Share

107. Sebuah Keputusan

"Luisa, ini Papa, Nak," ucap Pak Darmono dengan suara pelan. Luisa membuka mata perlahan. Ia memaksakan senyuman tipis pada papanya.

"Kang Abdi, Pa." Luisa hampir menangis.

"Suami kamu baik-baik aja, Nak."

"Udah sadar belum, Pa?"

"Belum, Nak. Doakan ya. Kamu tenang dulu. Jangan mikir yang nggak-nggak. Pokoknya kamu harus sehat dulu, baru nanti bisa jenguk Abdi." Luisa meneteskan air mata. Pak Darmono tidak tega dengan putrinya. Ujian hidup bertubi-tubi menghampiri Luisa, hingga seperti tidak ada ruang bagi bungsunya itu untuk bisa tersenyum lebar.

Tiga hari berlalu, Luisa sudah diperbolehkan pulang, tetapi Luisa tidak ingin pulang. Ia ingin terus berada di sisi Abdi. Berharap setiap detik ada mukjizat suaminya memberikan respon terhadap rangsangan yang diberikan olehnya dan juga terapis.

Pak Darmono masih setia menemani putrinya. Tidak sekali pun ia meninggalkan Luisa dalam keadaan seperti ini.

"Sudah makan, Nak?" tanya Pak Darmono yang baru saja kembali dari bawah. Pria itu numpa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yunita Anisyah
semangat luisa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status