget? Tumben aja kamu mampir ke sini,dari mana aja kamu... Ayo masuk ,” Ajaknya, Seraya membukakan pintu gerbang dan menuntunku untuk masuk kedalam. “Duduklah dulu Fatimah, aku akan ambilkan kamu minum ya,” akupun hanya mengangguk tanpa menjawab sepatah katapun. “Ini minumlah dulu teh nya, kamu udah makan belum? Aku ambilin makan ya,” akupun kembali mengangguk tanda megiyakan. Kemudian aku menuruti ajakannya untuk mengisi perutku yang menang sedari kemarin belum dimasuki nasi. Setelah selesai makan. Akupun mulai bercerita padanya. Aku curhat panjang lebar dan mencurahkan semua perasaan yang ada dalam hatiku. Aku ceritakan s

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Pertama Kali ke Rumah Mertua

    Hari ini Setengah tahun sudah kami berumah tangga. Setelah kejadian 3 bulan lalu yang kami bertengkar hebat. Saat ini rumah tangga kami justru semakin adem ayem. Tidak pernah bermasalah lagi. Suamiku pun mulai mendengarkan saranku, Ia mulai giat bekerja. Meski belum selincah aku, tapi aku sangat bersyukur sudah ada usaha dia untuk mengimbangi. Hari ini bertepatan dengan bulan Ramadan, dan 3 hari lagi Idul fitri. Suamiku mendapat telpon dari Ibunya. Ini kali pertamanya suamiku berkomunikasi dengan Ibunya sejak keributan 3 bulan lalu. "Doni, apa kabar kamu. Ibu kangen kamu Doni. Ibu minta kamu pulang lebaran nanti, Ya. Ibu sangat rindu," pintanya. "Baik bu, kami semua baik. Iya, aku mau pulang kampung, asalkan ibu bolehin aku bawa Fatimah. Dan jangan nyakitin hati Fatimah lagi." Jawab Kak Doni tegas. "Oiya pastilah Nak, bawa aja istrimu gak apa-apa. Ibu tunggu k

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Diajak ke Dukun

    Hari ini adalah hari raya Idul Fitri, Sejak pagi aku disibukkan dengan urusan dapur membantu Ibu mertua memasak , bersih-bersih rumah dan menyusun kue, untuk hidangan hari lebaran. Saat memasak bersama, beberapa kali aku menyapa Ibu mertua, membuka pembicaraan , atau pura-pura bertanya tentang sesuatu hal. Namun mertuaku seperti malas menanggapi. Ia hanya menyuruhku ini dan itu namun setelahnya langsung beranjak pergi . Jika aku ada di dapur , Ia pindah ke ruang makan. Dan juga sebaliknya jika aku di ruang makan dia pindah ke ruang lain. Seperti sangat Jijik denganku. Sedangkan Bapak mertuaku berbeda dengan Ibu mertua, Jika aku berada dekat dengannya dia tidak beranjak pergi. Hanya saja sejak kemarin saat aku baru datang hingga sekarang. Aku selalu memperhatikannya jika ia duduk dekatku Dia langsung membaca ayat-ayat Al-Quran, lumayan terdengar sampai ditelingaku. Namun jika ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • Dipandang Rendah Mertua   Sakit Ketika di Rumah

    Sore hari sekembalinya kami dari rumah Mbah Asmo. Ibu mertua menyuruh ku dan Kak Doni untuk berlebaran ke rumah Bibik terlebih dahulu. Bibiknya ada Tujuh orang dan kami akan mengunjunginya satu persatu. Pertama kami akan mendatangi rumah Bibik bungsunya terlebih dahulu. Kesan pertama kali bertemu dengan bibiknya yang bungsu. Sangat baik. Bahkan aku dihadiahi sendal jepit bermerek . Saat aku melihat-lihat sendal jepit, tiba-tiba iya menyodorkannya padaku. Sendal jepit itu adalah barang jualannya. Kebetulan ia menjual aneka macam sepatu sendal tas dan lainnya. Tak hanya itu saja. Saat kami berpamitan pun Ia memberiku uang . Untuk beli bensin, ujarnya. Ia sangat ramah kepadaku, selalu mengajak ngobrol. Jadi aku merasa dihargai dan merasa betah selama berada dirumahnya. Setelah berpamitan kami pun bergantian mendatangi bibik yang lainnya. Kesan ku saat bertemu bibiknya yang lain. Aku merasa dibully,

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10

Bab terbaru

  • Dipandang Rendah Mertua   Spesial PoV Bapak Mertua

    Episode 18 POV Bapak Mertua...Namaku Pak Yansah, umurku saat ini 60 tahun. Aku bekerja sebagai Petani Sawit. Aku memiliki Empat Orang anak. Dan aku menyayangi semuanya.Saat pertama kali aku mengenal Fatimah, aku sangat senang dan setuju. Fatimah memiliki sifat yang hampir sama dengan anakku Andini. Sama-sama tahu sopan santun dan suka basa-basi terhadapku. Dan mau meladeni setiap aku mengajaknya mengobrol.Mereka berdua juga pantang menyerah, sama-sama perasa dan pengertian. Namun Ke Duanya juga mudah sekali menangis alias sensitif sekali perasaanya. Beda dengan Yesi aku tak pernah sekalipun melihatnya sedih ataupun menangis. Bahkan saat Ia menikah dengan Erik.Aku sebenarnya suka dengan Fatimah tanpa mempersoalkan latar belakang keluarganya. Tapi karena Istriku sangat membenci Fatimah dan setiap hari bercerita tentang ketidak sukaannya terhadap Fatimah. Aku pun jadi bimbang.

  • Dipandang Rendah Mertua   Dihina Karena Belum Hamil

    Episode 17 *** “Kak Doni, aku keluar dulu, ya.” Ucapku pada suamiku yang sedang duduk diteras rumah bersama Bapak Mertua dan Suami mbak Andini. “Lho, mau kemana Dek?” tanyanya penasaran. “Mau ke tempat Mbah Sri, kak. Aku mau urut dulu badanku pegel-pegel, kepalaku agak migrain juga, mungkin masuk angin,” jawabku. “Kakak anter ya, udah minum obat belum Dek ?” tanyanya lagi. “Gak usah Kak, jalan kaki aja deket. Sambil olah raga. Tadi udah minum obat, tapi masih aja kerasa migrain. Mangkanya mau coba urut. Biasanya sembuh. Ibu dan yang lain dimana, Kak?” tanyaku “Pada dikamar Dek, lagi ngobrol kayaknya,” jawabnya memberitahu. Aku menghampiri Ibu kekamar. “Lagi pada ngapain nih, hehe... Ibu, Aku mau pamit bentar, mau keluar dulu ya Bu,” ucapku lembut sambil tersenyum. “Memangnya mau kemana kamu

  • Dipandang Rendah Mertua   Mertua Datang

    Episode 16 "Assalamu'alaikum... Doni, Doni," terdengar suara memanggil dari luar gerbang. "Wa'alaikum salam..." saut kami bersamaan. Kami mengintip dari balik jendela, terlihat Mbak Andini, Suaminya, Bapak, Ibu, Erik, Yesi dan Dua keponakan berdiri menunggu dibalik gerbang. Kami langsung keluar membukakan pintu gerbang mempersilahkan semuanya masuk kedalam rumah. Kami menyalami semua satu persatu. Mbak Andini masih selalu sama melempar senyum ramahnya padaku. "Apa kabar Fatimah, semua sehat, kan," sapanya Mbak Andini padaku. "Alhamdulillah, kami sehat semua Mbak... Oiya, tadi berangkat jam berapa Mbak... " tanyaku basa basi. "Jam 11 malem. Ini Mbak bawain oleh-oleh dari rumah buat kamu. Banyak roti dan kue. Mbak tarok kulkas ya..." ucapnya. Sambil meminta izin untuk meletakkan bungkusan kue kedalam kulkas. "Wah, repot-repot b

  • Dipandang Rendah Mertua   PoV Ibu Mertua

    Episode 15 (POV Ibu Mertua) *** Namaku Ibu Yana, aku istri dari Bapak Yansah. Aku memiliki Empat orang anak Dua Perempuan dan Dua laki-laki. Andini anak pertamaku yang berumur 40 tahun sejak menikah tak lagi tinggal bersamaku. Ia diajak suaminya tinggal di Kota C yang berjarak Delapan jam dari rumahku. Suami Andini adalah orang kaya raya, dia pejabat di Kota C. Sedangkan Andini bekerja sebagai Pegawai Negri. Mereka memiliki 2 anak Putra dan Putri. Kehidupan Andini sangat mapan bersama suaminya. Ia tinggal disebuah Rumah mewah 2 lantai dan memiliki 2 Mobil mewah. Dahulu aku sering menasehati Andini untuk mencari suami yang kaya. Sebenarnya aku menyuruhnya mencari suami Dokter. Namun Ia menolak dan memilih menikah dengan Anak Pejabat. Meskipun begitu aku sangat setuju. Tak masalah menikah tidak

  • Dipandang Rendah Mertua   Bagai Langit dan Bumi

    Episode 14 *** Kami semua duduk dikursi tamu dibawah tarub diluar rumah Yesi. Aku melihat sekeliling rumah Yesi. Menurutku biasa saja. Terlihat seperti Rumah tua yang mungkin berumur puluhan tahun dan sudah terlihat usang. Menuju rumahnya pun jalannya sulit licin dan hanya cukup 1 kendaraan. Masuk kedalam melewati jalan yang rusak yang sangat becek dan melewati kebun karet sejauh 2 kilo. Disitu aku melihat memang acaranya mewah kursi tamunya banyak, dan ada hiburan biduan yang berjoget sekitar 15 biduan. Aku sejak tadi menemani Mbak Luluk diatas kursi rodanya, aku perhatikan orang-orang yakni keluarga Yesi menatap heran kearah Mbak Luluk. Kemudian aku melihat Mbak Andini sedang menemani anaknya bermain di sekitaran kuade panggung pengantin. Kemudian Ia naik keatas panggung pengantin dan mencoba duduk dikursi pengantin bersama anaknya.

  • Dipandang Rendah Mertua   Akad Nikah Adik Ipar

    Episode 13 *** Jam 3 pagi hari sebelum subuh, Kami sampai dirumah mertua.Dan tak lama setelah kami sampai Mbak Andini beserta suami dan ke 2 anaknya pun tiba dirumah mertua. Jadi aku lebih dulu sampainya. Aku bergegas ke dapur untuk membuatkan teh Mbak Andini dan keluarganya. Aku belum istirahatsama sekali. Diperjalanan juga aku tidak bisa istirahat karena kondisi mobil travel sangat berdesakkan. Membuat aku kesulitan untuk beristirahat. Dirumah mertua ada 4 kamar besar dan 1 kamar kecil. Satu yang besar kamar mbak Luluk, Kamar Mbak Andini , Kamar Erik Dan Kamar Mertua. Sedangkan kamar Aku dan Kak doni tidur di kamar kecil yang tidur pun tak bisa lurus harus menekukkan kaki. Tanpa pintu. Apalagi disitu adalah tempat sholat umum. Jadi aku susah untuk berganti pakaian dan sulit untuk

  • Dipandang Rendah Mertua   Fatimah Belajar Ikhlas

    Episode 12 *** (POV DONI) “Halo, Bu. Aku dengar dari Mbak Andini katanya keluargaYesi minta uang 50 juta untuk tebus anaknya. Maksudnya apa itu Bu, kenapa dulu istriku gak diperlakukan sama. Malah diperlakukan gak layak. Yesi dikasih sebanyak itu, belum serah-serahannya kemudian duitnya. Belum lagi nanti mau di adakan acara pesta besar-besaran dirumah kita juga kan. Alangkah enaknya hidup Yesi belum apa-apa keluarga kita udah keluar uang banyak buat dia.” Dengan nada emosi ku melanjutkan ucapanku. “Kalau Fatimah dengar ini pasti marah Bu, dia banyak berkorban buat aku buat keluarga kita. Dia gak mempersulit keluarga kita saat akan menikahinya.Dia mengeluarkan uang banyak hingga tabung

  • Dipandang Rendah Mertua   Merasa Dibedakan

    Episode 11 *** "Kak, enak ya jadi Yesi. Si calon adik ipar baru Kakak... lihat difoto, serah-serahannya mewah banget Kak," sambil menghampiri suamiku yang sedang duduk dilantai ruang tamu, seraya menunjukkan foto acara lamaran adik laki-lakinya kemarin di hpnya. "Aku hitung nih Kak dia dikasih 30 kotak serah-serahan dari orang tua Kakak, dan itu isinya komplit dan serba double lagi, tas dapat 3, sepatu 3, higheels 2, Skincare lengkap dobel-doble isinya dan gede-gede lagi ukurannya, Selimut dobel, Badcover dobel,, kebaya mewah, Cincin kawin terlihat gede, Cd 1 pak, Bh 1 pak. Dan masih banyak lagi, Enak sekali Yesi." Selorohku, Sambil menyenderkan badan didinding ruang tamu. "Dah gitu dapet segala perabotan dari kayu jati, dan udah disiapin disitu, tuh ada lemari baju, meja makan, sofa , kursi tamu, dipan dan lemari hias bejejer dirumah Orang tua Kakak, mana didalam l

  • Dipandang Rendah Mertua   Mertua Tak Adil

    Siang hari tepat pukul 14:00. Aku dan suamiku bersiap untuk kembali lagi kekota yang berjarak Delapan jam dari rumah mertua. Aku lihat dirumah hanya ada Mbak Luluk . Karena Mertua sedang berada dirumah saudaranya yang tidak begitu jauh. Kami pun sudah siap untuk berangkat. Aku salami Mbak Luluk dan aku berikan selembar uang ratusan ribu untuknya. Suamiku sudah berada diatas motornya, barang bawaan tidak sebanyak saat kami berangkat. Sekarang hanya tinggal tas besar yang kami letakkan didepan dan didalamnya hanya berisikan baju saja. Aku pun langsung naik diatas motor dan suami mulai menghidupkan mesin motir dan melaju pelan menjauh dari rumah. Belum terlalu lama berjalan. Suami mematikan mesin motornya dan memanggil ibunya yang sedang duduk didepan rumah saudaranya. Kami pun berpamitan dan bersalaman. Ibu mertua bertanya pada suamiku kok cepat sekali sudah mau pulang. Suamiku h

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status