Tak terasa acara kelulusan sekolah telah usai. Kini Farah dan Asyraf sudah lulus SMP. Mereka akan mengikuti acara camping perpisahan di tempat yang berbeda karena berbeda kelas.Farah mengikuti camping bersama Yusuf dan teman-teman sekelasnya.Mereka camping di sebuah tempat indah di kota Bandung yang terletak di bawah kaki pegunungan Tangkuban Perahu.Pagi itu Nuha terlihat sibuk sebagai orang tua karena baru pertama kalinya ia harus melepas putrinya berkemah di luar kota bersama guru dan teman sekolahnya. Biasanya, gadis itu hanya berkemah di kota terdekat ketika mengikuti kegiatan sekolah. Sebagai seorang ibu ia mempersiapkan segalanya tanpa terkecuali. Ia menyiapkan pakaian dan makanan untuk ke dua anak kembarnya. Lokasi camping ground yang diikuti ke dua anak mereka berbeda. Asyraf berkemah masih di sekitar Bogor, Puncak. Sementara itu, Farah berkemah di luar kota.“Apa ada yang kurang gak?”Nuha mengusap dagunya sembari menatap barang bawaan yang akan dibawa putrinya.Farah yan
Kepanikan terjadi di salah satu lokasi camping ground yang sudah disewa oleh salah satu sekolah elit berasal dari kota Bogor. Bukan tanpa alasan, seharusnya mereka sedang bersenang-senang saat ini. Dalam agenda acara, mereka akan melakukan hiking dan wisata kuliner sebelum pulang.Naasnya, sebuah insiden telah terjadi. Salah satu anak murid menghilang. Semua guru langsung menghubungi pihak pengelola camping ground. Mereka meminta bantuan untuk mencari anak perempuan itu.Pencarian langsung dilakukan hari itu. Karena tak cukup membuahkan hasil, mereka juga meminta bantuan pada pihak berwajib agar segera menemukan gadis itu.“Anak-anak, kami harap, kalian tenang. Kami akan berusaha mencarinya hingga ketemu. Kami akan melakukannya terus. Kalian adalah tanggung jawab kami.”Ms Raina berbicara di balik mikrofon wireless. Suasana menjadi menegangkan karena insiden itu. Kepala sekolah yang menyusul datang langsung mengambil tindakan. Para murid yang lain akan segera dipulangkan. Sementara
Saat mendengar ada insiden selama di camping ground, satu per satu orang tua yang sudah mendengar kabar itu langsung menjemput anak mereka ke lokasi. Alhasil para dewan guru membatalkan kepulangan mereka sebab para orang tua sudah keburu datang. Pihak sekolah menjadi sorotan atas menghilangnya Elia. Mereka disalahkan dan disudutkan karena dianggap tak bisa menjamin keselamatan murid mereka.Elia dianggap hilang karena diculik. Polisi yang bertugas menemukan sebuah sapu tangan yang setelah diselidiki ternyata mengandung cairan obat bius di sebuah jalan setapak yang mereka sisiri.Sisi lain, Farah dan Yusuf terdiam ketika melihat Ms Raina yang lagi-lagi menjadi muntahan kemarahan ke dua orang tua Elia. Sesekali mereka berpandangan. Mereka berkomunikasi dengan cara tatapan mata.“Kenapa mereka menyalahkan Ms Raina?”Farah kesal dan menggerutu pada akhirnya. Tangannya mengepal di ke dua sisi tubuhnya. Rasanya tak adil ketika guru IPS itu yang menjadi sasaran kekesalan mereka. Kepala sek
Tangan Farah gemetar saat melihat isi pesan dari seseorang. Namun sisi lain, ia merasa lega. Sebab membaca pesan itu memberikan sebuah petunjuk keberadaan Elia. Kesimpulannya Elia berada di suatu tempat dalam keadaan selamat. Elia diculik. Penculiknya meminta uang tebusan.Semalam suntuk, Farah tak kuasa memejamkan matanya. Ia tengah berpikir keras bagaimana caranya bisa menyelamatkan sahabatnya. Dalam artian ia membawanya pulang. Jika ia melapor kepada ke dua orang tuanya maka sudah dipastikan mereka akan melapor pada pihak berwajib dan Elia terancam terluka.Farah yang memiliki jiwa heroik tak ingin gegabah mengambil tindakan.Hingga menjelang dini hari, akhirnya Farah baru bisa tidur. Sang ibu mengomel pada putri semata wayangnya yang bangun kesiangan pagi itu.“Mbak Farah bergadang semalam? Mengapa sampai bangun kesiangan?”Nuha menyerbu putrinya dengan pertanyaan sedangkan tangannya mengelus-elus lengannya.Farah bangun dengan rambut yang tergerai berantakan menutupi separuh waj
Farah menyimpan uang tabungannya ke dalam tas ranselnya. Ia mengenakan masker kembali dan topi baseball hingga wajahnya mungkin takkan dikenali.Gadis keras kepala itu keluar dari area bank, berjalan menuju tepi jalan. Ia akan memesan taxi menuju rumah Yusuf. Saat itu ia kembali menerima pesan dari penculik Elia. Namun Farah membalasnya dan meminta waktu pada penculik itu untuk mengambil uang senilai seratus juta rupiah.Farah diserbu perasaan gelisah secara tiba-tiba. Ia merasa di belakangnya ada sosok yang mengikutinya sedari tadi. Seseorang yang memakai hoodie. Farah tak berani menoleh ke arahnya. Ia buru-buru pergi dari sana, berusaha menghindari sebisa mungkin. Bahkan gadis itu berlari.“Farah!”Suara familiar terdengar. Farah menoleh ke arah sumber suara. Rupanya pria yang memakai hoodie itu ternyata Yusuf.“Yusuf, kau bikin aku ta-kut aja!” omel Farah pada pemuda yang terkekeh itu. Karena kesal Farah memukul-mukul lengan sahabatnya dengan topi yang dipakainya.“Ampun Farah! Amp
“Udah siap?” tanya Darren Dash mengintip istrinya yang sedang berganti pakaian di salah satu kamar presidential suite yang mereka tempati.Mariyam Nuha menoleh seraya membetulkan resleting gaunnya yang seperti biasa selalu tersangkut pada rambut panjangnya. Ia terkekeh pelan dan Darren mengerti. Ia butuh bantuan.“Sayang, kau tak pernah berubah. Seharusnya, kau mengikat rambutmu dulu, Sayang! Bukan memakai dress dulu.”Darren Dash berkata sembari membetulkan helaian rambut yang tersangkut pada resleting di belakang punggungnya. Pria dewasa itu mengikat rambut istrinya kemudian mengecup kepalanya.“Makasih, Mas,” tukas Nuha menatap suaminya dengan tatapan hangat. “Maaf, kau menunggu lama.”“Gak apa-apa, Honey. Mas akan menunggu. Lagipula masih satu jam lagi.”Darren Dash duduk di atas sofa sembari memperhatikan istrinya yang tengah berdandan dan mengenakan kerudungnya.Setelah Nuha siap, mereka pun berangkat ke sebuah restoran bintang lima karena akan bertemu dengan klien Darren Dash ya
Nuha menjatuhkan gelas yang sedang digenggamnya begitu saja. Sepulang dari acara dinner, ia merasa haus. Ia lantas mengambil air minum dari dispenser. Namun tanpa dinyana, tiba-tiba gelas beling itu jatuh.“Astagfirullah,” gumam Nuha sontak membuat Darren yang sedang berada di kamar langsung keluar, menghampiri istrinya. “Ada apa Nuha?” tanyanya dengan wajah yang panik. Tatapannya langsung bergulir pada istrinya yang tengah berjongkok dan membereskan pecahan gelas kaca tersebut.“Ini loh, Mas Darren. Tanganku licin. Gak tahu kenapa gelas tiba-tiba saja jatuh.”Nuha berkata dengan berusaha menepis pikiran buruknya. Ia menjadi teringat anak-anaknya. Hingga tanpa sàdar salah satu jarinya tergores pecahan gelas. “Ough,”Darren lekas mendekati istrinya. “Sayang, kenapa kau selalu ceroboh. Kau tidak bersikap hati-hati. Ayo, Mas obati.”Darren menuntun istrinya menuju wastafel. Pria penyayang itu memutar leher keran dan membiarkan air itu membersihkan luka di jari istrinya. Setelah itu ia m
Farah jatuh dan tak sadarkan diri. Rupanya, penculik menggunakan obat bius untuk menaklukan gadis pemberani itu.“Farah! Farah!! Faraaah!!”Suara Yusuf nyaris menghilang tatkala ia terus menerus memanggil Farah. Suaranya habis dan terdengar serak. Pemuda tampan itu tampak frustrasi mendapati fakta mencengangkan bahwa Farah telah menghilang.Gedung di mana tempat Elia disekap tampak kosong. Hanya Elia yang ditemukan dalam kondisi tangan dan kakinya diikat tali nilon pada kursi kayu.Saat Yusuf dan para santri ahli bela diri yang diajaknya bertarung, justru ketua penculik itu mengambil kesempatan emas. Ia menculik Farah dan pergi meninggalkan anak buahnya. Lebih tepatnya, ia menumbalkan anak buahnya dan membawa Farah bersamanya.Farah bisa menjadi ladang emas baginya. Elia hanyalah ikan kecil yang diumpankan olehnya untuk mendapat umpan besar.“Yusuf, sudah! Kita serahkan pada polisi!”Seorang pemuda berambut panjang yang diikat menepuk pundak Yusuf. Yusuf bergeming dengan air mata yang