Tubuh Farah luruh ke lantai saat mendengar kabar apa yang menimpa dengan Yusuf. Nada langsung panik dan berusaha membantu Farah untuk bangun. Sebagai seorang sahabat ia pun bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Farah. Ia pun sedih mendengar kabar buruk tersebut namun ia berusaha kuat demi Farah.Farah sangat syok saat mendengar kabar buruk yang menimpa Yusuf. Nada menenangkannya dengan cepat. Dengan mengerahkan seluruh tenaganya, Nada menahan bobot tubuh Farah yang terasa berat meskipun Halimah pun ikut membantunya.“Farah, sudah-sudah, bangun!”Nada berusaha membantu Farah bangun dengan menarik ke dua tangannya untuk bangkit.Tubuh Farah lemas sekali. Ia tak percaya saat dosen itu mengatakan padanya tentang kabar kecelakaan yang menimpa Yusuf.“Di mana sekarang Yusuf?”Farah memberanikan diri bertanya pada Halimah.Dosen itu hanya terdiam, ia tidak mengetahui kabar Yusuf selanjutnya setelah peristiwa kecelakaan yang menimpanya. Ia hanya mendapat saat laporan dari bagian kemahasiswaa
Kini Farah dan Nada sudah berada di flat yang ditinggali oleh Elia. Selama kuliah di Mesir, Elia tinggal bersama kakak dan sepupunya di sebuah flat mewah untuk seorang mahasiswa yang berasal dari Indonesia.Elia cukup syok karena tiba-tiba Farah dan Nada mengunjungi flatnya tanpa mengabari dirinya terlebih dahulu. Dari manakah mereka mengetahui alamatnya? Siapa yang memberitahunya? Ia berpikir jika ia sudah menutup akses dirinya dengan Farah karena sebuah alasan.“Assalamu’alaikum, Elia!” sapa Farah dengan menyematkan senyuman tipis di depan Elia. Sebetulnya ia sungkan berada di sana sejak mereka putus komunikasi. Ralat, Farah tidak pernah memutus komunikasi dengannya. Elia lah yang memutuskan komunikasi terlebih dahulu tanpa alasan yang jelas.Ke dua sahabat karib itu terlihat canggung saat bertemu. Baik Farah maupun Elia merasa seperti orang asing saat ini. Mereka kini masih berdiri mematung di depan hunian Elia. Elia belum mempersilahkannya masuk.“Wa’alaikumsalam wa rohmatullah. Y
Farah menghela nafas berat karena merasa frustrasi mendengar cerita dari bibir Elia soal kabar tentang Yusuf.Namun,bagaimanapun kondisi Yusuf, Farah ingin melihatnya!!Nada mengusap lengan Farah berusaha menenangkannya. Farah terlihat terpukul namun kali ini ia tidak menangis. Ia mirip orang syok. Ia diam dengan tatapan yang kosong.Elia cukup terkejut melihat reaksi Farah. Namun bagaimana lagi. Itu satu-satunya cara agar Farah menjauh dari kehidupan Yusuf. Ia berdusta!“Elia, di mana Yusuf sekarang? Rumah sakit mana? Aku ingin melihatnya.”Farah tetap bersikukuh pada keinginannya. Ia harus bisa melihat Yusuf, meskipun itu untuk terakhir kalinya.“Farah!” salak Elia merasa tak tahan melihat Farah yang menekannya. “Farah, aku sudah bilang aku tidak tahu di mana Yusuf dirawat saat ini!”Nada terkesiap mendengar suara Elia yang setengah membentak Farah. Sahabat macam apa dia? Nada menjadi curiga pada ketulusan Elia yang bersahabat dengan Farah. Elia tak sepatutnya membentak Farah. Kare
“Yusuf, makan dulu Nak!”Maesarah meminta Yusuf untuk makan malam. Jam dinding sudah menunjukan pukul sembilan malam, namun Yusuf belum juga bersedia menyantap makan malamnya. Ia masih sibuk dengan laptopnya. Di dalam kamar, Yusuf tampak asik dengan laptop yang berada di atas pangkuannya. Manik matanya yang berwarna hitam legam tampak bergerak-gerak menatap layar persegi empat itu.Sekarang pemuda itu sudah mulai bisa mengoperasikan laptop meski di atas kursi roda. Ia mulai melakukan kegiatan positif sehingga bisa mengurangi rasa trauma dirinya akibat kecelakaan waktu silam.Bermula ia bermain game lalu melatih jari jemarinya untuk mengetik di atas papan keyboardnya. Di sana Yusuf mulai menulis apapun untuk membunuh waktu senggangnya. Dengan kegiatan baru itu, Yusuf tidak terlalu memforsir dirinya untuk mengingat memorinya yang sudah hilang. Karena ketika ia merasa begitu ingin mempercepat mengembalikan memorinya, ia seringkali diserang sakit kepala yang begitu hebat hingga pingsan.
Farah terlihat bermalas-malasan berada di kamar hotel. Terpaksa ia menunda kepulangannya karena Nada mendapat telepon dari ibunya untuk mencarikan buah tangan untuknya dan mengirimkan foto-foto mereka selama liburan di sana.“Mbak Farah yakin gak ikut Mbak Nada pergi ke toko souvenir?” tanya Nia yang saat ini tengah memijat kaki Farah yang terasa pegal akibat perjalanan jauh. Farah tidak memperlakukan Nia seperti seorang asisten yang disuruh-disuruh. Namun Nia selalu berinisiatif memijit Farah setiap kali melihat Nona mudanya itu merasa letih apalagi sakit.Farah terdiam mendengar perkataan Nia. Betul sekali apa kata Nia, seharusnya ia menemani Nada. Bukankah mereka sepakat akan menikmati liburan bersama di sana? Bahkan Nada sebetulnya sudah mengetahui niat Farah ke sana tidak sekedar berlibur, namun ingin menemui Yusuf?Nada sudah cukup mengalah dan mengikuti keinginannya. Seharusnya sebagai sahabat Farah juga tidak boleh egois. Ia juga harus selalu ada untuknya.Farah pun bangun deng
“Kau tidak boleh lama memainkan laptop! Kau baru saja sembuh!”Tanpa tedeng aling-aling, Maesarah merampas laptop yang dipakai Yusuf. Ia merasa kesal pada putranya karena seharian Yusuf memainkan laptopnya.Yusuf mendengus kesal karena ibunya begitu saja menyambar laptopnya. Padahal ia sedang mencoba menghubungi salah satu teman lamanya yang diyakininya. “Ummi, sebentar!” imbuh Yusuf bernada lembut. Ia memang selalu bersikap sopan pada ibunya. Bahkan ia tidak berani membantah perintah ibunya. Sekalipun ia kehilangan sebagian besar memorinya. Namun ia tidak kehilangan kebiasaan baiknya. Perangainya tetap sopan saat berhadapan dengan orang lain, terutama ke dua orang tuanya.Maesarah mematikan layar laptop milik putranya dan menaruhnya di atas meja. Mengabaikan Yusuf, wanita dewasa itu duduk di samping putranya kemudian berkata. “Mas Yusuf baru sembuh. Jadi harus istirahat yang cukup. Mas Yusuf boleh memainkan laptop hanya satu jam. Tidak boleh lebih!”Yusuf menyimak betul perkataan ib
“Cie yang baru pulang dari Kairo? Bagaimana kabarnya? Apa sudah dapat gebetan orang sana?”Seorang pemuda bermanik mata hazel menyambut kepulangan Farah yang baru saja turun dari mobil jemputan. Ia adalah Asyraf. Saudara kembarnya yang baru saja pulang dari Aussie. Asyraf langsung memeluk Farah dengan erat dan mencium keningnya penuh kasih sayang. “My princess jet lag ya? Tumben!”Farah tak terlalu menanggapi pemuda itu. Ia hanya menatapnya sekilat kemudian tatapannya beralih pada kopernya. Ia menarik kopernya sendiri. Tak mengijinkan siapapun membawa barang bawaannya. Gadis itu terlihat badmood dengan wajah yang ditekuk.Di belakangnya Rakha dan Nia hanya membawa barang-barang serupa oleh-oleh dari Kairo.Biasanya Farah akan euforia menyambut kepulangan saudara kembarnya dari Aussie. Namun kali ini ia tidak merasakan gairah apapun. Ia hanya ingin tidur dan melupakan yang terjadi! Setelah seminggu berada di Kairo, Farah memilih segera menyudahi petualangannya di sana. Ia sama sekali
“Nak, kau belum tidur?”Maesarah bertanya pada putranya yang terlihat senyum sendiri sembari melihat kamera yang dipegangnya. Mendengar suara ibunya, Yusuf hanya menoleh, lalu tersenyum simpul memandang ibunya sejenak. Tatapan pemuda berhidung bangir itu kembali pada kamera. Semenjak pulang dari Sungai Nil, ia terlihat bahagia dan ceria. Ia tidak tahu alasannya mengapa ia begitu bahagia. Namun yang pasti, ia suka sekali melihat foto seorang gadis hasil jepretannya. Selama tinggal di sana, Yusuf sudah tak aneh melihat gadis cantik berwajah khas wanita Arab, berkulit putih bersih, bermanik mata yang indah hingga senyuman yang khas.Namun entah mengapa hari itu, ia merasa baru pertama kali melihat sedang gadis cantik yang unik. Jika dikatakan bule atau blasteran Eropa memang betul. Namun sekilas bentuk alis dan bibirnya mirip keturunan Arab.“Ummi jadi penasaran, memang Yusuf memotret apa sih? Kelihatan happy begitu,” imbuh Maesarah dengan penasaran. Wanita bertubuh semampai itu berjala