Share

108. Obsesi Tak Wajar

"Rana besok pulang ya, Pak," ucap Rana malam itu pada bapaknya. Pak Ramdan menaruh cangkir kopinya kembali di atas meja. Cincin bermata batu berjejeran di jari tangan bapaknya dengan aneka warna. Mulai dari hitam, biru, biru tua, hijau aparat, dan warna lainnya yang terpasang begitu aneh di jari tangan kanan dan kiri bapaknya.

"Dijemput?" Rana melirik suami kakaknya yang sering mencuri pandang ke arahnya.

"Iya, dijemput, Pak. Suami Rana juga sudah pulang dari Yogyakarta. Jadinya Rana harus pulang." Pak Ramdan tertawa senang.

"Mimpi apa bapakmu ini punya mantu muda, orang kaya. Yang tua pun juga lebih kaya. Ya kan, Juragan?" Juragan Andri ikut tertawa lebar.

"Say baru tahu kalau yang bungsu Bapak malah lebih manis. Tahu gitu yang ini aja. Tapi udah terlanjur, sama kakaknya juga gak papa. Pasti legitnya sama ha ha ha ...." Rana memutar bola mata malasnya, lalu segwra berlahan masuk ke kamarnya.

Pintu kamar pun terpaksa ia kunci, karena ia tidak mau terjadi hal-hal aneh seperti berita
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status