Tiba di toko pertama, Xue Ningyan berseru takjub. Tokonya sama besar dengan butik milik Lv Xian yang mewah. Ada berbagai jenis kain yang disediakan di dalam toko ini. Warna dan motifnya bermacam-macam dan terdapat berbagai kualitas dari yang paling rendah hingga paling tinggi. “Ini toko yang dikelola olehku, Xue Ningyan. Baru-baru ini aku kembali dari luar setelah memeriksa peternakan ulat sutera.” “Hasilnya, kami bisa memproduksi kain sutera berkualitas super premium yang dijual sepuluh tahil perak permeter.” “Lalu kain sutera kualitas standar, kami menjualnya tujuh tahil. Tapi kualitas menengah ini biasanya tidak begitu diminati pelanggan dengan status sosial tinggi.” “Tapi sering kali dipakai untuk membuat seragam resmi para pejabat tingkat tiga dan empat. Sesekali juga ada pejabat tingkat satu yang menginginkannya sebagai seragam ganti.” Xue Ningyan mengangguk-angguk mengerti. “Lihat motif bunganya, Xue Ningyan. Ini adalah motif yang sedang diminati para wanita muda di Ibuk
Rumah Musik Yuntian. Pada dasarnya, tempat ini adalah tempat di mana semua jenis kesenian berkumpul. Ada banyak orang berbakat di bidang musik dan seni di tempat ini. Ada berbagai jenis musik yang ditampilkan untuk memikat pelanggan setiap harinya. Mereka juga mempekerjakan banyak penari berbakat dari seluruh penjuru Kekaisaran. Para musisi berkumpul untuk mendapatkan panggung masing-masing di tempat terkenal ini. Katanya, siapa pun yang pernah tampil di atas panggung Rumah Musik Yuntian, di masa depan, karirnya sebagai musisi atau penari, pasti akan berjalan lancar dan menguntungkan. Karena itu, banyak musisi dan penari di luar sana yang bermimpi ingin berdiri di atas panggung Rumah Musik Yuntian dan menyita perhatian publik melalui bakat yang mereka miliki. Tapi kesempatan itu tidak datang setiap hari dan prosesnya cukup rumit. Dalam satu kali seleksi yang biasanya hanya diadakan dua tahun sekali, terkadang hanya ada satu orang yang berhasil masuk. Kabarnya, tahun ini adalah
“Yu Xinyi, apakah suamiku, Tuan Muda Ketiga, pernah melihatmu mandi?” Yu Xinyi membulatkan mata tak percaya, dengan pipi memerah, dia menyangkal pertanyaan itu dengan tergeragap. “A-apa yang kau tanyakan itu, Xue Ningyan? Aneh sekali!” Yu Xinyi tertawa renyah dengan wajah kikuk. Xue Ningyan yang tidak mengerti apa arti dari reaksi Yu Xinyi itu hanya memasang wajah datar, lalu melanjutkan pertanyaannya, “Menurutmu, apa alasannya jika seorang suami meminta ingin mandi bersama saat kita sudah berada di dalam bak mandi duluan?” “Xue Ningyan!” Yu Xinyi membekap mulutnya dengan keringat bercucuran, “Bagaimana mungkin kau membicarakan hal seperti itu di tengah pertunjukan musik yang dihadiri banyak orang?” Xue Ningyan melirik ke sekitar yang mulai menatapnya dengan heran—padahal dia yakin mereka menatap ke arahnya karena Yu Xinyi yang tiba-tiba menutup mulutnya seperti itu. Xue Ningyan menghela napas pelan begitu Yu Xinyi melepaskan tangan dari mulutnya, wajahnya terlihat putus asa dan
Di Kediaman Tuan Muda Keempat. Xiao Ci sudah memegang pedang kayu dan memasang kuda-kuda kokoh. Rupanya dia belajar dengan sungguh-sungguh begitu Xue Ningyan memerintahkannya untuk belajar. Tang Yan duduk santai di beranda rumah sambil meminum teh. Sambil sesekali berseru ketika Xiao Ci melakukan kesalahan dalam gerakannya. Gadis itu mendengus, “Tuan tidak serius mengajari saya. Apakah Tuan meremehkan kemampuan saya?” “Tidak, kok. Banyak juga wanita yang pandai beladiri, mungkin kamu bisa menjadi salah satu dari mereka juga.” Tang Yan meletakkan cangkir tehnya. “Lantas kenapa Tuan hanya duduk-duduk malas-malasan tanpa mengajari saya dengan benar?” Xia Ci mengerutkan dahi. Tang Yan terkekeh, “Aku tidak bilang kalau aku meremehkan kemampuanmu, kan? Kau bahkan belum menunjukkannya sama sekali, bagaimana mungkin aku bisa meremehkanmu?” Xiao Ci berdiri tegak. “Apakah kuda-kuda saya sudah benar?” “Luruskan kaki kananmu, lebih dirapatkan lagi, jangan terlalu lebar. Caramu memegang pe
Demi mendengar kabar itu, Xue Ningyan segera mandi dan menunggu di luar. Dia ingin menyambut Shen Qi secara langsung. Suaminya itu pasti sangat lelah karena telah bekerja selama berhari-hari tanpa pulang ke rumah meski sebentar. Kali ini, mendengar Shen Qi akan pulang, Xue Ningyan merasa sangat senang. Karena ini lebih cepat dari dugaannya. Beberapa kali, penjaga gerbang Kediaman Shen membujuknya agar menunggu di dalam saja. “Nyonya Muda, malam ini udaranya cukup dingin, sebaiknya Anda menunggu di dalam saja.” “Tidak apa, aku ingin bertemu Tuan Muda dan menyambutnya secara langsung. Sebagai nyonya rumah, bukankah itu termasuk tugasku juga?” Para penjaga gerbang terdiam dan hanya bisa mematuhi perintahnya saja. Yang tidak mereka mengerti, dari mana Nyonya Muda tahu kabar kalau Tuan Muda akan pulang? Biasanya dalam masa sibuk, Tuan Muda mereka bisa tidak kembali hingga berminggu-minggu. Ini baru tiga hari penuh. Suara kereta kuda di kejauhan memotong pemikiran mereka. Semua mat
Xue Ningyan menahan napas saat Shen Qi semakin merapatkan tubuh ke arahnya. Karena merasa canggung, ia kembali berdiri, tapi justru malah kehilangan keseimbangan. Xue Ningyan yang nyaris terjatuh, refleks memegang apa saja di belakangnya untuk menahan tubuhnya. Suara Qin terdengar nyaring saat Xue Ningyan tak sengaja menyentuhnya dengan kencang. Shen Qi memeluk pinggang Ningyan karena tahu wanita itu kehilangan keseimbangan, senyum tipis menghiasi wajahnya. Dengan angkuh, dia bertanya, “Apakah ada yang ingin kau katakan padaku, Xue Ningyan?” Xue Ningyan menggeleng dengan panik. “Aku tahu semua yang kau perbincangkan dengan Yu Xinyi saat berada di Rumah Musik Yuntian, loh.” Mata Xue Ningyan membulat lebar, bagaimana mungkin bisa begitu? Apa yang dia ketahui? Shen Qi tertawa, “Sebenarnya aku tidak tahu apa-apa. Tapi karena reaksimu seperti itu, sepertinya tebakanku sudah sangat tepat sasaran, ya.” “Tuan Muda senang sekali mempermainkanku.” Xue Ningyan memalingkan wajah, tangann
Tang Yan tertawa renyah setelah mendengar Shen Qi mengatakannya, “Anda percaya diri sekali, Tuan Muda.” “Terserah kau saja.” Shen Qi berdiri dari tempat duduknya. “Bagaimana keseharianmu menjadi pengawal istriku?” Tang Yan meletakkan ibu jari dan telunjuknya di dagu, seolah sedang berpikir, “Awalnya saya merasa terbebani karena Anda langsung meminta saya untuk menggurui seorang pelayan dalam pelajaran beladiri.” “Tapi saya mulai menikmatinya beberapa hari ini karena pelayan itu memiliki kepribadian yang menarik.” Shen Qi terkekeh, “Justru akulah yang mengikuti aturan mainmu, Tang Yan. Aku tidak tahu apa rencanamu menjadi pengawal istriku. Tapi aku akan terus mengamatimu dan tak akan membiarkanmu kabur.”“Sekarang kita berada di perahu yang sama. Kau berjanji akan memberikan semua informasi berguna di dunia persilatan untukku. Dan aku akan membantumu dalam hubunganmu dengan bedebah itu.” “Sekali saja aku dianggap pengkhianat kekaisaran karena kau, kau akan langsung terseret begitu
Sore hari saat Festival Qixi.Sesuai keinginan Xue Ningyan, Shen Qi menepati janjinya dan tetap berada di rumah hingga malam festival datang. Xue Ningyan mengajaknya keluar tanpa menaiki kereta kuda. “Nanti kau bisa lelah,” awalnya Shen Qi menolak. “Bukan menikmati festival namanya kalau hanya berdiam di dalam kereta.” Xue Ningyan menyeringai lebar, menarik tangan Shen Qi berbaur dengan pejalan kaki yang lain.Sepanjang jalan, Xue Ningyan berhenti di berbagai kedai dan membeli camilan manis dan lentera gantung. Shen Qi memegang semua barang yang dibeli Xue Ningyan seperti seorang pelayan, namun dirinya sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. “Tuan Muda, silakan coba rasanya,” Xue Ningyan menyodorkan sate kambing yang dijual di pinggir jalan. Shen Qi refleks menghindar, “Kau saja, aku kenyang—” Hap!Sate itu lebih dulu masuk ke mulutnya sebelum dia sempat berkata apa pun lagi. Xue Ningyan tersenyum hingga matanya menyipit. Shen Qi mengunyah sate itu tanpa ekspresi, ada gura
Kini ia benar-benar tidak bisa menahannya lagi. Air matanya keluar tanpa diminta. Ia menangis tanpa memedulikan harga dirinya di depan Qin Wanzhi lagi. Dan wanita paruh baya itu dengan senang hati memeluk dan menenangkannya. Ini pertama kalinya Xue Ningyan merasa ada orang yang bersedia menghiburnya saat dia merasa sedih. “Aku …, senang sekali Ibu datang ke sini. Jadi aku punya alasan untuk menangis, dan tahu dengan siapa aku menangis,” dengan wajah yang masih basah, Xue Ningyan tersenyum dan mendapat pelukan hangat Qin Wanzhi. “Ibu memutuskan untuk kembali ke Bingzhou hari ini, Xue Ningyan. Kalau kamu merasa tidak bisa tinggal di rumah saat hari itu tiba, rumah Ibu di Bingzhou akan menyambutmu dengan hangat, kau boleh datang kapan pun.” Xue Ningyan menyeka pipinya, mengangguk, “Aku sungguh baik-baik saja, Ibu. Aku bisa bertahan karena Shen Qi tidak mengabaikanku. Jadi kurasa, sampai bertahun-tahun kemudian pun, aku akan baik-baik saja.” “Kau baik sekali …, Putriku.” “Xue Ningya
Kembali ke kamar Shen Qi, Xue Ningyan mendongak dan tatapan mereka bertemu. Dia berkata, “Saya minta maaf, Tuan Muda …. Saya telah mengecewakan Anda.” Shen Qi membuang napas kasar, lalu mengambil posisi tidur di sebelah Xue Ningyan, “Sudahlah, aku tidak mengharapkan apa pun.” “….”“Aku memeriksa tubuhmu karena aku mendengarkan Ibu. Aku melakukan semua hal baik untukmu karena Ibu sedang melihat kita, Xue Ningyan. Jadi jangan mengharapkan apa pun juga kalau tidak mau terjatuh dari tempat tinggi.” Xue Ningyan mengulas senyum tipis, “Benar, saya memang tidak pantas.” “Aku akan menegaskan sekali lagi, aku tidak membutuhkan anak darimu, Xue Ningyan. Jadi tak perlu berusaha. Biar pun dulu kita pernah melakukan itu, atau kau hamil karena itu, aku tidak pernah menginginkan seorang pun anak dari rahimmu. Jadi lupakan saja apa yang kau dengar di masa lalu.” Xue Ningyan tidak menjawab, ‘Jadi …, beginilah sebenarnya Shen Qi menatapku, kan? Dia menyayangiku karena dia membutuhkan anakku. Tapi
“Salam untuk Nyonya Muda, sudah lama kita tidak bertemu, ya.” Xue Ningyan menahan napas dalam keterkejutannya, “Tabib?” “Ya, Nyonya Muda. Malam ini saya datang atas perintah Tuan Muda. Beliau ingin saya memeriksa tubuh Anda.” Tabib itu mendekat dengan tiba-tiba. Refleks, Xue Ningyan mundur untuk menghindarinya karena masih terkejut, “Ta-tapi kenapa tiba-tiba sekali?” Zhong Li tersenyum karena merasa ini semua salahnya, “Maaf, Nyonya Muda. Saya tidak bisa mencegah keinginan Tuan Muda. Jadi saya pun hanya bisa menurutinya saja. Mohon Nyonya Muda mau bekerja sama sebentar.” “Tapi saya baik-baik saja, tidak ada yang perlu diperiksa oleh Tabib—”“Cepat lakukan,” Shen Qi menggeram tak sabar. Tabib meminta Xue Ningyan untuk mengulurkan salah satu tangannya. Dan menutupi pergelangan tangannya dengan sehelai kain tipis. Setelah beberapa jenak, tabib itu melepaskan ibu jarinya dari titik nadi Xue Ningyan. Lalu memintanya untuk mengganti dengan tangan yang lain. Setelah selesai, ia membu
Akhirnya, Tang Yan kembali ke Kediaman Tuan Muda Keempat setelah berhari-hari menyamar. Dan langsung diminta untuk menemui Xue Ningyan yang menunggunya di Paviliun Taman. Tang Yan datang dengan segera malam itu juga. Ia berdiri dengan kepala tertunduk, lalu meminta maaf, “Saya minta maaf karena telah melalaikan tugas saya, Nyonya Muda. Tapi saya benar-benar memiliki sesuatu yang mendesak untuk segera diselesaikan.” “Apakah kau tidak bisa mengatakan padaku urusan apa itu?”Tang Yan terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Bahkan meminta izin pada Xiao Ci pun tidak bisa?” “Maaf, Nyonya Muda. Memang saya seharusnya menyempatkan diri untuk meminta izin terlebih dahulu.” “Sudahlah, urusan hukuman bisa nanti-nanti. Pergilah beristirahat, raut wajahmu terlihat tidak baik. Apakah ada sesuatu yang terjadi?” Xue Ningyan mendongak menatapnya yang berdiri di depannya. Tang Yan masih saja terdiam, memang raut wajahnya itu tidak bisa disembunyikan karena dia tidak bisa berhenti memikirkannya. “Ja
“Minumlah. Kau pasti ketakutan.” Tang Yan meletakkan semangkuk air putih di hadapan Liu Ling yang memejamkan mata sambil memijat pelipisnya. “Terima kasih karena sudah menolongku.”Tang Yan terdiam sejenak, kemudian menyeringai lebar, “Aku akhirnya berguna juga untukmu, ya!” Berkat Tang Yan, tiga pria bodoh itu sudah diatasi dengan cepat dan Liu Ling segera meninggalkan lorong itu bersamanya. “Aku bisa menghadapi mereka sendirian.” “Kalau bisa, kenapa kau malah melangkah mundur bukannya maju dan memukul?” “Itu karena kau datang duluan.” “Ah …, kalau begitu, apa seharusnya aku tidak usah datang saja?” Tang Yan memasang wajah menyesal seolah-olah tindakannya memang salah. Liu Ling menyorot datar, ‘Dia bercanda, ya?’ “Kalau sebenarnya kau bisa menghadapi mereka, seharusnya aku diam saja supaya bisa menghemat energi.” Tang Yan mengembuskan napas pelan, meraih kendi arak yang baru saja dibelinya dari kedai yang sama. Liu Ling menghabiskan air di mangkuknya. Sambil mengamati Tang Y
Istana Selatan. Tang Yan melihat Liu Ling keluar dari paviliun itu setelah pukul tujuh malam. Dan hanya pulang berjalan kaki dengan pelayan pribadinya. “Kenapa dia tidak naik kereta kuda saja?” Tang Yan berjalan mengikutinya diam-diam. Tapi kalau diperhatikan lagi, suasana malam hari di Ibukota sangat ramai dan terlihat aman, tidak menyeramkan seperti Qingzhou. Dan pasti ada alasan yang jelas mengapa Liu Ling memilih untuk tidak menggunakan kereta kudanya. Tang Yan merasa tenang. Dia mengikuti Liu Ling diam-diam dengan niat untuk melindunginya. Dia sungguh tidak memiliki maksud apa pun dan hanya ingin melindunginya. “Putri, ini indah sekali!” Man'er berseru antusias sambil mencoba sebuah tusuk rambut yang dijual di pinggir jalan. Liu Ling mendengus, “Aku bisa membelikanmu yang lebih mahal dari ini, Man'er, letakkan itu.” “Tapi, Putri. Saya benar-benar menyukai ini.” Man'er enggan meletakkannya. “Aku sudah bilang aku akan membelikanmu yang lebih bagus dan mahal, kan? Ini sama
Setelah percakapan yang penuh intensitas itu, Shen Qi pergi meninggalkan Xue Ningyan begitu mendengar jawaban tidak disangka itu. Dia menutup mulut dan hidungnya dengan wajah yang panas, “Yang benar saja? Mengapa aku bisa begitu tidak tahu malu menginginkan hal semacam itu dari seorang wanita yang bahkan tidak kukenal?”“Yeah …, memang dia bilang aku menginginkannya setelah satu bulan pernikahan kami. Tapi itu tetap saja di luar dugaan. Kenapa pula aku menginginkan seorang putra dari rahimnya? Tidak masuk akal.” “Apanya yang tidak masuk akal, Tuan Muda? Anda sendiri yang mengusulkan hal itu.” Zhong Li yang sedang memeriksa dokumen di sudut ruangan, mengomentari pemikirannya. Shen Qi menyorot dengan tatapan membunuh. Seolah baru tahu kalau Zhong Li berada di sana lebih dulu darinya. Zhong Li langsung menyembunyikan kepalanya dengan tumpukan dokumen, “Se-sebenarnya saya sibuk bekerja, Tuan Muda ….”“Kalau bekerja ya bekerja saja. Jangan sibuk mengurusi urusan orang lain.” “Baik ….”
Istana Selatan.Saat ini, Tang Yan berada di sana. Dia memakai seragam pelayan pria dan mencari kesibukan dengan menyapu halaman. Sambil melakukan itu, matanya mengawasi kamar pribadi Pangeran Pertama. Dan tidak melihat ada hal yang mencurigakan yang bisa membantu penyelidikannya. Sebenarnya, sudah dua hari sejak ia berada di sini untuk mengawasi Pangeran Pertama secara langsung. Tapi dia bahkan tidak melihat sang Pangeran bertemu orang selain Baginda Kaisar dan para pejabat di Istana yang bertegur sapa setelah rapat rutin berakhir. Padahal dia yakin sekali akan bertemu pria misterius itu jika menyusup ke Istana Selatan. ‘Omong-omong, aku juga mendengar kalau Liu Ling sangat dekat dengan Pangeran Pertama, kan?’ Tang Yan menghentikan aktivitas menyapu halamannya. Dan beralih mencabuti rumput di sekitar paviliun. Berharap ia bisa menemukan sesuatu jika bekerja di dekat tempat di mana Pangeran biasanya menerima tamu. Dan benar saja, beberapa saat kemudian, dia melihat Pangeran Per
Xue Ningyan mematung di depan pintu. Melihat Shen Qi sudah rapi dengan warna pakaian yang senada dengannya. Pakaian itu juga dipakai Shen Qi saat menghadiri pesta pernikahan Tuan Putri Yinyue. ‘Bagaimana bisa begitu kebetulan ….’ Xue Ningyan ragu-ragu menerima uluran tangan Shen Qi. Tapi Shen Qi langsung menggenggamnya dan mengajaknya berjalan tanpa mengatakan apa pun. Zhong Li sudah mengabarkan kalau Qin Wanzhi sudah berada di ruang makan keluarga setelah memasak beberapa hidangan kesukaan Shen Qi. Matanya melirik menatap Xue Ningyan yang berjalan dengan pandangan lurus tanpa menunjukkan ekspresi apa pun. Meski semalam ia menyuruh Xue Ningyan tidur di kamarnya, tapi ia sama sekali tidak memasuki kamar itu semalam penuh. Mungkin ia mengerti kenapa Xue Ningyan seperti tidak melihatnya sekali pun pagi ini walau sempat tercengang sedikit. “Anu …, aku minta maaf tentang semalam,” Shen Qi membuka percakapan. “Saya sudah memaafkannya,” jawab Xue Ningyan, pendek dan datar. Shen Qi